Jepang lacak eksistensi mikroba di ISS di orbit Bumi. Hendak diteliti dari mana asal usulnya. Apakah dari Bumi atau dari luar angkasa. Hasil riset jadi data dasar untuk pahami munculnya kehidupan di Bumi.
Iklan
Jepang Lacak Eksistensi Mikroba di Antariksa
00:42
Adakah kehidupan mikro di luar angkasa? Jika eksis, darimana asalnya? Dari Bumi atau dari luar angkasa di kedalaman jagat raya? Inilah pertanyaan yang mengusik para ilmuwan peneliti jagat raya dan asal usul kehidupan di Bumi.
Sejumkah ilmuwan Jepang mencoba menjawab tantangan dan pertanyaan sulit ini. Para peneliti di pusat ilmu pengetahuan dan riset Tsukuba, mengembangkan modul penangkap unsur mikro dari luar angkasa ini. Dengan menganalisa mikroba dari luar angkasa, para ilmuwan dapat membuat analisa mengenai asal-usul kehidupan di jagat raya.
Mencari Kehidupan Cerdas di Jagat Raya
Pakar astronomi sejak lama mencari keberadaan planet mirip bumi di luar tata surya untuk melacak keberadaan mahkhuk cerdas selain manusia. Sejauh ini yang ditemukan adalah planet berkondisi ekstrim.
Foto: picture-alliance/dpa
Planet Paling Mirip Bumi
Exo-Planet Kepler-186f merupakan planet seukuran bumi yang mengorbit sebuah bintang dan berada di zone yang bisa mendukung kehidupan pada sebuah tata surya asing. Tapi sejauh ini belum diketahui pasti massa, komposisi dan densitas planet ini. Tapi berdasar analisa sebelumnya, exo-planet seukuran Kepler-186f biasanya terdiri dari batuan seperti komposisi bumi, bukannya gas raksasa.
Para pakar astronomi terus melacak keberadaan mahkluk cerdas di planet mirip bumi di luar tata surya. Hingga kini sudah ditemukan lebih dari 1750 planet di 1100 sistem matahari semacam itu yang disebut Exoplanet. Misalnya seperti ilustrasi ini, exo-planet GJ 581g yang mengorbit bintang kerdil merah sejarak 20 tahun cahaya dari Bumi. Planet berada di zona yang diduga bisa mendukung kehidupan.
Foto: MARTIN BERNETTI/AFP/Getty Images
Empat Exoplanet Berpotensi Kehidupan
Sistem planet di bintang Gliese 581 dibandingkan dengan empat planet di Tata Surya. Data terbaru menunjukan exoplanet Gliese 581g dan Gliese 581d merupakan kandidat terbaik untuk dapat mendukung kehidupan. Jika dugaan benar, berarti ini bukti dua planet dalam satu sistem yang sekaligus dapat mendukung kehidupan.
Foto: NASA Ames/JPL-Caltech
Planet Godzila
Exoplanet yang baru ditemukan Kepler-10c dan kembarannya planet lava Kepler-10b di latar belakang mengorbit bintang mirip matahari. Ini merupakan planet super amat masif, ukurannya sekitar 2,3 kali bumi dan massa sekitar 17 kali lipat bumi hingga dijuluki planet Godzila. Nyaris mustahil ada kehidupan di sini.
Foto: REUTERS
Planet Neraka
Sebuah exo-planet sebesar pl anet Yupiter HIP 13044 b mengorbit dekat ke bintang induknya. Citra yang ditangkap teleskop milik lembaga antariksa Eropa-ESA di La Silla Observatory in Chile menunjukkan fenomena luar biasa. Planet mengorbit matahari yang mendekati akhir siklus hidupnya. Beginilah gambaran planet di tata surya di masa depan jika matahari kehabisan energinya.
Foto: picture-alliance/dpa/ESO/L. Calcada
Planet Tipe Baru
Exoplanet GJ1214b yang disebut bumi super, mengorbit mataharinya, sebuah bintang kerdil merah sejarak 40 tahun cahaya dari bumi. Citra yang direkam teleskop ruang angkasa Hubble menunjukkan adanya cadangan air yang diselimuti atmosfir
Foto: NASA/ESA/D. Aguilar
Planet Bayi
Gambaran Exoplanet muda berusia sekitar 12 juta tahun, yang mengorbit bintang induknya sejarak seperti Saturnus terhadap Matahari. Planet di rasi bintang Pictor ini tergolong bayi baru dilahirkan, jika dibanding umur planet di tata surya yang sudah mencapai 4,5 milyar tahun.
Foto: picture alliance/dpa/ESO/L. Calcada
Mata di Ruang Angkasa
Teleskop ruang angkasa Kepler selama empat tahun (2009-2013), telah menjaring lusinan planet mirip bumi. Teleskop yang dibaptis dengan nama astronom Jerman, Johannes Kepler itu melacak benda langit mirip bumi di kedalaman jagad raya yang diduga bisa mendukung kehidupan.. Selain jarak dari bintang induk, kompiosisi atmosfer serta sifat dan ukuran planet juga menentukan bagi munculnya kehidupan.
Foto: picture-alliance/ AP Photo
Telinga Bumi
Untuk melacak misteri galaksi yang jauh jaringan radioteleskop super ALMA dibangun di lokasi yang bebas polusi cahaya, debu dan smog, di gurun Atacama di Chile. Jaringan radioteleskop dengan teknik paling modern terus mendengar dan mendeteksi sinyal radio dari galaksi di kedalaman jagat raya. Sayangnya sejauh ini belum ada pesan dari makhluk cerdas lain yang ditangkap telinga peka ini.
Foto: picture-alliance/dpa
Zona yang Mendukung Kehidupan
Grafik menunjukkan model para pakar astro-fisika mengenai zona yang mendukung kehidupan di exo-planet. Planetnya tidak boleh terlalu panas atau dingin dan mengandung air dalam bentuk cair. Tapi ini bukan syarat mutlak, karena di bumi pun ada makhluk ekstrim ýang hidup pada tekanan tinggi bersuhu lebih 200 derajat di habitat asam belerang dan gas methana yang beracun bagi manusia.
Foto: ESO
10 foto1 | 10
Modul penangkap mikroba ini telah dikrimkan ke luar angkasa menggunakan wahana ruang angkasa swasta AS, Dragon SpaceX ke laboratorium Kibo di stasiun ruang angkasa internasional- ISS bulan April lalu. Modul berisi debu dan kemungkinan unsur mikroba dari orbit bumi itu sudah dibawa pulang kembali ke Bumi bulan Agustus lalu dan siap dianalisa di Jepang.
Pimpinan tim peneliti lembaga antariksa Jepang, JAXA, Prof. Akihiko Yamagishi menjelaskan: "Slah satu penelitian kunci, adalah memastikan apakah debu itu berisi mikroba, darimana asalnya dari Bumi atau dari luar angkasa?". Prof. Yamagisihi juga mengatakan, riset akan menegaskan, apakah mikroba bisa hidup di kawasan orbit ISS pada ketinggian ratusan kilometer dari permukaan Bumi.
Yang juga menegangkan, adalah memastikan asal mula mikroba jika eksis. "Kalau berasal dari luar bumi, informasinya bisa digunakan melacak asal usul kehidupan di Bumi dan kemungkinan eksistensi kehidupan lain di jagat raya ini. " tegas prof. Yamagishi.
Jalur Sutra Menuju Luar Angkasa
Cina tidak lama lagi bisa mewujudkan impian membangun stasiun luar angkasa sendiri setelah meluncurkan laboratorium langit, Tiangong-2.
Foto: picture alliance/ZUMA Press/J. Zhenhua
Dua Langkah Naga
Bertepatan dengan Festival Musim Gugur, Cina meluncurkan laboratorium antariksa Tiangong-2. Modul sepanjang sembilan meter dengan bobot 13 ton itu juga dilengkapi dengan ruang hidup buat astronot. Dengan misi Tiangong-2 Badan Antariksa Cina ingin menguji sejumlah sistem penting, seperti penopang kehidupan dan pasokan energi berupa panel surya.
Foto: picture alliance/dpa/A. Xin
Istana Langit
Adalah roket teranyar dari tipe Chang Zheng 2 yang membawa Tiangong alias "istana langit" ke luar angkasa. Diluncurkan dari stasiun antariksa di gurun Gobi, roket tersebut sudah 12 kali terbang dalam misi antariksa. Terakhir roket berbobot 500.000 ton ini membawa tiga astronot Cina ke luar angkasa tiga tahun silam.
Foto: picture-alliance/Photoshot/Y. Zhiyuan
Jalur Sutra ke Angkasa
Badan Antariksa Cina (CNSA) juga sudah merencanakan misi berawak Oktober mendatang. Shenzhou 11 bakal membawa dua astronot untuk bekerja di laboratorium antariksa selama 30 hari. Pada April 2017 wahana angkut Tianzhou 1 akan diluncurkan dengan membawa logistik, bahan bakar dan keperluan lain untuk laboratorium antariksa.
Foto: Reuters
Evolusi Teknologi
Peluncuran Tiangong 2 memiliki nilai simbolik yang besar, kata Wu Ping dari badan antariksa Cina. Ia mengklaim CNSA sudah menyiapkan istana langit kedua yang lebih panjang dan mampu bertahan lebih lama di luar angkasa ketimbang pendahulunya.
Laboratorium antariksa Tiangong-2 tidak lain adalah pondasi untuk membangun stasiun luar angkasa milik Cina yang direncanakan akan rampung tahun 2022. Jika Stasiun luar angkasa internasional (ISS) dibesituakan tahun 2024, maka Cina akan menjadi satu-satunya negara di dunia yang memiliki stasiun di luar Bumi.
Foto: Reuters/NASA
Rover "Made in China"
Sejak beberapa bulan terakhir Cina berulangkali mempublikasikan gambar wahana nirawak yang bakal menjelajah Mars tahun 2020. Rover berroda enam ini direncanakan menjalani misi tiga bulan untuk mencari jejak air dan mempelajari komposisi tanah di permukaan Mars.
Foto: SASTIND
Batu Loncatan
Laboratorium antarikisa pertama Cina diluncurkan September 2011 silam. Tapi berbeda dengan laboratorium generasi kedua yang baru diluncurkan, Tiangong-1 tidak berumur panjang. Misinya berakhir Maret silam dan direncanakan akan hancur saat masuk atmosfer Bumi tahun 2017.
Foto: picture-alliance/dpa
Labuhan Ruang Hampa
Tiga pesawat antariksa pernah melabuh di Tiangong 1. Tahun 2011 misi nirawak Shenzhou 8 berhasil merapat dua kali dalam jarak 11 hari pada laboratorium antariksa tersebut. Terakhir tiga astronot bekerja selama 12 hari di Tiangong 1 tahun 2013 silam.