1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jerman Akan Pangkas Dana Kerja Sama Pembangunan Global?

16 Juni 2023

Jerman pada 2022 kucurkan lebih banyak dana bantuan pembangunan global daripada sebelumnya. Tapi sekarang kelihatannya dana itu akan dipotong, bahkan untuk proyek yang terbukti sukses.

Svenja Schulze di New Delhi
Menteri Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan Jerman Svenja Schulze di New DelhiFoto: Anne-Sophie Galli/dpa

Milet, serealia yang memiliki bulir berukuran kecil, dianggap ideal untuk memerangi kekurangan pangan pada masa perubahan iklim: Tanaman biji-bijian itu bisa tumbuh di tanah yang kurang subur, tahan mengatasi kekeringan dengan baik dan kaya nutrisi. Di India, milet telah dibudidayakan selama ribuan tahun, dan tumbuh subur di tepi gurun maupun di pegunungan.

Atas saran India, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan tahun 2023 sebagai "Tahun Milet Internasional". Menteri Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan Jerman Svenja Schulze (SPD) menyebut milet sebagai "makanan super," saat berkunjung ke India pada pertemuan para menteri kerja sama pembangunan G20 di Varanasi, India, 11 Juni lalu.

"Milet ditanam di seluruh India dan membantu diversifikasi pertanian lebih lanjut," kata Svenja Schulze. "Dan karena India sangat sukses dalam hal ini, kami sekarang ingin bekerja sama dengan India untuk membantu negara-negara berkembang lainnya di benua Afrika menumbuhkan lebih banyak milet juga."

Usulan Svenja Schulze adalah contoh dari apa yang dikenal sebagai kemitraan segi tiga atau kemitraan tripartit, di mana dana dan keahlian, dalam hal ini dari Jerman dan India, bisa menguntungkan negara-negara miskin. Jerman saat ini mendanai lebih dari 150 proyek kerja sama semacam itu, dan menjadi salah satu donor kemitraan segi tiga terbesar di dunia.

Milet bisa tumbuh di tanah yang kurang subur dan bernutrisi tinggiFoto: H. Wilhelmy/Bibliographisches Institut//picture-alliance

Situasi global berubah, dana kerja sama pembangunan dipangkas?

"Kerja sama tripartit adalah ide bagus", kata Mathias Mogge, sekretaris jenderal Welthungerhilfe, sebuah yayasan bantuan kemanusiaan Jerman yang bekerja untuk mengakhiri kelaparan dunia. Mathias Mogge percaya, pola kerja sama ini bisa menjadi resep untuk sukses, dengan melibatkan organisasi masyarakat sipil lokal. "Program 'Nutrition Smart Villages' kami misalnya, yang berfokus pada konseling gizi, merupakan program percontohan. Kami sekarang menjalankannya di beberapa negara Afrika dengan bantuan ahli India," katanya.

Pada tahun 2022, Jerman mengucurkan lebih banyak dana untuk kerja sama pembangunan dan mencatat rekor baru dengan pengeluaran sekitar 36 miliar dolar. Angka itu menempatkan Jerman di posisi kedua di belakang AS sebagai negara donor global terbesar.

Tapi itu tahun lalu. Tahun ini situasi telah berubah drastis. Svenja Schulze mengatakan, saat ini pihaknya sedang bernegosiasi mengenai penyusunan anggaran kerja sama pembangunan untuk tahun-tahun mendatang dengan kementerian keuangan.

"Dalam konteks ini, jelas bahwa saya berkomitmen untuk pendanaan yang memadai bagi pekerjaan kebijakan pembangunan mengingat tantangan global yang berkembang, seperti perubahan iklim dan dampak perang agresi Rusia di Ukraina," kata Svenja Schulze kepada DW. Namun Jerman selama lima tahun ke depan akan lebih fokus untuk memperkuat angkatan bersenjatanya, dengan dana tambahan 100 miliar euro per tahun.

Sekretaris jenderal Welthungerhilfe, Mathias MoggeFoto: Jörg Carstensen/picture alliance/dpa

Tren yang tidak dapat diterima

Mathias Mogge mengaku prihatin dengan perkembangan terbaru ini. Jika anggaran Jerman untuk kerja sama pembangunan menyusut, maka langkah-langkah penting dan perlu, baik dalam bantuan kemanusiaan maupun kerja sama pembangunan jangka panjang, tidak dapat  dilaksanakan lagi.

"Jerman telah mendapatkan reputasi yang sangat baik dalam beberapa tahun terakhir - sebagai donor terbesar kedua di dunia dan mitra yang sangat andal. Jerman tidak bisa kehilangan kepercayaan itu sekarang, dan harus mempertahankan keandalan dan kemurahan hati itu."

Joshua Hofert, juru bicara organisasi bantuan anak-anak Terre des Hommes, memiliki pandangan serupa. Meski demikian, dia yakin anggaran Kementerian Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan BMZ, akan dikurangi. "Itu adalah tren yang benar-benar tidak dapat diterima, mengingat berbagai krisis yang kita hadapi — krisis iklim, perang di Ukraina, krisis kelaparan global," katanya kepada DW.

Terlalu sering, lanjutnya, Jerman memfokuskan kerja sama pembangunannya pada negara-negara yang secara ekonomi relatif kuat, misalnya India, yang bisa membuat perjanjian perdagangan yang menguntungkan dengan Jerman. Tapi seharusnya Jerman fokus ke negara-negara yang benar-benar miskin. "Apa yang pada akhirnya menguntungkan Jerman sendiri belum tentu menguntungkan dalam hal kerja sama pembangunan,” pungkas juru bícara Terre des Hommes Joshua Hofert.

(hp/as)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait