Jerman Antisipasi Kembalinya Para Militan ISIS dari Suriah
23 Februari 2018
Pejabat keamanan Jerman mengantisipasi peningkatan jumlah pendukung ISIS yang pulang dari Suriah bersama keluarganya. Diperkirakan lebih dari 100 anak-anak akan ikut datang kembali dari irak dan Suriah.
Iklan
"Otoritas keamanan dan pelayanan sosial akan menghadapi masalah ini tahun 2018," kata Florian Andres dari Kantor Layanan Penanganan Radikalisasi, sebuah badan di bawah Dinas Migrasi dan Pengungsi, BAMF.
"Kami saat ini mencoba untuk memperluas jaringan untuk (menghadapi) ini," kata Endres kepada kantor berita Jerman, DPA. Dia menambahkan, sekarang dibutuhkan kerja sama erat antara berbagai pihak yang terkait.
Baru-baru ini, seorang perempuan Jerman diadilli karena mendukung ISIS. Die berangkat ke Sutiah membawa dua anak perempuannya dan ditankap ketika kembali lagi ke Jerman. (foto artikel). Pemerintah Jerman percaya bahwa ada dari 100 anak-anak radikal yang bisa kembali tahun ini.
Florian Endres mengatakan, karena kasusnya anak-anak, maka harus dilibatkan juga jaringan layanan kesejahteraan remaja.
"Kita sudah punya pengalaman dengan orang-orang yang terisolasi dan kembali (ke Jerman) sejak 2014," kata Endres. "Jadi kita sudah lama siap untuk menampung mereka."
Kantor Layanan Penanganan Radikalisasi membantu keluarga yang anggotanya terseret propaganda ISIS dan kelompok-kelompok radikal Islam lainnya. Banyak orang tua, guru dan pejabat lokal yang sering menghubungi hotline kantor itu.
Selama beberapa tahun terakhir, diperkirakan sekitar 950 pendukung ISIS telah meninggalkan Jerman untuk untuk bergabung dengan ISIS DI Suriah dan Irak. Sedikitnya 145 orang tewas, dan sepertiga lainnya kembali ke Jerman, kata Florian Endres.
Dia menggambarkan orang-orang yang kembali dari Irak dan Suriah sebagai "kelompok yang sangat heterogen terkait usia, alasan untuk kembali dan pengalaman mereka di zona perang." Karena itu, mereka memerlukan pendekatan dan penanganan yang berbeda-beda.
Tidak semua mereka yang kembali dari zona perang juga meninggalkan ISIS. Karena itu, kerjasama erat dengan badan intelijen sangat diperlukan. "Dan ini yang sedang terjadi," kata Endres. Tapi dia mengakui, Kantor Layanan Penanganan Radikalisasi tidak bisa membantu semua masalah yang dialami mereka yang kembali dari Irak dan Suriah.
Penyesalan Para WNI Simpatisan ISIS
Mereka terbuai kemakmuran yang dijanjikan Islamic State dan memutuskan pergi ke Suriah. Janji surga tak sesuai kenyataan, mereka pun menyesal.
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Malla
Tergiur janji manis
Banyak keluarga tergiur dengan janji kekalifatan Islamic State alias ISIS di Suriah dan Irak yang ditawarkan lewat internet. Harapan mendapat pendidikan dan layanan kesehatan gratis, upah tinggi dan jalani keislaman kekhalifahan mendorong gadis Indonesia memboyong keluarganya ke Suriah.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Sampai menjual properti
Keluarga Nurshardrina Khairadhania, bahkan sampai menjual rumah, kendaraan dan perhiasan untuk membiayai perjalanan mereka ke Raqqa, Suriah. Sesampainya di sana, kenyataan tak sesuai harapan. Tiap perempuan muda dipaksa menikahi gerilayawan ISIS. Semntara yang pria wajib memanggul senjata dan berperang. Nur dan bibinya masuk dalam daftar calon pengantin yang disiapkan buat para gerilyawan.
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Malla
Beberapa bulan penuh derita
Beberapa bulan setelah menderita di Raqqa, Nur dan keluarganya melarikan diri dengan membayar penyelundup buat keluar dari wilayah ISIS. Neneknya meninggal dunia, pamannya tewas dalam sebuah serangan udara dan beberapa anggota keluarga lainnya dideportasi sejak baru tiba di Turki. Bersama ibu, adik dan sanak saudara yang lainnya Nur berhasil masuk kamp pengungsi Ain Issa, milik militer Kurdi.
Foto: Getty Images/AFP/D. Souleiman
Jalani interogasi
Para WNI pria yang lari dari ISIS pertama-tama diamankan militer Kurdi dan diinterogasi. Setelah perundingan panjang, kini mereka dipulangkan ke Indonesia dan jalani program deradikalisasi yang disiapkan pemerintah. Menyesal! Tinggal kata tersebut yang bisa dilontarkan.
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Malla
Surga atau neraka?
Banyak relawan dari Indonesia yang ingin menjadi jihadis atau pengantin jihadis, untuk mengejar 'surga' yang dijanjikan Islamic State di Suriah atau Irak. Namun menurut mereka yang ditemui adalah 'neraka'
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Malla
Nur: IS tidak sesuai kaidah Islam
Dalam wawancara dengan Associated Press, Nur menceritakan perilaku jihadis ISIS tidak sesuai kaidah Islam yang ia pahami. "ISIS melakukan represi, tak ada keadilan dan tak ada perdamaian. Warga sipil harus membayar semua hal, listrik, layanan keseahatan dan lainnya. Sementara jihadis ISIS mendapatkannya secara gratis."
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Malla
Proses pemulangan
Banyak kalangan yang tergolong naif atau garis keras atau gabungan keduanya bergabung dengan ISIS, pada akhirnya menyerahkan diri atau ditangkap aparat keamanan. Pejabat Kurdi di Raqqa menyebutkan proses itu interogasi diperkirakan berlangsung hingga enam bulan, sebelum diambil keputusan bagi yang bersangkutan.
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Malla
Termasuk dari Jerman
Banyak warga negera-negara lain yang juga terbuai janji ISIS. Termasuk dari Jerman. Majalah mingguan Jerman Der Spiegel melaporkan bulan Juli 2017, sejumlah perempuan Jerman yang bergabung dengan ISIS dalam beberapa tahun terakhir, termasuk gadis berusia 16 tahun dari kota kecil Pulsnitz dekat Dresden, menyesal bergabung dengan ISIS. Ed (ap/as/berbagai sumber)