Jerman Akan Sumbangkan Vaksin Corona ke Negara Lain
Kay-Alexander Scholz
30 Juli 2021
Mulai Agustus, Jerman pertama kalinya akan menyumbangkan dosis vaksin COVID-19 ke luar negeri. Pemerintah federal tengah memeriksa kualitas dan tanggal kedaluwarsa vaksin yang akan disumbangkan.
Iklan
Sekitar 60% penduduk Jerman telah menerima setidaknya satu suntikan vaksin COVID-19. Sekitar 100 juta atau lebih dosis vaksin diharapkan dapat diberikan pada kuartal ketiga, dari Juli hingga September.
Namun, antusiasme untuk divaksinasi telah berkurang. Stok yang ada melebihi permintaan sehingga vaksin yang ada akan disumbangkan. Pemerintah Jerman telah berjanji untuk menyumbangkan setidaknya 30 juta dosis vaksin AstraZeneca dan vaksin Johnson & Johnson pada akhir tahun 2021.
Dosis vaksin yang akan disumbangkan tersebut harus dikumpulkan terlebih dahulu dan merupakan vaksin yang sudah didistribusikan ke klinik dan pusat vaksinasi. Jika klinik dan pusat vaksinasi tersebut punya persediaan vaksin yang tidak terpakai, barulah vaksin dikembalikan ke fasilitas penyimpanan federal.
Namun, rencana untuk mengumpulkan vaksin tersebut belum final. Menurut Kementerian Kesehatan Federal, kualitas dan tanggal kedaluwarsa vaksin harus terlebih dulu diperiksa sebelum dikirim ke tempat lain.
Klinik dan pusat vaksinasi tidak tidak bisa langsung dengan sendirinya menyumbangkan persediaan vaksin mereka ke luar negeri. Baru-baru ini sejumlah dokter mengeluh bahwa persediaan vaksin yang ada di Jerman terancam kedaluwarsa, sementara banyak negara lain yang membutuhkan.
Vaksinasi COVID-19 Hingga ke Daerah Terpencil di Dunia
Tim medis menempuh perjalanan panjang dan sulit untuk memvaksinasi orang-orang di seluruh dunia. Pekerjaan itu membawa mereka melintasi pegunungan dan sungai, menaiki pesawat, perahu, bahkan juga berjalan kaki.
Foto: Tarso Sarraf/AFP
Mendaki gunung
Dibutuhkan fisik yang bugar bagi tenaga medis untuk memvaksinasi penduduk di daerah pegunungan di tenggara Turki. "Orang sering tinggal berdekatan dan infeksi bisa menyebar dengan cepat," kata Dr. Zeynep Eralp. Orang-orang di pegunungan tidak suka pergi ke rumah sakit, jadi "kita harus pergi ke mereka," tambahnya.
Foto: Bulent Kilic/AFP
Melintasi daerah bersalju
Banyak orang lanjut usia tidak dapat melakukan perjalanan ke pusat vaksinasi. Di Lembah Maira di Alpen Italia barat, dekat perbatasan dengan Prancis, dokter mendatangi rumah ke rumah untuk memberi suntikan COVID-19 kepada penduduk yang berusia lebih dari 80 tahun.
Foto: Marco Bertorello/AFP
Penerbangan ke daerah terpencil
Dengan membawa botol berisi beberapa dosis vaksin, perawat ini sedang dalam perjalanan ke Eagle, sebuah kota di Sungai Yukon di negara bagian Alaska, AS, daerah dengan penduduk kurang dari 100 orang. Masyarakat adat diprioritaskan dalam banyak program imunisasi.
Foto: Nathan Howard/REUTERS
Beberapa warga perlu diyakinkan
Setiap hari, Anselmo Tunubala keluar masuk pemukiman di pegunungan Kolombia barat daya untuk meyakinkan warga tentang pentingnya vaksinasi. Banyak warga meragukan vaksin dan cenderung mengandalkan pengobatan tradisional, serta bimbingan para pemuka agama.
Foto: Luis Robayo/AFP
Jalan kaki selama berjam-jam
Pria dan wanita dalam foto di atas berjalan hingga empat jam untuk mendapatkan suntikan vaksin COVID-19 di desa terpencil Nueva Colonia di Meksiko tengah. Mereka adalah penduduk asli Wixarika, atau lebih dikenal dengan nama Huichol.
Foto: Ulises Ruiz/AFP/Getty Images
Vaksinasi di sungai
Komunitas Nossa Senhora do Livramento di Rio Negro di Brasil hanya dapat dijangkau melalui sungai. "Cantik! Hampir tidak sakit," kata Olga Pimentel setelah disuntik vaksin. Dia tertawa dan berteriak "Viva o SUS!" - "panjang umur pelayanan kesehatan masyarakat Brasil!"
Foto: Michael Dantas/AFP
Hanya diterangi cahaya lilin
Presiden Brasil Jair Bolsonaro menentang vaksinasi COVID-19. Namun, di sisi lain kampanye itu telah berjalan. Penduduk asli keturunan budak Afrika, termasuk di antara yang kelompok pertama yang divaksinasi. Raimunda Nonata yang tinggal di daerah tanpa listrik, disuntik vaksin dibantu penerangan cahaya lilin.
Foto: Tarso Sarraf/AFP
Rela mendayung jauh
Setelah vaksinasi, seorang wanita tua dan putrinya mendayung menjauhi Bwama, pulau terbesar di Danau Bunyonyi di Uganda. Pemerintah negara Afrika tengah sedang mencoba untuk memasok daerah terpencil dengan vaksin COVID-19.
Foto: Patrick Onen/AP Photo/picture alliance
Medan yang berat
Perjalanan lain melintasi perairan tanpa perahu. Dalam perjalanan menuju desa Jari di Zimbabwe, tim medis harus melewati jalan yang tergenang air. Menurut badan kesehatan Uni Afrika, CDC Afrika, kurang dari 1% populasi di Zimbabwe telah divaksinasi penuh.
Foto: Tafadzwa Ufumeli/Getty Images
Dari rumah ke rumah
Banyak orang di Jepang tinggal di desa terpencil, seperti di Kitaaiki. Warga yang tidak bisa ke kota, dengan senang hati menyambut dokter dan tim medis di rumah mereka untuk mendapatkan suntikan vaksin COVID-19.
Foto: Kazuhiro Nogi/AFP
Barang yang sangat berharga
Indonesia meluncurkan kampanye vaksinasi pada Januari 2021. Di Banda Aceh, tim medis melakukan perjalanan menggunakan perahu ke pulau-pulau terpencil. Vaksin di dalam kotak pendingin merupakan barang yang sangat berharga sehingga perjalanan tim medis didampingi petugas keamanan.
Foto: Chaideer Mahyuddin/AFP
Tanpa masker dan tidak menjaga jarak
India menjadi negara terdampak parah pandemi COVID-19. Pada pertengahan Maret 2021, petugas medis mendatangi desa Bahakajari di Sungai Brahmaputra. Sekelompok wanita mendaftar untuk mendapatkan vaksin. Tidak ada yang memakai masker atau menjaga jarak aman. (ha/hp)
Foto: Anupam Nath/AP Photo/picture alliance
12 foto1 | 12
"Praktik individu, kota madya, dan negara bagian federal tidak diizinkan untuk mendistribusikan vaksin COVID-19 yang diperoleh secara terpusat dari Kementerian Kesehatan Federal ke negara atau proyek lain. Hak itu disediakan khusus bagi pemerintah federal," kata Kementerian Kesehatan Federal menanggapi pertanyaan DW.
Mayoritas sumbangan untuk COVAX
COVAX yang merupakan singkatan dari COVID-19 Vaccines Global Access adalah inisiatif vaksinasi global yang bertujuan mengurangi ketidaksetaraan dalam upaya vaksinasi virus corona antara negara industri dan negara berkembang. Spanyol dilaporkan telah mulai menyumbangkan persediaan vaksinnya.
Pemerintah Jerman telah memutuskan bahwa empat dari setiap lima sumbangan vaksin akan disalurkan ke COVAX. Nantinya, COVAX yang akan memutuskan sendiri ke wilayah mana mereka akan mengirim vaksinnya.
Jerman telah memutuskan untuk memberikan 20% dari sumbangannya langsung ke sejumlah negara, termasuk Ukraina, Armenia, dan Namibia. Selain itu, tiga juta dosis vaksin juga telah dialokasikan untuk negara-negara di kawasan Balkan Barat. Belum jelas kapan tepatnya donasi akan dimulai.
Kebijakan sumbangan vaksin ini pun tidak lepas dari kritikan. Kritikus menuduh negara-negara donor menggunakan "diplomasi vaksin" untuk mencapai tujuan strategis mereka.
Meski begitu, Bread for the World tetap mengapresiasi inisiatif tersebut. Sumbangan bilateral "tidak ideal, tetapi jika digunakan di daerah di mana tidak ada vaksin, itu lebih baik daripada tidak sama sekali."
Mereka menilai sumbangan vaksin merupakan bagian kecil dari solusi penanganan pandemi. "Hanya penambahan kapasitas produksi yang akan membawa kita ke sana (solusi)."