1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jepang Kurangi Impor Minyak Dari Iran

12 Januari 2012

Amerika Serikat mendapatkan dukungan Jepang, Kamis (12/01), dalam peningkatan sanksi terhadap Iran, terkait program nuklirnya.

Menteri Keuangan AS, JepangFoto: picture-alliance/dpa

Jepang menyatakan akan bertindak konkrit dan memangkas jumlah minyak bumi yang diimpor dari Iran. Ini disampaikan Menteri Keuangan Jepang Jun Azumi hari Kamis (12/01) setelah pertemuan dengan rekannya Timothy Geithner.

Di Tokyo, Menteri Keuangan AS, Timothy Geithner menyambut dukungan Jepang untuk menekan Teheran lebih jauh, terkait program nuklir negara itu. Dikatakannya, tanggapan Jepang merupakan isyarat positif bagi Washington yang usulan sanksinya ditolak oleh beberapa negara.

"Kami erat bekerjasama dengan Eropa, Jepang dan negara-negara lain di seluruh dunia untuk meningkatkan desakan terhadap Iran. Selain itu, tengah mengeksplorasi berbagai cara untuk mengucilkan Iran dari sistem keuangan internasional dan mengurangi penghasilan yang diraih Iran dari ekspor minyaknya". Geithner menyatakan, pembicaraan dengan Jepang masih berada dalam tahap awal.

Menkeu Timothy GeithnerFoto: picture alliance/dpa

Sanksi Perlu Dipertimbangkan

Sementara Perdana Menteri Jepang Yoshihiko Noda menegaskan, bahwa pemerintahnya memiliki kekhawatiran serupa dengan AS mengenai kemampuan Iran di bidang nuklir. Di pihak lain tambahnya, sanksi-sanksi yang tidak dipertimbangkan dengan baik bisa berdampak buruk terhadap ekonomi Jepang dan dunia.

Sebelumnya, pemerintahan Presiden Barack Obama sudah mengumumkan akan membekukan lembaga-lembaga keuangan di Amerika Serikat yang berhubungan dengan bank sentral Iran. Geithner berada di Asia dan telah berkunjung ke sejumlah negara untuk membahas sejumlah sanksi baru terhadap Iran. Sebelum ke Jepang, ia berada di Cina. Baginya, pembicaraan dua hari di Beijing belum memberikan hasil memuaskan.

Cina Tolak Sanksi Baru Terhadap Iran

Rabu (11/01), Geithner bertemu dengan Perdana Menteri Cina Wen Jiabao dan wakilnya, Xi Jinping, yang diperkirakan akan memimpin Cina setelah Wen Jiabao. Cina menolak tegas, sanksi-sanksi baru yang dicanangkan AS terhadap bank sentral Iran.

Cina, Jepang dan India merupakan importir terbesar minyak Iran, dan Teheran menggunakan Bank Sentral Iran untuk menangani keuangan bisnis minyaknya. Dengan 11% impor minyaknya dari Iran, sanksi yang dijatuhkan Washington itu akan juga memukul Cina.

Menkeu AS Geithner bersama Perdana Menteri Cina, Wen Jiabao di BeijingFoto: Reuters

Jurubicara Kementrian Luar Negeri Cina, Liu Weimin menyerukan, agar dilangsungkan pembicaraan lagi dengan Iran. "Dalam situasi seperti ini diharapkan bahwa semua pihak meningkatkan upaya-upaya diplomatis. Sebaiknya kembali berdialog dan berunding untuk menemukan solusi damai dalam sengketa soal nuklir ini“. Ia tekankan, penetapan sanksi saja tidak akan menyelesaikan masalah.

Sementara itu media Cina melaporkan, bahwa impor minyak dari Iran memang sudah berkurang belakangan. Namun disebutkan, ini bukan semata karena konflik yang meruncing, tapi karena kedua pihak bertahan pada harga minyak yang berbeda. Pekan depan, Perdana Menteri Wen Jiabao akan mengunjungi Arab Saudi, Qatar dan Uni Emirat Arab untuk mencari pemasok alternatif.

afpe/rtr/Kirchner/Koesoemawiria
Editor: Hendra Pasuhuk

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait