Jerman akan mengekspor rudal IRIS-T dan jet tempur Eurofighter ke Arab Saudi setelah embargo selama 5 tahun.
Iklan
Pembatasan ekspor senjata ke Arab Saudi itu diputuskan bulan Oktober 2018 di era Kanselir Angela Merkel. Pemicunya: pembunuhan jurnalis Jamal Kashoggi di konsulat Arab Saudi di Istanbul dan keterlibatan negara itu dalam perang di Yaman. Di bawah pimpinan Arab Saudi sebuah aliansi negara-negara Arab memerangi pemberontak Houthi di Yaman yang didukung Iran. Perang di Yaman memicu krisis kemanusiaan berat.
Lebih lima tahun kemudian, pemerintahan koalisi Jerman di bawah Kanselir Olaf Scholz (SPD) membuat asesmen ulang terhadap monarki di Riyadh. "Setelah serangan teror Hamas 7 Oktober lalu, Arab Saudi memberikan kontribusi siginifikan terhadap keamanan Israel," kata Menteri Luar Negeri Annalena Baerbock (Partai Hijau) pada 7 Januari lalu pada saat melakukan kunjungan ke Yerusalem. Arab Saudi juga membantu mencegah bahaya dan konflik meluas di kawasan.
Perubahan haluan politik
Dengan alasan tersebut pemerintahan koalisi Jerman saat ini yang terdiri dari Partai Sosial Demokrat SPD, Partai Hijau dan partai liberal FDP menyepakati haluan baru dan mencabut penghentian ekspor persenjataan ke Arab Saudi.
Iklan
Pemerintah Jerman pada akhir Desember 2023 sudah menyetujui ekspor 150 unit rudal pertahanan udara IRIS-T, sesuai konfirmasi juru bicara pemerintah Steffen Hebestreit pada Rabu (10/01) di Berlin.
Kementerian Luar Negeri juga menyatakan, tidak akan memblokade lagi penjualan pesawat jet tempur Eurofighter ke Arab Saudi. Saat ini angkatan udara kerajaan di Riyadh sudah memiliki 72 unit jet tempur itu. Inggris sudah menyatakan siap memasok 48 unit Eurofighter ke Arab Saudi, tapi harus mendapat pesetujuan Jerman, karena jet tempur itu merupakan proyek bersama.
"Angkatan udara Arab Saudi mengerahkan Eurofigther untuk menangkal roket yang ditembakkan pemberontak Houthi ke Israel," juru bicara pemerintah Steffen Hebestreit menambahkan.
Siapa Sekutu Rahasia Israel dari Dunia Muslim?
Usai menemui Yahya Cholil Staquf, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu merayakan kedekatan negara-negara Arab dan Muslim dengan Israel. Klaimnya itu bukan pepesan kosong. Inilah negara muslim yang bekerjasama dengan Israel
Foto: Getty Images/AFP/D. Furst
Turki
Hubungan kedua negara banyak memburuk dalam beberapa tahun terakhir, terutama sejak pembantaian demonstran Palestina di Jalur Gaza baru-baru ini. Namun begitu hubungan Turki dan Israel tidak akan terputus, klaim Kementerian Pariwisata dan Perdagangan di Ankara dan Tel Aviv. Belum lama ini PM Netanyahu juga memblokir pembahasan genosida Armenia di parlemen untuk menenangkan Turki.
Foto: picture-alliance/AA/M. Kula
Yordania
Sejak menyepakati damai 1995 silam, Yordania dan Israel memperdalam hubungan kedua negara, terutama di bidang keamanan dan ekonomi. Yordania misalnya sering mengirimkan tenaga kerja untuk sektor pariwisata di Israel, sebaliknya Israel menjual gas ke Yordania. Raja Abdullah bahkan menyebut Israel sebagai sekutu utama di Timur Tengah.
Foto: Reuters/Y. Allan
Mesir
Ketika Presiden Abdel Fattah al-Sisi bertemu dengan PM Netanyahu September 2017 silam, keduanya mengklaim hubungan antara Israel dan Mesir sedang mengalami masa keemasan. Tel Aviv bahkan mengizinkan militer Mesir memasuki wilayah jangkar keamanan di Semenanjung Sinai untuk menghalau ancaman ISIS. Selain itu kedua negara juga memiliki musuh yang sama, yakni Hamas di Jalur Gaza.
Foto: picture-alliance/ZUMAPRESS.com
Palestina - Fatah
Musuh bukan tidak bisa berteman. Meski kerap bertempur dengan Hamas di Jalur Gaza, Israel membina hubungan dekat dengan Fatah di Tepi Barat Yordan. Fatah tidak hanya mengakui kedaulatan Israel, tapi juga banyak bergantung dari negeri Yahudi itu untuk stabilitas keamanan. Pada 2014 silam dinas rahasia Israel misalnya menggagalkan upaya pembunuhan oleh Hamas terhadap Presiden Mahmoud Abbas.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Reed
Arab Saudi
Dipersatukan oleh musuh bersama, yakni Iran, Arab Saudi dan Israel banyak mendekat dalam beberapa tahun terakhir, meski masih bersifat rahasia. Pada 2010 silam Direktur Dinas Rahasia Mossad, Meir Dagan, dikabarkan melawat ke Riyadh untuk membahas program nuklir Iran. Saat ini Israel banyak mengekspor teknologi pertahanan, keamanan siber dan pertanian buat negara-negara Teluk.
Foto: Reuters/A. Levy & A. Cohen
Uni Emirat Arab
Belum lama ini mingguan AS New Yorker mengungkap bagaimana Uni Emirat Arab dan Israel telah menegosiasikan normalisasi hubungan diplomatik sejak awal dekade 1990an. Sejak 2015 negeri Yahudi itu memiliki perwakilan tetap di Dubai. Serupa dengan Arab Saudi, kerjasama rahasia antara Israel dan Uni Emirat Arab lebih dititikberatkan untuk melawan Iran.
Foto: picture-alliance/NurPhoto/A. Widak
Azerbaidjan
Israel termasuk negara pertama yang mengakui kemerdekaan Azerbaidjan dari Uni Sovyet. Sebab itu pula kedua negara membina hubungan dekat sejak 1991. Saat ini Azerbaidjan merupakan sumber energi terbesar buat Israel, terutama sejak jalur pipa minyak antara Baku-Tbilisi-Ceyhan diresmikan 2006 silam. Sebaliknya pemerintahan Ilham Aliyev banyak bergantung pada Israel dalam teknologi pertahanan.
Partai oposisi terbesar di parlemen Uni Kristen Demokrat CDU mendukung haluan baru pemerintahan koalisi itu. Penentangan justru muncul dari internal Partai Hijau yang saat ini ikut memerintah. "Isu ekspor persenjataan sangat penting bagi identitas Partai Hijau," ujar Sara Nanni, juru bicara politik pertahanan fraksi Partai Hijau di parlemen Jerman Bundestag.
Partai Hijau berakar dari gerakan perdamaian Jerman. Dan politik luar negeri partai ini lebih dibentuk oleh etika, bukannya oleh kepentingan politik. Dalam kesepakatan koalisi pemerintahan antara SPD, Partai Hijau, dan FDP juga ada klausul tidak akan mengizinkan pemasokan persenjataan ke negara-negara yang terlibat perang di Yaman.
"Bagi saya klausul itu tetap berlaku," kata Sara Nanni dalam wawancara dengan DW. "Memang peranan Arab Saudi dalam konflik Yaman sedikit berubah, tapi bagi saya hal itu bukan alasan untuk mengizinkan penjualan Eurofighter," tegasnya.
Partai Hijau menyetujui pengiriman persenjataan ke Ukraina, "karena ada alasan kuat, memberi sebuah negara demokrasi kemungkinan untuk mempertahankan diri, setelah kedua kalinya diserang oleh sebuah negara agresor imperialis." Alasan kuat ini tidak ada dalam kasus Arab Saudi.
Inilah Persenjataan Jerman yang Disuplai untuk Perang Ukraina
Jerman mulanya dikritik mitra NATO, karena dinilai lamban memasok persenjataan berat ke Ukraina. Namun, dalam beberapa bulan terakhir, persenjataan modern dari Jerman sudah dikirim dan dikerahkan dalam perang di Ukraina.
Foto: Marcus Brandt/dpa/picture alliance
Tank artileri pertahanan udara Gepard
Sedikitnya 30 tank pertahanan udara tipe Gepard dari Jerman sudah ikut bertempur di Ukraina. Dipersenjatai meriam ganda kaliber 35 mm, Gepard mampu menembak sasaran pesawat tempur, helikopter tempur, atau drone hingga ketinggian 3.500 meter. Tank ini juga bisa dikerahkan menyasar tank atau panser di darat.
Foto: Carsten Rehder/dpa/picture alliance
Howitzer - Panzerhaubizte 2000
Panser Howitzer 2000 dari Bundeswehr ini sedikitnya sudah 10 unit dikirim ke medan tempur di Ukraina. Dilengkapi meriam kaliber 155 mm, panser artileri otonom ini mampu menghancurkan sasaran pada jarak hingga 40 km. Panser bisa melaju hingga kecepatan 60 km/jam dan dapat melewati genangan air hingga kedalaman 1,5 meter.
Foto: Michael Kappeler/dpa/picture alliance
Pelontar rudal MARS 2
Sedikitnya tiga unit pelontar rudal multi MARS 2 sudah dikirim ke Ukraina. Bersama dengan sistem artileri jarak menengah itu, juga dikirim ratusan rudalnya yang mampu mencapai sasaran sejarak 80 km. Pelontar mampu menembakkan hingga 12 roket dalam semenit, untuk menyasar terget pada jarak 16 hingga 85 km.
Foto: Sebastian Gollnow/dpa/picture alliance
Sistem artileri pertahanan udara IRIS T SLM
IRIS T SLM mampu menangkal serangan rudal, roket, drone, atau helikopter tempur pada ketinggian hingga 20 km. Satu unit sistem pertahanan udara paling modern yang harganya sekiar 145 juta euro ini sudah dioperasikan di Ukraina. Ironisnya, angkatan bersenjata Jerman, Bundeswehr, hingga kini belum punya sistem arhanud ini.
Foto: Joerg Carstensen/picture alliance
Tank pembangun jembatan Biber
Pemerintah di Berlin menjanjikan pengiriman 16 unit tank pembangun jembatan tipe Biber. Enam unit dijanjikan dikirim hingga akhir tahun 2022, sisanya tahun depan. Rentang jembatan hingga 22 m, lebar 4 m, dan hanya dalam hitungan waktu menit. Jembatan mampu menahan bobot hingga 55 ton atau setara satu unit tank Gepard.
Foto: Patrik Stollarz/AFP via Getty Images
MANPADS Stinger
Sistem pertahanan udara portabel Stinger sudah dikirim saat awal pecah perang di Ukraina. Berlin sudah mengirim sedikitnya 500 unit Stinger ke medang perang Ukraina. Senjata ini dipuji sangat efektif menghancurkan sasaran pesawat tempur atau helikopter hingga ketinggian 4.000 m. Roket yang ditembakkan akan mengejar sasaran secara otonom dan biasanya meledakkan tanki bahan bakar pesawat.
Foto: Ingo Wagner/dpa/picture alliance
Senjata penghancur Bunker dan Panser
Jerman sudah mengirimkan ribuan unit senjata portable penghancur bunker dan panser ini sejak awal perang Ukraina. Ditembakan dari pundak serdadu, amunisi bisa menyasar objek diam hingga 400 m atau objek bergerak hingga 300 m. Amunisinya bisa menembus baja pelindung panser setebal 300 mm atau mengancurkan bunker beton bertulang baja setebal 240 mm. (as/ha)
Foto: Sebastian Gollnow/dpa/picture alliance
7 foto1 | 7
Rebutan pasar persenjataan menggiurkan
Arab Saudi tergolong pasar besar dan menggiurkan untuk bisnis persenjataan. Negara monarki yang dalam indeks hak asasi manusia dan demokrasi berada di peringkat bawah itu, pada tahun 2022 belanja pesenjataan senilai 75 miliar US-dolar.
Jerman termasuk dalam peringkat kelima negara pengekspor persenjataan terbesar di dunia. Namun Jerman tergolong hati-hati dan menahan diri, untuk ekspor persenjataan ke luar negara anggota NATO. Alasan yang paling sering disebutkan, adalah sejarah kelam Jerman pada saat perang dunia kedua.
Dalam proyek persenjataan bersama seperti jet tempur Eurofighter, sikap menahan diri Jerman ini sering memicu kejengkelan negara mitra. Pasalnya, pemerintah di Berlin tidak hanya menolak izin ekspornya oleh perusahaan Jerman, melainkan juga perusahaan mitra di luar negeri.
Perwakilan industri persenjataan bahkan sudah memperingatkan, proyek bersama dalam produksi tank, panser atau jet tempur di masa depan terancam gagal, karena mitra potensial akan mundur akibat ketakutan pembatasan ekspor dari pihak Jerman.
(as/hp)
Jangan lewatkan konten-konten eksklusif berbahasa Indonesia dari DW. Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!