Kelompok yang memburu ikan paus di Jepang optimis akan bisa melanjutkan programnya setelah perburuan tahun ini dihentikan oleh putusan Mahkamah Internasional PBB.
Iklan
Keputusan Mahkamah Internasional bulan lalu merupakan pukulan telak bagi "perburuan paus untuk kebutuhan ilmiah" Jepang yang telah berlangsung selama bertahun-tahun. Tapi pemerintah di Tokyo menegaskan akan mematuhi hal tersebut dan telah membatalkan musim perburuan 2014-2015.
Namun, dalam dokumen pengadilan di Amerika Serikat yang diserahkan oleh Institute for Cetacean Research -- yang menjalankan perburuan paus bersama Kyodo Sempaku -- tertera harapan lembaga tersebut untuk bisa meneruskan perburuan dengan program penelitian yang dimodifikasi.
Dalam dokumen yang diajukan ke pengadilan Seattle minggu lalu, Institute for Cetacean Research dan Kyodo Sempaku berusaha menuntut Sea Shepherd, kelompok aktivis lingkungan yang mengikuti kapal penangkap ikan paus Jepang saat berburu di Antartika selama beberapa tahun terakhir.
Memburu Raksasa Laut
Perburuan terhadap ikan paus masih marak terjadi, meski sejak 1986 ada moratorium yang melarang penangakapan ikan paus untuk kebutuhan komersil.
Foto: picture-alliance/Robert Harding
Ikan paus yang diburu
Penangkapan paus belum menjadi bagian masa lalu. Walau pemburuan terhadap mamalia laut yang terancam punah ini dilarang sejak 1986, pemburu paus dari Norwegia, Islandia, dan Jepang terus melakukannya. Argumen pihak Jepang adalah pemburuan tersebut membantu penelitian ilmiah.
Foto: picture-alliance/dpa
Terancam punah
Sejak larangan penangkapan, banyak spesies paus jumlahnya menjadi stabil. Namun, Paus Biru, Paus Sirip, Paus Sei, Paus Sikat Selatan, dan Paus Sperma masih terancam keberadaannya. Paus adalah hewan mamalia dan panjangnya bisa mencapai 33 meter dan berat 190 ton. Hewan ini adalah salah satu hewan terbesar di bumi.
Foto: DW
Tradisi Jepang
Daging ikan paus sejak lama menjadi makanan orang Jepang. Khususnya tidak lama setelah perang dunia kedua, warga banyak mengkonsumsi daging ikan paus. Kantin-kantin sekolah dan kantor memilih daging paus karena lebih murah dari daging sapi. Tapi kini, hanya satu persen daging di Jepang yang berasal dari paus.
Foto: gemeinfrei
Makanan anjing
7.000 ton daging paus menumpuk di ruang pendingin di Jepang. Karena daging Paus Sirip tidak menemukan pembeli, sebuah perusahaan Jepang mengolahnya menjadi makanan anjing. Kini perusahaan tersebut mengumumkan untuk tidak lagi memproduksi makanan anjing dari daging paus. Protes dari organisasi perlindungan hewan internasional terlalu besar.
Foto: picture-alliance/dpa
Tidak peduli tekanan internasional
Banyak warga Jepang yang mendukung penangkapan paus dan memaki aksi para aktivis lingkungan. Mereka misalnya menyebut Greenpeace sebagai teroris lingkungan. Tekanan dunia internasional tidak dipedulikan. Bagi pemerintah Jepang ini urusan mahal. Dalam 25 tahun terakhir, penangkapan paus mendapat subsidi tahunan sebesar 6,3 juta Euro. .
Foto: picture-alliance/ dpa
Bukan kasus tunggal
Islandia dan Norwegia juga masih secara resmi melakukan penangkapan paus. Mereka mengajukan keberatan atas moratorium tahun 1986 dan merasa tidak terikat dengan larangan tersebut.
Foto: picture-alliance / dpa
Penangkapan paus yang diijinkan
Suku asli seperti Chukchi atau Inuit di Kanada mendapat ijin resmi untuk memburu ikan paus, selama tidak memperdagangkan produknya tersebut. Bagi mereka, pemburuan paus adalah tradisi yang sudah berjalan selama berabad-abad. Mamalia laut ini memberikan daging, minyak dan tulang bagi suku asli tersebut.
Foto: picture-alliance/empics
Greenpeace dan Sea Shepherd
Dilarangnya penangkapan paus juga berkat dukungan organisasi-organisasi lingkungan. Selama puluhan tahun mereka menggelar aksi spektakuler yang menarik perhatian massa akan pemburuan paus. Organisasi Sea Shepherd dikenal atas sikap yang kontroversial dan agresif dalam melindungi raksasa laut tersebut.
Foto: cc by John Guano sa 2.0
Whale Watching
Banyak negara yang dulunya melakukan penangkapan paus, kini menjalankan bisnis dengan Whale Watching atau menonton paus. Beberapa pengamat paus di Jepang dan Norwegia dulunya adalah penangkap paus. Kini mereka membagi pengetahuannya dengan para turis. Semakin banyak warga Jepang yang ingin hewan tersebut hidup di lautan bebas dibandingkan sebagai sajian di atas piring.
Foto: picture-alliance/Robert Harding
9 foto1 | 9
Juru bicara lembaga tersebut menolak untuk berkomentar. Menurutnya, segala keputusan akan kelanjutan program perburuan paus akan dijatuhkan oleh pemerintah Jepang. Ketua sekretaris kabinet Jepang Yoshihide Suga mengatakan, "Kami masih menganalisa hasil putusan pengadilan. Setelah itu pemerintah baru akan mengeluarkan kebijakannya."
Menurut beberapa pengamat, Mahkamah Internasional bisa memberikan ijin kembali bagi perburuan ikan paus, jika programnya dikurangi dan ada proposal baru yang diajukan. Paul Watson, pendiri organisasi Sea Shepherd, memperkirakan: "Mereka akan kembali di musim 2015-2016."
Namun, ada juga pendapat berbeda. Karena kapal-kapal pemburu paus Jepang kini butuh renovasi dan ketertarikan konsumen akan daging paus berkurang, putusan pengadilan juga memberi kesempatan bagi pemerintah untuk meninggalkan program mahal tersebut dan mendapat pengakuan di dunia internasional.