Jerman Batasi Penggunaan Vaksin AstraZeneca Bagi Lansia
31 Maret 2021
Vaksin COVID-19 AstraZeneca di Jerman hanya boleh diberikan secara rutin kepada lansia di atas 60 tahun, demikian keputusan Menteri Kesehatan federal dan negara bagian Jerman.
Iklan
Menteri Kesehatan (Menkes) Jerman Jens Spahn dan 16 menteri kesehatan negara bagian pada Selasa (30/03) memutuskan untuk menangguhkan penggunaan rutin vaksin COVID-19 AstraZeneca untuk orang di bawah usia 60 tahun.
Orang yang berusia di bawah 60 tahun masih dapat menerima vaksin, namun hanya "atas izin dokter, dan setelah dilakukan analisis risiko individu dan penjelasan menyeluruh," menurut dokumen yang dilihat oleh kantor berita DPA dalam pertemuan darurat para Menkes.
Mengapa vaksin Astrazeneca dibatasi?
Keputusan ini diambil di tengah kekhawatiran yang mencuat tentang risiko pembekuan darah pada beberapa orang muda setelah menerima vaksin AstraZeneca.
"Pesan positifnya adalah vaksin AstraZeneca harus terus diberikan untuk orang yang telah mencapai usia 60 tahun," kata ketua konferensi menteri kesehatan, Menkes Bayern Klaus Holetschek.
"Penelitian terus menunjukkan bahwa ini adalah vaksin yang efektif melawan serangan penyakit yang parah. Kami membutuhkannya agar efektif dalam menghadapi gelombang ketiga dan mutasi virus yang berbahaya, kami membutuhkannya untuk bergerak maju dengan cepat," kata Holetschek.
Komisi vaksin permanen Jerman (STIKO) juga menerbitkan pedoman baru pada Selasa (30/03) yang merekomendasikan agar vaksin AstraZeneca digunakan hanya untuk mereka yang berusia di atas 60 tahun.
Bertindak atas saran STIKO, pihak berwenang di Berlin dan München sebelumnya menghentikan sementara penggunaan vaksin AstraZeneca pada orang yang berusia di bawah 60 tahun.
Bagaimana tanggapan para pemimpin Jerman?
Kanselir Jerman Angela Merkel mendukung aturan baru ini. "Kepercayaan datang dari kajian bahwa setiap kecurigaan, setiap kasus akan diperiksa," katanya setelah berkonsultasi dengan para Perdana Menteri Jerman.
Dia menambahkan bahwa dia juga akan bersedia menerima vaksin AstraZeneca saat gilirannya tiba. Kanselir berusia 66 tahun.
Perdana Menteri negara bagian Bayern, Markus Söder, berbicara blak-blakan di tengah kebingungan dan kekhawatiran seputar vaksin AstraZeneca.
"Dengan AstraZeneca, secara khusus mungkin kami harus memberikan kebebasan: siapa pun yang ingin dan siapa pun yang berani, boleh dikatakan, harus memiliki kesempatan (untuk menerima vaksinasi)," kata Söder.
Iklan
Apa keputusan kota Berlin?
Senator Kesehatan Berlin Dilek Kalayci pada Selasa (30/03) juga mengumumkan rencana untuk menangguhkan penggunaan vaksin AstraZeneca untuk orang di bawah 60 tahun.
Rumah sakit Berlin telah menghentikan vaksinasi AstraZeneca pada perempuan di bawah usia 55 tahun.
Dalam beberapa kasus, ada risiko penggumpalan darah yang tidak biasa di kepala usai menerima vaksin AstraZeneca. Dari sedikit kasus yang tercatat itu, perempuan muda yang paling berisiko.
Beberapa negara Eropa sempat menangguhkan penggunaan vaksin AstraZeneca awal bulan ini, namun akhirnya vaksinasi AstraZeneca telah dilanjutkan setelah regulator Uni Eropa (UE) mengatakan vaksin itu aman untuk digunakan.
Negara dengan Kuota Vaksinasi Corona Tertinggi di Dunia
Sejumlah negara ngebut melakukan vaksinasi corona untuk meredam pandemi Covid-19 secara efektif. Yang mengejutkan, sejumlah negara kecil mencapai kuota vaksinasi per kapita tertinggi di dunia.
Foto: picture-alliance/dpa/Geisler-Fotopress
Israel Terdepan
Israel berada di peringkat paling atas sebagai negara dengan kuota vaksinasi corona per kapita tertinggi sedunia. 96% dari seluruh populasi yang jumlahnya 8,6 juta orang minimal sudah mendapat dosis pertama vaksin (posisi 08/03/21). Sukses negara Yahudi itu untuk mengerem pandemi Covid-19 mendapat acungan jempol. Kini kehidupan publik berangsur normal, tapi prokes tetap dijalankan.
Foto: Ronen Zvulun/REUTERS
Uni Emirat Arab di Posisi Dua
Uni Emirat Arab (UEA) menyusul di posisi kedua dengan kuota vaksinasi per kapita mencapai 62 per 100 penduduk. Sekitar 6,8 juta dari lebih 9 juta penduduk UEA sudah mendapat vaksin corona dosis pertama. UAE menggunakan vaksin Sinovac buatan Cina untuk program vaksinasi massal gratis. Saat ini Dubai mulai "roll out" vaksinasi dengan vaksin buatan BioNTech-Pfizer.
Foto: Getty Images/AFP/K. Sahib
Inggris
Inggris mencatatkan kuota vaksinasi corona per kapita pada kisaran 31 per 100 orang. Dengan jumlah populasi hampir 86 juta orang, berarti lebih dari 28 juta warga Inggris sudah mendapat vaksin corona. Aktual ada tiga jenis vaksin yang digunakan, yakni buatan BioNTech-Pfizer, Moderna dan AstraZeneca.
Foto: Victoria Jones/AFP/Getty Images
Amerika Serikat
Amerika Serikat juga ngebut memerangi pandemi Covid-19, setelah terganjal beberapa bulan oleh politik Trump. Aktual kuota vaksinasi per kapita mencapai 23,5 per 100 orang. Artinya hingga saat ini sudah lebih dari 76 juta dari total 331 juta populasi AS mendapat minimal satu dosis vaksin buatan BioNTech-Pfizer atau Moderna. Presiden terpilih Joe Biden mendapat vaksinasi sebagai aksi simbolis.
Foto: Tom Brenner/REUTERS
Serbia
Serbia, salah satu negara bekas Yugoslavia dengan populasi 7 juta orang juga ngebut dengan program vaksinasi massal. Kuotanya mencapai 22 per 100 orang (posisi 4/3/21) Menteri kesehatan Serbia, Zlatibor Loncar secara simbolis mendapat vaksinasi anti Covid-19 buatan Sinopharm, Cina di Beograd akhir Januari silam.
Foto: Nikola Andjic/Tanjug/ Xinhua News Agency/picture alliance
Chile
Negara kecil di Amerika Selatan, Chile juga melakukan vaksinasi massal dengan cepat. Negara dengan populasi sekitar 19 juta orang itu sudah mencapai kuota 19,2 per 100 penduduk. Presiden Sebastian Pinera mendaat suntikan vaksin perdana secara simbolis pertengahan Februari lalu di kota Futrono. Vaksin yang digunakan adalah Sinovac buatan Cina.
Bahrain menjadi negara di kawasan Teluk berikutnya yang mencatatkan kuota tinggi vaksinasi corona dengan 17,8 per 100 orang. Registrasi vaksinasi di negara kecil berpenduduk sekitar 1,6 juta orang itu dilakukan menggunakan aplikasi mobile. Vaksinasi menggunakan dua jenis vaksin dalam program ini, yakni vaksin buatan Sinopharm dan buatan BioNTech-Pfizer.
Foto: Imago/Sven Simon
Denmark
Denmark negara kecil di Eropa dengan populasi 5,8 juta mencatatkan kuota vaksinasi corona per kapita 11 per 100 warga. Jika dilihat angka mutlaknya relatif kecil, hanya sekitar 600 ribu warga yang mendapat vaksinasi. Tapi dilihat dari kuota per total populasi angka itu cukup tinggi.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendapat vaksin Sinovac buatan Cina saat memulai kampanye vaksinasi massal di Ankara pertengahan Januari silam. Saat ini kuota vaksinasi di Turki mencapai sekitar 11 dari 100 warga di negara dengan populasi 82 juta orang itu.
Foto: Murat Cetinmuhurdar/Presidential Press Office/REUTERS
Jerman
Jerman belakangan catat pertambahan kasus covid-19, menjadi lebih dari 2,5 juta orang dan lebih dari 72.000 korban meninggal. Walau vaksin BioNTech berasal dari Jerman, namun pembagiannya tergantung Uni Eopa. Jerman baru mencatat 7,9% vaksinasi corona bagi 83 juta penduduknya. Strategi vaksinasi dikritik sebagai amat lamban dan kurang efektif. Penulis Agus Setiawan (as/pkp)
Foto: Markus Schreiber/AP Photo/picture alliance
10 foto1 | 10
Apa kata epidemiolog?
Dalam wawancara dengan DW, Tobias Kurth, ahli epidemiologi di Rumah Sakit Charite berbicara soal keputusan menangguhkan penggunaan vaksin AstraZeneca.
Keputusan menghentikan sementara penggunaan vaksin AstraZeneca dimaksudkan sebagai "tindakan pencegahan agar orang-orang tidak mendapat risiko," kata Kurth.
Ketika ditanya apakah berita tentang penangguhan vaksin ini berarti situasinya mengkhawatirkan, Kurth mengatakan bahwa efek sampingnya "sangat, sangat jarang, tetapi ada ... lebih daripada yang biasanya kita amati."
Namun, Kurth menambahkan, "manfaatnya masih lebih besar daripada risikonya."
Meski demikian, Kurth mengakui bahwa "kepercayaan publik tentu sangat terpengaruh."
Ke depan, lanjutnya, "sangat penting bagi kita untuk menemukan solusi untuk ini, bahwa kita memiliki cukup vaksin yang tersedia, dan terus memvaksinasi orang."