Jerman Akan Hentikan Semua Bantuan, Jika Taliban Berkuasa
12 Agustus 2021
Menlu Jerman Heiko Maas mengatakan, Jerman akan menghentikan semua bantuan ke Afganistan jika Taliban mengambil alih kekuasaaan. Taliban mengklaim telah merebut kota strategis Ghazni.
Iklan
Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas mengatakan, negaranya akan menarik semua dukungan keuangan untuk Afganistan jika Taliban mengambil alih kekuasaan dan menerapkan Syariat Islam menurut interpretasi mereka.
"Kami memberi bantuan 430 juta euro (sekitar 16 Triliun Rupiah) setiap tahun," kata Heiko Maas. "Kami tidak akan memberikan satu sen pun ke Afganistan jika Taliban telah sepenuhnya mengambil alih negara ini dan memperkenalkan hukum Syariah," kata menlu Jerman itu kepada televisi Jerman ZDF, Kamis (12/8).
Heiko Maas selanjutnya menerangkan, penarikan militer Jerman dari Afganistan merupakan konsekuensi dari penarikan pasukan AS. Tanpa pasukan AS dan keterlibatan NATO yang lebih luas, keterlibatan militer Jerman di negara itu tidak ada gunanya.
Heiko Maas sekali lagi menegaskan, Jerman telah menangguhkan deportasi ke Afganistan hingga setidaknya 31 Agustus sebagai reaksi menghadapi memburuknya situasi keamanan di negara itu.
Taliban rebut kota strategis Ghazni
Taliban mengklaim telah merebut kota stategis Ghazni, 150 kilometer di barat daya ibukota, Kabul. Ini adalah ibu kota provinsi kesepuluh yang jatuh ke tangan kelompok itu dalam seminggu terakhir.
Iklan
Taliban memposting video dan foto-foto online yang menunjukkan ciri khas kota itu, yang dimaksudkan untuk menunjukkan mereka benar-benar sudah memasuki kota. Pasukan pemerintah diberitakan masih menguasai markas intelijen di kota bersangkutan.
Kelompok Taliban sebelumnya sudah menguasai dua markas polisi di Ghazni sejak sekitar pertengahan Juli. Ghazni dengan sekitar 180.000 penduduk adalah jalur lalu lintas penting yang menghubungkan kota-kota terbesar di Afganistan.
Pasukan AS Pulang, Afganistan Tertimbun di Bawah Sampah Amerika
Pangkalan Udara Bagram jadi markas besar pasukan AS di Afganistan selama hampir 20 tahun. Markas militer itu telah kosong sejak musim semi dan meninggalkan berton-ton sampah.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Rongsokan sejauh mata memandang
Sejarawan mungkin memperdebatkan peninggalan misi politik AS di Afganistan. Tetapi peninggalan fisiknya terlihat jelas dalam bentuk rongsokan dan sampah dalam jumlah besar. Angkatan Darat AS akan ditarik sepenuhnya dari Pangkalan Udara Bagram pada peringatan 20 tahun serangan teroris 11 September di Washington dan New York, jadi dalam waktu beberapa minggu ke depan.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Di mana harus menaruh semua sampah?
Tentara AS akan membawa pulang peralatan atau memberikannya kepada pasukan keamanan setempat. Tetapi masih banyak sampah kemasan dan elektronik tersisa. Lebih dari 100.000 tentara AS bertugas di Bagram sejak 2001. Pangkalan yang terletak 70 kilometer di utara Kabul, telah berkembang menjadi kota kecil ala Amerika, lengkap dengan pusat perbelanjaan dan restoran cepat saji.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Sampah seseorang adalah harta karun bagi orang lain
Tempat pembuangan rongsokan di luar pangkalan telah menjadi populer di kalangan pemburu harta karun. Mereka datang dalam jumlah besar untuk mengais sampah, mencari sesuatu yang masih berguna, seperti sepasang sepatu boot militer ini. Harapan mereka adalah menjual apa yang ditemukan untuk mendapatkan uang.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Mencari harta karun sampah elektronik
Sampah elektronik dalam jumlah besar juga terkubur di tempat pembuangan sampah. Orang mencari papan sirkuit berisi suku cadang dan sekrup yang dapat digunakan kembali. Beberapa bahkan mengandung bahan berharga seperti tembaga dan sejumlah kecil emas. Bagi orang Amerika, itu semua sampah. Tapi bagi warga Afganistan yang berpenghasilan hanya US $695 (Rp8,5 juta) setahun, itu adalah harta karun.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Apa yang akan terjadi dengan Bagram?
Bagram, di kaki pegunungan Hindu Kush, memiliki sejarah panjang sebagai pangkalan militer. Tentara Uni Soviet menggunakan pangkalan itu selama invasinya pada 1979. Banyak yang sekarang khawatir setelah pasukan Amerika pergi, Bagram akan jatuh ke tangan Taliban, yang berarti kemenangan strategis bagi kaum Islamis.
Foto: imago images
Penarikan pasukan yang riskan
Pasukan AS resminya ditarik pulang sejak 1 Mei dan tidak ada waktu untuk membuang sampahnya. Senjata berat dan pasukan tambahan tetap disiagakan untuk kemungkinan serangan Taliban selama penarikan. Pada minggu terakhir penarikan, total 36 negara NATO dan mitra terlibat dalam misi tersebut, termasuk 2.500 tentara Amerika dan 1.100 tentara Jerman
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Wanita yang bekerja
Seorang gadis memulung peti logam usang dari tempat pembuangan sampah. Terlepas dari situasi sulit, anak perempuan dan wanita yang paling diuntungkan dari misi militer pimpinan AS dan jatuhnya Taliban pada tahun 2001. Mereka dapat bersekolah, dan sebagai wanita dewasa bisa bekerja di sektor yang sebelumnya tidak dapat diakses oleh mereka, termasuk di pengadilan tinggi dan institusi resmi lainnya.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Orang-orang yang ditinggalkan
Beberapa orang menemukan barang-barang bernilai sentimental murni di tempat barang rongsokan, untuk mengingatkan mereka pada pangkalan militer AS ini. Banyak pemukiman pasukan lokal Afganistan bermunculan di sekitar Bagram, dan eksistensi mereka bergantung pada pangkalan itu. Banyak yang sekarang bertanya-tanya apa yang akan terjadi dengan mereka dan keluarga mereka.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Apa yang tersisa?
Jadi apa yang tersisa dari kehadiran AS di Hindu Kush, selain sepatu usang dan kawat berkarat? Presiden AS Joe Biden menjanjikan kemitraan "berkelanjutan" pada saat pertemuan dengan mitranya dari Afganistan, Ashraf Ghani di Gedung Putih 25 Juni. Nasib jutaan warga Afganistan akan tergantung dari janji Biden. (bn/as)
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
9 foto1 | 9
AS: Kabul bisa jatuh dalam 90 hari
Para pejabat pertahanan dan intelejen AS mengatakan, Taliban dapat mengisolasi Kabul dalam waktu 30 hari dan mungkin menguasainya dalam waktu 90 hari ke depan. Kelompok militan itu merangsek cepat setelah pasukan AS dan pasukan asing lainnya ditarik mundur dan sekarang menguasai lebih dari seperempat ibu kota provinsi-provinsi di Afganistan,
Ribuan keluarga melarikan diri dari provinsi-provinsi ke ibukota Kabul untuk menghindari kekerasan. Pihak Barat berharap Taliban masih mau melakukan perundingan perdamaian, namun kelompok militan itu juga bisa berkuasa sendiri setelah merebut wilayah yang luas dalam waktu singkat.
Menurut jaringan berita Afganistan 1TV, pemerintah Afganistan telah menawarkan opsi pembagian kekuasaan yang baru kepada Taliban di tengah kekhawatiran atas hilangnya wilayah kekuasaan di bawah presiden Ashraf Ghani.