Ayahnya Shimomoto merupakan korban terdampak dari uji coba nuklir AS di Bikini Atoll. Sang Ayah tengah melaut sebagai nelayan saat peristiwa itu terjadi. Kini, Shimomoto ingin dunia yang bebas dari senjata nuklir.
Iklan
Tujuh puluh tahun setelah uji coba nuklir "Castle Bravo” atau Kastil Bravo di Bikini Atoll, Setsuko Shimomoto akan melakukan perjalanan ke Kepulauan Marshall untuk mengambil bagian dalam acara peringatan percobaan ledakan bom atom yang dia yakini telah menewaskan ayahnya tersebut.
Uji coba yang dilakukan pada 1 Maret 1954 ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan oleh para ilmuwan yang mengembangkan bom hidrogen itu. Hingga kini, "Castle Bravo” tetap menjadi senjata nuklir paling kuat yang pernah diledakkan oleh militer Amerika Serikat (AS).
Kegagalan dalam mengantisipasi besarnya ledakan, dikombinasikan dengan angin kencang di Pasifik tengah, mengakibatkan radioaktif jatuh ke lautan, termasuk ke sekitar 1.000 kapal nelayan Jepang yang berada di area tersebut.
Kapal yang paling terkenal yang terkena dampak terbesar adalah Daigo Fukuryu Maru, atau "Lucky Dragon 5”, di mana 23 awaknya mengalami berbagai keluhan yang terkait dengan paparan radiasi, mulai dari mual, sakit kepala, hingga sakit pada mata mereka. Salah satu korbannya adalah penyiar radio Aikichi Kuboyama, yang meninggal enam bulan setelah insiden akibat penyakit komplikasi terkait paparan radiasi.
Tempat Beradiasi Tertinggi di Bumi
00:55
Kisah Toubei Oguro
Kapal "Lucky Dragon 5” kini dipajang di sebuah museum di Tokyo. Namun, kapal-kapal nelayan Jepang lainnya yang membawa total sekitar 10.000 pelaut, sebagian besar justru telah terlupakan, dan Shimomoto ingin mengubah itu.
Iklan
"Saya merasa penting bagi saya untuk pergi ke Kepulauan Marshall karena ini adalah peringatan 70 tahun, dan 10 tahun yang lalu, Matashichi Oishi dari Lucky Dragon berpartisipasi dan memberikan pidato dalam upacara itu," kata Shimomoto kepada DW.
Lebih lanjut, Shimomoto mengatakan bahwa "saya ingin menyuarakan ketakutan akan radiasi," seraya menambahkan, "saya juga ingin semua negara di dunia bergabung dengan Konvensi Senjata Nuklir, yang melarang pengembangan, kepemilikan, penggunaan, ancaman, dan pemindahan senjata nuklir."
Lebih luas lagi, Shimomoto bermaksud untuk memberikan dukungan kepada warga Hiroshima dan Nagasaki yang selamat dari bom atom tahun 1945. Dia juga ingin memperoleh dukungan atas serangkaian kasus hukum yang diajukan oleh para nelayan Jepang atau keluarga mereka yang masih hidup terhadap pemerintah Jepang, agar dapat menerima kompensasi dan bantuan bagi keluhan medis mereka.
Bom Atom Hiroshima dan Nagasaki
Di wilayah Pasifik Perang Dunia II masih berkecamuk. Walaupun secara strategis sudah kalah, akan tetapi Jepang menolak untuk menyerah. Pihak sekutu sepakat menggunakan bom atom untuk membuat Jepang bertekuk-lutut.
Foto: AP
Apocalypse
6 Agustus 1945 jam 08:16 waktu Jepang. 580 meter di atas pusat kota Hiroshima meledak bom atom. 80 persen wilayah kota luluhlantak akibat ledakan ini. Gelombang panas yang diakibatkan bola api nuklir membakar penduduk, hewan serta tanaman. Dari puing-puing kota yang porakporanda menguak satu simbol mimpi buruk peradaban manusia: awan cendawan bom atom.
Foto: picture-alliance/dpa
Pemegang Keputusan
Jerman telah dikalahkan sekutu. Pada bulan Juli 1945 Presiden Amerika Serikat Harry S. Truman, Perdana Menteri Inggris Winston Churchill dan pemimpin Uni Sovyet Josef Stalin mengadakan pertemuan di Potsdam, Jerman, untuk membicarakan langkah-langkah selanjutnya. Di wilayah Pasifik Perang Dunia II masih berkecamuk. Walaupun secara strategis sudah kalah, akan tetapi Jepang menolak untuk menyerah.
Foto: Bundesarchiv-sa
Little Boy
Ketika berada di Potsdam, Presiden AS Truman menerima informasi: percobaan bom atom di gurun New Mexico telah berhasil dan bom atom ke dua yang diberi nama Little Boy sedang dalam perjalanan menuju Pasifik. Truman dan Churchill sepakat menggunakan bom ini untuk melawan Jepang, jika Jepang tetap menolak untuk menyerah tanpa syarat dengan segera.
Foto: gemeinfrei
Enola Gay
Korban dan kerugian besar ditelan pihak Amerika Serikat ketika berusaha menggempur tentara Jepang yang gigih di kepulauan di Pasifik. Para awak pesawat Enola Gay juga merasa yakin dengan misi mereka. Bom atom ini akan menghentikan laju invasi Jepang. Walaupun akan mengorbankan puluhan ribu manusia, tapi bom ini akan menyelamatkan ratusan ribu lainnya. Demikian pendapat awak Enola Gay.
Foto: gemeinfrei
Kerusakan Total
70.000 sampai 80.000 dari jumlah 255.000 penduduk Hiroshima diperkirakan tewas seketika. Gedung-gedung rata dengan tanah, tidak kuat menahan kekuatan bom atom ini. Hanya beberapa bangunan tradisonal yang terbuat dari kayu yang mampu tetap berdiri.
Foto: AP
Saksi Kehancuran
Satu dari sedikit bangunan beton yang masih bertahan adalah gedung kamar dagang dan industri kota Hiroshima. Gedung yang hancur terbakar ini masih menyisakan kubahnya yang tetap berdiri. Di sekitar gedung ini berdiri, 150 meter dari pusat ledakan, tidak ada seorangpun yang selamat.
Foto: picture-alliance/dpa
Korban
Di sekitar pusat ledakan, hampir tidak ada kesempatan bagi penduduk Hiroshima untuk melepaskan diri dari maut. Sebagian besar dari mereka yang berhasil selamat menderita luka bakar yang mengerikan. Dalam beberapa hari, minggu dan bulan setelah pengeboman ini, ribuan orang menyusul menjadi korban tewas akibat radiasi nuklir yang ditimbulkan ledakan bom atom ini.
Yang Tertinggal
Perempuan ini berhasil selamat, luput dari inferno Hiroshima. Gelombang panas yang diakibatkan bola api nuklir telah membakar pakaian yang dikenakannya dan menyisakan corak kimono di kulit tubuhnya.
Foto: AP
Pukulan ke Dua
Hiroshima memang telah hancur lebur, tetapi para panglima perang Jepang belum juga bersedia untuk menyerah tanpa syarat. Penolakan ini kemungkinan dikarenakan, para pemimpin di Tokyo tidak menyadari sepenuhnya kerusakan yang diakibatkan bom atom di kota Hiroshima. Setelah ditunda selama dua hari akibat cuaca buruk, pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom ke dua, Fat Man, dijatuhkan di Nagasaki.
Foto: picture-alliance/dpa
Berakhir
Kota Nagasaki pun hancur bersama 20.000 warganya yang tewas seketika. Dalam beberapa bulan kemudian, 40.000 orang menyusul tewas, 75.000 orang menderita luka parah. Tanggal 10Agustus 1945, Kaisar Jepang Hirohito mengeluarkan perintah kepada panglima perangnya untuk menyerah kepada Sekutu, dengan satu syarat bahwa kedaulatan kekaisaran harus dipertahankan.
Foto: picture-alliance/dpa
Menyerah
Amerika Serikat tidak menerima syarat ini, dan terus melanjutkan serangan udaranya. Tanggal 14 Agustus, dalam pidato yang disiarkan melalui radio, Kaisar Hirohito menyatakan: mengingat senjata baru yang 'tidak manusiawi’ yang dimiliki lawan, bangsa Jepang akan hancur total jika terus melanjutkan peperangan. Karena itu, Kaisar menyatakan kapituasi Jepang tanpa syarat sesuai yang diminta Sekutu.
Foto: gemeinfrei
Hibakusha
Dengan menyerahnya pasukan Jepang terakhir pada tanggal 12 September 1945, maka berakhirlah Perang Dunia ke 2. Tapi bagi para "Hibakhusa", korban selamat dari bom Hirosima dan Nagasaki, penderitaan belumlah berakhir.
Foto: AP
Korban Selamat
Foto yang diambil pada bulan Juni 2009 ini memperlihatkan salah seorang korban bom atom yang selamat, Tsutomu Yamaguchi, sedang menceritakan kisahnya dalam satu acara di Nagasaki yang diselenggarakan oleh sebuah organisasi perdamaian. Yamaguchi meninggal dunia akibat kanker perut, tanggal 4 Januari 2010, pada usia 93 tahun.
Foto: picture-alliance/dpa
Monumen
Gedung kamar dagang dan industri kota Hiroshima yang selamat dari sapuan bom atom 6 Agustus 1945 kini dijadikan monumen untuk mengenang kengerian akibat bom atom.
Foto: picture-alliance/ZB
Peringatan
Sepasang wisatawan di Museum Monumen Perdamaian di Hiroshima berdiri di depan foto raksasa yang memperlihatkan kota Hiroshima yang hancur akibat bom atom 6 Agustus 1945.
Foto: AP
15 foto1 | 15
AS berikan 'uang kompensasi'
Ayah Shimomoto, Toubei Oguro, adalah seorang nelayan yang saat itu berusia 30 tahun dan tengah berada di atas kapal tuna Jepang, Dai-Nana Dai Maru, ketika perangkat "Castle Bravo” meledak pada pukul 6.45 pagi waktu setempat di anjungan buatan Bikini Atoll.
Enam tahun setelahnya, dalam buku catatan pelaut miliknya, Oguro dinyatakan telah diberhentikan karena penyakit yang tidak dapat disebutkan.
Pada usia 60 tahun, Oguro telah menjalani operasi pengangkatan tiga perempat bagian perutnya akibat kanker. Namun, setelah kematiannya pada 2002 di usia 78 tahun, pemeriksaan medis komprehensif terhadap seluruh awak Dai-Nana Dai Maru dan kapal-kapal lain yang beroperasi di lepas pantai Bikini Atoll pada tahun 1954 itu, baru dilakukan.
Hasil tes mengonfirmasi adanya kelainan kromosom, meskipun upaya para nelayan untuk mendapatkan pengakuan dan kompensasi atas keluhan medis mereka belum juga membuahkan hasil.
Pada tahun 1955, AS telah membayar sebesar $2 juta (sekitar Rp31,4 triliun) ke Jepang, sebagai "uang kompensasi" tetapi menolak untuk mengakui tanggung jawabnya, sehingga pada akhirnya masalah ini diselesaikan di tingkat politik.
Pemerintah Jepang juga telah membayar kepada masing-masing awak kapal Lucky Dragon sebesar 2 juta yen atau $12.278 (sekitar Rp193 juta) dengan kurs saat ini. Tetapi, Jepang tidak memberikan apa pun kepada para nelayan yang berada di kapal-kapal lainnya. Para kritikus mengatakan bahwa Tokyo ingin mengubur masalah ini secepat mungkin untuk menghindari permusuhan dengan AS.
Laboratorium Langit Pantau Perubahan Iklim Hingga Radiasi Nuklir
Pusat penelitian lingkungan Schneefernerhaus di puncak gunung Zugspitze jadi laboratorium pemantau iklim paling tua dan paling tinggi di Jerman. Dari sini semua perubahan parameter lingkungan di Bumi bisa dipantau.
Foto: DW/A. Setiawan
Stasiun riset ilmiah di atas awan
Stasiun riset iklim, cuaca dan lingkungan terpenting dan tertua di Jerman berlokasi di puncak Zugspitze di ketinggian sekitar 2.800 meter, mulai beroperasi tahun 1900. Berbagai peralatan pengukur ditempatkan di puncak gunung kawasan Alpina itu, untuk mengukur beragam parameter iklim, atmosfer, dinamika awan, hidrologi hingga pancaran kosmis dan radioaktivitas.
Foto: DW/A. Setiawan
Pantau data lingkungan di seluruh dunia
Dari stasiun ini dipantau semua data lingkungan serta perubahannya di seluruh dunia. Sejumlah lembaga riset ilmiah terkemuka di Jerman melakukan penelitian dari laboratorim di atas awan ini. Termasuk Global Atmosphere Watch serta monitoring satelit yang terus menerus memantau dinamika atmosfer global.
Foto: DW/A. Setiawan
Bekas hotel jadi pusat riset lingkungan
Pusat riset lingkungan yang sebenarnya, berada 100 meter di bawah puncak gunung Zugspitze yakni di Schnefernerhaus. Bekas hotel dan restoran di ketinggian 2656 meter yang dibangun tahun 1931 ini resmi dialihfungsikan jadi stasiun pusat riset lingkungan pada tahun 1999. Sejak saat itu, 10 organisasi dan lembaga riset Jerman secara permanen melakukan penelitiannya.
Foto: DW/A. Setiawan
Paling mudah gunakan kereta gantung
Mengingat lokasinya yang berada di puncak gunung nan terjal yang sulit didaki, untuk mencapai puncak Zugspitze yang juga kawasan wisata unggulan di negara bagian Bayern, pengunjung paling mudah mencapainya dengan menggunakan kereta gantung yang beroperasi sejak tahun 1931.....
Foto: DW/A. Setiawan
Kereta bergigi hingga stasiun Zugsiptze
....atau dengan menggunakan kereta bergigi yang berangkat dari kota terdekat Garmisch Partenkirchen. Pembangunan jalur kereta ini harus menembus batuan gunung dengan membuat beberapa terowongan. Pengoperasian kereta bergigi dengan jalur menuju puncak gunung Zugspitzte ini dibuka tahun 1930. Dari stasiun ini, untuk menuju puncak 100 meter di atasnya, harus sekali lagi naik kereta gantung.
Foto: DW/A. Setiawan
Program riset unggulan
Tim peneliti di Zugspitze melakukan riset global dalam berbagai spektrum dan disiplin keilmuan. Ada delapan tema riset utama yang dilakukan dan dikoordinasikan di sini. Yakni, monitoring satelit dan mitigasi, iklim dan atmosfer regional, radiasi kosmis dan nuklir, hidrologi, lingkungan dan kedokteran kawasan tinggi, monitoring atmosfer global, biosfer dan geosfer dan dinamika awan.
Foto: DW/A. Setiawan
Peralatan pengukur paling peka dan canggih
Peralatan pengukur di Zugspitze adalah salah satu yang paling peka dan paling canggih di dunia. Selain bisa mendata perubahan cuaca di belahan bumi utara, peralatan di sini juga bisa mendeteksi kebakaran hutan di belahan selatan di Amazona atau Sumatera. Bahkan cemaran radioaktif dalam kadar rendah di Laut Tengah akibat kapal selam nuklir Rusia bocor, juga bisa terlacak.
Foto: DW/A. Setiawan
Didukung peneliti dan analis data kelas dunia
Ilmuwan terus menerus memantau data pengukuran di stasiun Schneefernerhaus, bahkan dalam interval setiap satu jam. Pakar analisis data Jürgen Keil (foto) mengambil data dan menganalisisnya di laboratorium. Dari laboratorium langit secara rutin juga ditembakkan laser ke atmosfer untuk mengukur komposisi serta perubahan kondisinya.
Foto: DW/A. Setiawan
Gletser di Alpina menciut cepat
Indikator dari fenomena pemanasan global makin kentara dan terasa. Para ilmuwan mengukur dalam 30 tahun terakhir ini, luas tutupan gletser di puncak Zugspitze terus menciut. Walau terdapat fluktuasi, tapi secara umum terdata bahwa gletser mencair lebih cepat.
Foto: DW/A. Setiawan
9 foto1 | 9
Jepang: Paparan radiasi 'tidak merusak kesehatan'
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) di Tokyo mengakui bahwa para awak dari 10 kapal benar terpapar radiasi, namun pihaknya bersikeras bahwa dosis paparan itu "tidak mencapai tingkat yang dapat merusak kesehatan mereka."
Masalah ini sebagian besar dibiarkan merana, hingga tahun 1985 saat para siswa dari sekolah di Prefektur Kochi, di mana banyak awak kapal tuna yang terpapar oleh insiden "Castle Bravo” itu, mewawancarai para nelayan sebagai bagian dari proyek sekolah.
Media lokal dan nasional kemudian mengetahui kisah para korban, yang membuat banyak orang mengajukan beberapa pertanyaan. Permintaan dokumen kepada kementerian kesehatan dan kesejahteraan Jepang untuk mendapatkan rincian tentang dampak radiasi terhadap para nelayan itu pun juga ditolak.
Saat itu, pemerintah bersikeras bahwa dokumen yang dikumpulkan pada tahun insiden itu sudah tidak ada lagi. Namun, setelah menghadapi serangkaian gugatan hukum, para birokrat akhirnya mengakui pada September 2014 bahwa mereka masih memiliki data tersebut.
Penundaan yang lama dalam penyerahan dokumen itu membuat para nelayan tidak dapat mengajukan gugatan hukum untuk mendapatkan kompensasi dari AS. Para korban mengklaim bahwa pemerintah Jepang sengaja menyembunyikan informasi tersebut.
Dua pengadilan di Jepang pada awalnya menolak tuntutan hukum yang diajukan oleh 31 penggugat, dengan alasan bahwa undang-undang pembatasan waktu 20 tahun dalam kasus itu telah kedaluwarsa. Para penggugat tidak setuju dengan keputusan itu dan menyatakan bahwa pemerintah Jepang lah yang telah mempersulit dengan menyembunyikan bukti-bukti penting. Pengadilan menjawab bahwa pemerintah tidak secara sengaja menyembunyikan data tersebut dan tetap berpegang teguh pada putusan mereka.
Masayoshi Naito, seorang pengacara dari Kantor Hukum Higashi Kanda di Tokyo, yang mewakili sejumlah kecil penggugat dalam kasus banding ini mengatakan bahwa, "kita harus ingat bahwa hal ini terjadi segera setelah gencatan senjata dalam Perang Korea dan peresmian Republik Rakyat Tiongkok [pada 1949], dan ada kekhawatiran bahwa insiden Lucky Dragon akan mendorong gerakan anti-nuklir di Jepang.”
Bahaya Unsur Radioaktif
Nuklir mengancam secara tidak langsung. Tambang dan pemerkayaan Uranium untuk tujuan sipil atau militer, bencana dan limbah nuklir melepaskan elemen radioaktif ke udara. Ratusan ribu manusia pernah menjadi korban
Foto: picture-alliance/dpa
Lebih dari 2000 Ledakan Nuklir Sejak 1945
Amerika Serikat meledakkan 1039 bom nuklir sejak berakhirnya Perang Dunia II. Sementara Uni Sovyet 718, Perancis 198, Inggris dan Cina 45 ledakan, India dan Korea Utara masing-masing tiga kali, Pakistan dua kali. Puluhan ribu manusia terpapar zat radioaktif secara langsung akibat uji coba tersebut.
Foto: Getty Images/AFP
1945: Bom Atom di Hiroshima
140.000 dari 350.000 penduduk Hiroshima meninggal dunia sebulan setelah ledakan nuklir akibat kanker, jantung atau perubahan hormon dan Chromosom. Hingga kini tingkat pengidap Leukimia di Hiroshima tertinggi di antara penduduk Jepang di kawasan lain.
Foto: picture-alliance/dpa
Seribu Uji Coba Nuklir di Nevada
Uji coba di sekitar kamp Mercury dari 1950 hingga 1992 mengkontaminasi sebagian wilayah AS. Pada gigi balita misalnya ditemukan Strontium yang memancarkan zat radioaktif. Selain itu angka penderita penyakit Kanker juga meningkat tajam. Dari 1963 hingga 1992 pemerintah AS melakukan uji coba nuklir di bawah tanah.
Foto: Getty Images
Kompleks Nuklir Sellafield
Sejak 1952 reaktor pertama Inggris memproduksi Plutonium untuk membuat bom atom. Empat tahun kemudian pemerintah mulai menggunakan energi nuklir buat memproduksi listrik. 1957 salah satu reaktor terbakar yang disusul dengan berbagai insiden. Tanah dari air terpapar zat radioaktif. Sebagian putra putri pegawai di kompleks nuklir Sellafield hingga kini masih menderita Leukimia.
Foto: Getty Images
Tambang Uranium Mematikan
Kawasan Wismut di timur Jerman pernah menjadi tambang Uranium terbesar di dunia antara 1946 hingga 1990. Tambang tersebut mengirimkan bahan baku buat program nuklir Uni Sovyet. Menurut pemerintah Jerman, satu dari delapan buruh tambang meninggal dunia akibat radioaktivitas, keseluruhannya mencapai 7000 orang. Sementara penduduk di sekitar banyak yang menghidap kanker paru-paru.
Foto: Wismut GmbH
Pancaran Radioaktif dari Kota Misterius
Di kota nuklir Tomsk-7 di Siberia yang hingga 1992 masih dirahasiakan terjadi sebuah insiden ketika 1993 sebuah tanki penyimpanan meledak. Zat-zat radioaktif semisal Plutonium dan Sesium meracuni wilayah sekitar. Uni Sovyet tercatat merahasiakan 38 insiden nuklir di kota Tomsk-7 dan Majak. Ratusan ribu buruh dan keluarganya terpapar zat radioaktif.
Foto: imago/ITAR-TASS
1979: Bencana Nuklir Harrisburg
Kebocoran nuklir di pembangkit listrik Three Mile Island di Amerika Serikat adalah bencana nuklir terbesar sebelum Chernobyl dan Fukushima. Zat-zat radioaktif dalam jumlah besar mengotori lingkungan sekitar. Sebuah studi independen membuktikan tingginya angka penduduk berpotensi mengidap penyakit Kanker pasca bencana. Sebaliknya lobi industri nuklir menepis temuan tersebut dengan studi tandingan
Foto: picture-alliance/dpa
1986: Bencana di Chernobyl
Saudara kembar ini dilahirkan setelah bencana. Sang ayah adalah Liquidator, pegawai harakiri yang ditugaskan membersihkan reaktor sesaat setelah ledakan nuklir. Adapun sang ibu hidup di kota yang terkontaminasi. Kebocoran nukilr dan ledakan yang menyertainya melepaskan zat radioaktif dalam jumlah besar ke udara. Journal of Cancer melaporkan lebih dari 15.000 penduduk meninggal dunia akibat kanker.
Foto: picture alliance/dpa
2011: Tsunami Menyusul Insiden Nuklir di Fukushima
Kebocoran nuklir di Fukushima yang disebabkan oleh Tsunami hingga kini masih tercatat sebagai pencemaran radioaktif di laut paling parah. Pakar nuklir memperkirakan 22.000 hingga 66.000 kematian tambahan akibat kanker. Sejak 2011, anak-anak di wilayah sekitar Fukushima menderita kanker tiroid.
Foto: Reuters
Bahaya Limbah Nuklir
Limbah nuklir tingkat tinggi membutuhkan jutaan tahun hingga tidak lagi memancarkan zat radioaktif. Namun Tempat Penyimpanan Akhir untuk limbah atom hingga kini belum ada di seluruh dunia. Jerman menganggarkan miliaran Euro per tahun untuk mengelola tempat penyimpanan sementara limbah nuklir.
Foto: dapd
Irak: Leukimia Lewat Amunisi Uranium
Penggunaan amunisi yang mengandung Uranium selama Perang Teluk di awal dekade 1990-an mengancam nyawa penduduk secara tidak langsung. Hingga kini penduduk kota Bashra mencatat tingginya angka kelahiran cacat dan penderita kanker. Selain itu jumlah anak-anak yang menderita Kanker juga meningkat drastis.
Foto: picture-alliance/dpa
11 foto1 | 11
'Ditutup-tutupi oleh AS dan Jepang'
Naito juga mengatakan bahwa, "pemerintah AS dan Jepang berusaha menutupi apa yang terjadi di Kepulauan Marshall,” seraya menambahkan bahwa lebih mudah untuk melakukan hal itu atas nama keamanan nasional, karena banyak nelayan yang terpapar radiasi itu baru mulai menunjukkan gejala medis setelah bertahun-tahun kemudian.
Para nelayan pada awalnya tidak melakukan protes karena mereka takut dikucilkan dalam masyarakat Jepang dan mata pencaharian mereka akan terancam, tambah Naito.
Naito juga telah mengajukan banding atas putusan pengadilan Jepang pada tahun 2019, yang menuntut agar skema asuransi pelaut yang dikelola pemerintah menanggung biaya kesehatan para korban.
Dengan kasus yang saat ini akan disidangkan kembali di Tokyo, Naito mengakui bahwa "tidak akan mudah" untuk mempengaruhi para hakim. Namun dia yakin bahwa kasus ini akan bergantung pada "bagaimana pengadilan bereaksi terhadap pemerintah yang menutup-nutupi fakta yang ada."
Shimomoto akan menggunakan perjalanannya ke Kepulauan Marshall sebagai bentuk promosi pesan anti-nuklirnya. "Jepang masih belum bergabung dengan Konvensi Senjata Nuklir," katanya.
"Ini adalah perjanjian yang seharusnya jelas bagi semua orang. Saya berharap semua negara bergabung dengan perjanjian ini, sehingga senjata nuklir dan kerusakan yang ditimbulkannya dapat dihilangkan dari Bumi. Dan saya ingin mereka yang telah menderita mendapatkan bantuan," ungkap Shimomoto.