Jerman: 49 Persen Pengungsi Dapat Pekerjaan dalam 5 Tahun
7 Februari 2020
Berbagai program integrasi dan kursus bahasa Jerman ditawarkan kepada pengungsi di Jerman untuk meningkatkan peluang mereka mendapatkan pekerjaan.
Iklan
Sebuah studi baru yang dirilis hari Selasa (4/2) menyebutkan bahwa 49% dari pengungsi yang datang ke Jerman sejak tahun 2013, akhirnya mendapatkan pekerjaan tetap dalam waktu lima tahun setelah mereka tiba.
"Ini berarti bahwa integrasi pasar tenaga kerja bagi pengungsi sekarang terjadi lebih cepat dibanding tahun-tahun sebelumnya," kata lembaga penelitian pasar kerja IAB di Nürnberg.
IAB berada di bawah Badan Federal untuk Migrasi dan Pengungsi, BAMF. Penelitian terbaru yang dirilis IAB membandingkan situasi pasar kerja dan pengungsi sejak 2013 dengan situasi sebelumnya, dari tahun 1990 sampai 2013. Ketika itu, hanya 44 persen pengungsi yang berhasil mendapat pekerjaan dalam waktu lima tahun pertama.
Membaiknya peluang para pengungsi mendapat pekerjaan dipuji IAB sebagai keberhasilan upaya Jerman dengan program integrasi dan pembelajaran bahasa.
"Selain itu, secara signifikan lebih banyak hal diinvestasikan sejak 2015 dalam pembelajaran bahasa dan program integrasi lainnya untuk memperbaiki peluang pengungsi dan pencari suaka", kata IAB.
Para Imigran Yang Mengubah Wajah Dunia
Mereka terpaksa meninggalkan kampung halaman. Namun di tanah air baru mereka, para imigran ini mengubah wajah dunia - sebagai saintis, politisi, seniman, pengusaha atau olahragawan.
Foto: Imago/United Archives International
Albert Einstein
Tanpa dia dan teori relativitas, pandangan manusia kini tentang alam semesta akan berbeda. Saat Nazi berkuasa di Jerman, Albert Einstein yang berdarah Yahudi dan tengah berada di Amerika Serikat tak bisa kembali ke Jerman, karena nyawanya bisa terancam. Ia mengembalikan paspornya dan beremigrasi ke Amerika Serikat.
Foto: Imago/United Archives International
Marlene Dietrich
Penyanyi dan aktris Jerman Marlene Dietrich sudah terkenal di Amerika Serikat ketika ia meninggalkan Jerman pada tahun 1938. Dia tinggal di Amerika Serikat dan di Perancis. Dari kedua negara itu, ia membantu para pengungsi dan tentara sekutu. Setelah akhir Perang Dunia II di Jerman, ia dituduh telah berkhianat pada negaranya sendiri.
Foto: picture-alliance/dpa
Henry Kissinger
Dia adalah seorang profesor di Harvard University, pernah menjadi menteril luar negeri Amerika Serikat, dan pakar hubungan internasional. Pada tahun 1938, Henry Kissinger meninggalkan Bayern, Jerman, dan melarikan diri dari ancaman maut Nazi. Meskipun saat Perang Dunia II dia menjadi tentara Amerika yang memerangi bangsanya sendiri, dia mengatakan sebagian dari dirinya selalu tetap Jerman.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Schiefelbein
Madeleine Albright
Dari Cekoslovakia, dua kali Madeleine Albright dan keluarganya melarikan diri: pertama, setelah invasi Nazi pada tahun 1939, mereka mengungsi dari Praha ke London. Sempat kembali ke Praha, pada tahun 1948 mereka hijrah ke AS setelah rezim komunis di tanah air mereka mengambil alih kekuasaan. Pada tahun 1997, perempuan berdarah Yahudi ini menjadi menteri luar negeri Amerika Serikat.
Foto: Getty Images/AFP/S. Loeb
M.I.A.
Namanya Mathangi "Maya" Arulpragasam, tapi para penggemar mengenalnya sebagai MIA. Di usia kanak-kanak, dari Sri Lanka, ia melarikan diri ke India menuju ke Inggris. Dalam sebuah wawancara, ia berkata: "Pada awalnya, saya memberitahu semua orang bahwa saya berasal dari Trinidad, jadi saya tidak perlu berbicara tentang Sri Lanka dan perang. Saya tidak mengatakan bahwa saya seorang pengungsi. "
Foto: Getty Images/C. Polk
Miriam Makeba
Miriam Makeba - yang dikenal sebagai Mama Afrika berasal dari Afrika Selatan. Ia berada di sebuah acara di AS ketika pejabat negara Afsel tak mengizinkannya pulang. Lagu mereka "Pata Pata" menjadi hit di seluruh dunia pada tahun 1967. Setelah tinggal di Guinea dan Belgia, atas permintaan Nelson Mandela, pada tahun 1990, pejuang hak-hak sipil ini kembali ke Afrika Selatan.
Foto: Getty Images
Freddie Mercury
Orang tua bintang rock dengan suara khas ini melarikan diri dari gejolak revolusioner di Zanzibar ke London - bersama dengan Freddie kecil. Sisanya adalah sejarah: Mercury naik dan band-nya menjadi ikon rock. Kematiannya akibat HIV/AIDS mendorong kampanye mengatasi isu HIV.
Foto: Getty Images/Hulton Archive
Thomas Mann
Dia dianggap sebagai salah satu penulis paling penting dari abad ke-20. Nazi menyebut peraih penghargaan Nobel ini sebagai "gelombang besar kebiadaban eksentrik". Ia manjadi eksil di Swiss pada tahun 1933 dan pada tahun 1939 ke Amerika Serikat. Pada tahun 1938 ia menciptakan slogan: "Di mana saya berada, itulah Jerman. Saya membawa budaya Jerman dalam diri saya."
Foto: picture-alliance/dpa
Isabel Allende
Setelah kudeta militer berdarah di Chili pada tahun 1973, keluarga Isabel Allende melarikan diri ke Venezuela. 13 tahun kemudian dia pindah ke Amerika Serikat. Pengalaman pribadinya mengalir dalam novel "The House of Spirits". Karena pernah punya pengalaman serupa, tahun 2015 dia menyerukan agar Eropa menyambut para pengungsi.
Foto: Koen van Weel/AFP/Getty Images
Sitting Bull
Kepala suku Sioux , Tatanka Iyotake - lebih dikenal sebagai Sitting Bull - habiskan waktu selama beberapa tahun di pengasingan. 1877 - setahun setelah pertempuran Little Bighorn - ia melarikan diri bersama dengan 2.000 pengikutmya ke Kanada. Tahun 1881 ia kembali ke Amerika dan menyerahkan diri kepada pihak berwenang. Dia ditangkap dan tinggal di reservat Indian. Ia kemudian tewas terbunuh.
Foto: Imago/StockTrek Images
Neven Subotic
Seperti rekannya Vedad Ibisevic (Hertha Berlin), saat masih kecil, Subotic melarikan diri dari kampung halamannya, di Bosnia-Herzegovina. Pada tahun 2012 ia mendirikan sebuah yayasan yang menyediakan akses air minum bagi ana-anak di negara berkembang. Subotic pernah bermain untuk Borussia Dortmund dan pindah ke FC Köln. Ed: Dagmar Breitenbach, Martin Muno (ap/as)
Foto: imago/Thomas Bielefeld
11 foto1 | 11
Masih ada kesenjangan
Sekalipun situasi para pencari suaka dan pengungsi di pasar kerja membaik, masih ada kesenjangan yang belum bisa diatasi.
Sebanyak 68 persen pengungsi melaporkan sudah memiliki pekerjaan, namun ini termasuk pekerjaan paruh waktu, bukan hanya pekerjaan penuh waktu. Selain itu, 17 persen mengatakan mereka memang menerima bayaran tetapi masih ada dalam program pelatihan, sedangkan 3 persen mengatakan sedang menjalani program magang. Sekalipun menerima bayaran, jumlahnya terlalu kecil untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Sekitar 12 persen pengungsi mengatakan tidak memiliki pekerjaan, di antaranya mereka yang melakukan apa yang disebut "mini jobs" dengan pembayaran maksimal 450 euro sebulan.
Studi IAB juga mengungkapkan bahwa hanya 29% pengungsi perempuan yang berhasil mendapat pekerjaan.
Untuk penelitian ini, IAB mewawancarai sekitar 8.000 pengungsi yang tiba di Jerman antara 2013 dan 2018.