Cina kembali memprovokasi Jepang dengan mengirimkan selusin kapal pasukan penjaga pantai ke kepulauan Diaoyu alias Senkaku yang diperebutkan kedua negara. Sebagai reaksi Tokyo melayangkan nota protes.
Iklan
Menteri Luar Negeri Jepang, Fumuio Kishida memanggil duta besar Cina untuk menyampaikan nota protes atas meningkatnya aktivitas kapal Cina di perairan dekat kepulauan Diaoyu atau Senkaku di Laut Cina Timur.
Jepang mencatat kehadiran kapal pasukan penjaga pantai Cina di kawasan yang diperebutkan kedua negara itu meningkat empat kali lipat dalam beberapa hari terakhir. Militer Jepang mendeteksi sebanyak 13 kapal - sebuah rekor baru sejak 2012 ketika Jepang mendeklarasikan klaimnya atas kepulauan tersebut.
Kepada Duta Besar Cina, Cheng Yonghua, Kishida menuntut agar Cina menarik kapalnya karena dikhawatirkan memicu eskalasi ketegangan antara kedua negara. Pasukan penjaga Pantai Jepang melaporkan setidaknya dua dari 13 kapal Cina berlayar di dekat kepulauan Senkaku kendati telah mendapat peringatan.
Cina, menurut Cheng, cuma berusaha melindungi kapal nelayannya yang berada di kawasan. "Tolong pahami hal tersebut adalah upaya kami untuk mencegah agar situasinya tidak menjadi lebih rumit," tuturnya kepada wartawan.
Hubungan kedua negara sejak lama diliputi rasa saling curiga, terutama sejak Jepang menduduki Cina di Perang Dunia II. Kini kedua negara bersitegang soal Laut Cina Timur. Media-media Jepang meyakini langkah Cina adalah sebuah peringatan terhadap Perdana Menteri Shinzo Abe.
Abe berniat mengunjungi kuil Yasukuni pada 15 Agustus mendatang buat memberikan penghormatan untuk tentara Jepang yang tewas pada Perang Dunia II.
Beijing sejak beberapa bulan terakhir mendorong nelayannya untuk mencari ikan di kawasan perairan yang diperebutkan, seperti Laut Cina Selatan dan Timur. Seringkali nelayan Cina dikawal oleh Pasukan Penjaga Pantai. Dengan cara itu Cina ingin membetoni klaimnya atas kawasan tersebut.
Sementara itu Kapal Penghancur Amerika Serikat, USS Benfold pekan ini melabuh di pangkalan angkatan laut Cina di utara, Qingdao, sebagai bagian dari upaya pendekatan militer kedua negara.
Kunjungan itu adalah yang pertama sejak Keputusan Pengadilan Arbitrase Internasional di Belanda yang memenangkan gugatan Filipina atas klaim Cina di Laut Cina Selatan. Amerika Serikat dan Cina kini berupaya memperkuat hubungan militer. AS antara lain mengundang CIna untuk ikut dalam latihan laut terbesar di dunia, RimPac yang digelar di Samudera Pasifik setiap dua tahun.
Sengketa Wilayah Paling Berdarah di Bumi
Ribuan orang harus melepas nyawa demi mempertahankan atau berebut sepetak tanah di Bumi. Inilah konflik perbatasan paling mematikan di dunia saat ini.
Foto: Marco Longari/AFP/Getty Images
Laut Cina Selatan
Enam negara berebut dua gugusan pulau di Laut Cina Selatan: Cina, Vietnam, Filipina, Malaysia, Brunei dan Taiwan. Konflik seputar salah satu jalur dagang paling gemuk di dunia ini belakangan semakin memanas. Kepulauan Spratly pernah dua kali menjadi medan pertempuran antara Cina dan Vietnam, yakni tahun 1974 dan 1988. Terakhir kali kedua negara bertempur, Vietnam kehilangan 64 serdadunya.
Foto: imago/Westend61
Nagorno Karabakh
Sejak Perang Dunia I Armenia dan Azerbaidjan sudah saling bermusuhan. Perseteruan itu berlanjut saat kedua negara berebut Nagorno Karabakh, wilayah subur seluas pulau Bali. Antara 1988 dan 1992, Armenia dan Azerbaidjan terlibat konflik yang menewaskan lebih dari 35.000 serdadu dan warga sipil. April 2016 perang kembali berkecamuk selama empat hari. Lebih dari 100 orang dinyatakan tewas
Foto: Getty Images/B. Hoffman
Kashmir
Sejak 1989 India berperang melawan kelompok bersenjata yang disokong Pakistan di Jammu Kashmir. Sejak saat itu lebih dari 21.000 gerilayawan tewas dan sekitar 5000 pasukan India gugur dalam tugas. Perang di Jammu Kashmir merefeleksikan konflik wilayah antara India dan Pakistan yang sebagiannya juga direcoki oleh Cina. Hingga kini konflik Kashmir masih berlanjut tanpa jalan keluar
Foto: picture-alliance/dpa/J. Singh
Semenanjung Krimea
Semenanjung di Laut Hitam ini sebenarnya kenyang konflik. Kekaisaran Rusia pernah bertempur melawan koalisi Kesultanan Usmaniyah yang didukung Inggris dan Perancis di abad ke19. Pada 2014 silam Rusia kembali unjuk gigi dengan menyokong pemberontakan melawan Ukraina. Kini Krimea menyatakan diri merdeka dan menjadi negara boneka Moskow.
Foto: picture-alliance/ITAR-TASS
Preah Vihear
Kamboja dan Thailand saling serang berebut kawasan Preah Vihear antara 2008 hingga 2011. Lebih dari 40 orang tewas, termasuk warga sipil. Wilayah di sekitar candi Preah Vihear ini sudah menjadi sengketa sejak Perang Dunia II. Tahun 1962 pengadilan internasional mengakui klaim Kamboja atas kompleks candi yang dibangun pada abad ke 11 itu. Namun Thailand tetap mengklaim kawasan di sekitarnya
Foto: picture-alliance/dpa
Dataran Tinggi Golan
Wilayah pegunungan yang membelah Israel dan Suriah ini sudah sering membuahkan perang antara kedua negara. Pertama tahun 1967 pada Perang Enam Hari, dan terakhir tahun 1973 ketika Israel bertempur melawan koalisi Arab dalam Perang Yom Kippur. Dataran Tinggi Golan diminati karena letaknya yang strategis. Sejak 1967 kawasan subur ini dikuasai oleh Israel.
Foto: Reuters/B. Ratner
Sahara Barat
Sejak 46 tahun Maroko bertempur melawan Republik Sahrawi yang mengklaim seluruh Sahara Barat sebagai wilayahnya. Hingga kini sebagian besar kawasan sengketa seluas dua kali pulau Jawa ini masih dikuasai Maroko. Menurut catatan sejarah, sejak awal perang sudah 21.000 nyawa melayang.
Foto: DW/A. Errimi
Pulau Malvinas/Falkland
Digerakkan oleh rasa nasionalisme, Argentina 1982 menduduki pulau Malvinas yang dikuasai Inggris. Akibatnya perang berkecamuk dan hampir 1000 serdadu meninggal dunia. Malvinas alias Falkland adalah konflik peninggalan era kolonialisme. Kepulauan seluas Nusa Tenggara Barat itu sudah diperebutkan oleh Spanyol dan Inggris sejak abad ke18
Foto: picture alliance/dpa/F. Trueba
Osetia Selatan & Abkhazia
Lebih dari 500 serdadu dan warga sipil tewas ketika Rusia mencaplok wilayah Georgia dan mendeklarasikan negara boneka. Abkhazia sudah bertempur demi kemerdekaan sejak awal 90an. Saat itu kelompok separatis melakukan pembersihan etnis Georgia. Lebih dari 10.000 orang tewas dan ratusan ribu lainnya menjadi pengungsi. Perang etnis juga terjadi di Osetia Selatan antara 1989 hingga 1998.