Sejumlah petinggi partai di Jerman menilai pembelajaran tatap muka di negara itu jangan dilakukan secara terburu-buru. Rencananya Kanselir Angela Merkel baru akan membahas perkembangan situasi lockdown pada Selasa (5/1).
Iklan
Karena pihak berwenang Jerman diperkirakan akan memperpanjang lockdown setidaknya selama tiga minggu lagi, Partai Demokrat Sosial (SPD) meminta agar orang tua yang membutuhkan jasa penitipan anak agar diberikan hari libur berbayar.
"Perusahaan harus memberi orang tua cuti kerja," kata Sekretaris Jenderal SPD Lars Klingbeil kepada Bild Live pada hari Minggu (03/01).
Klingbeil mengatakan sarannya masuk akal karena sekolah dan pusat penitipan anak tetap ditutup setelah liburan Natal.
SPD mengatakan ada indikasi bahwa sekolah dapat menjadi sumber penularan COVID-19. “Harus dijelaskan apakah kelas tatap muka dari kelas satu hingga kelas enam, serta di kelas kelulusan, dimungkinkan (dibuka) lagi,” tambahnya.
Pejabat kesehatan Jerman mengatakan pada Minggu (03/01) bahwa negara itu telah mencatat 10.315 infeksi virus corona baru dan 312 kematian terkait dalam 24 jam terakhir.
Kembali normal secara perlahan
Sementara itu, Menteri Pendidikan Federal Anja Karliczek dari partai Uni Demokrat Kristen (CDU) percaya bahwa kembali membuka pembelajaran tatap muka dalam waktu dekat tidak memungkinkan untuk semua siswa. Ia mengatakan bahwa tingkat infeksi virus corona "masih sangat tinggi" di negara itu.
"Pengajaran tatap muka secara total di semua kelas oleh karenanya tidak dapat dibayangkan saat ini," tegasnya.
Karliczek mengatakan bahwa jika kelas tatap muka berlangsung, akan "paling baik hanya dilakukan di bawah kepatuhan ketat dengan protokol kesehatan, termasuk memakai masker."
Aturan Jaga Jarak dan Higiene Saat Pandemi Covid-19, Apakah Ampuh?
Saat pandemi COVID-19, jaga jarak itu penting. Tapi aturan jarak yang ditetapkan, tidak akan dapat mencegah penyebaran virus secara nyata yang amat kompleks. Juga banyak fenomena baru dalam penularan virus corona.
Foto: picture-alliance/dpa/B. Wüstneck
Harap jaga jarak minimal 1,5 meter
Pandemi Covid-19 memunculkan serangkaian aturan baru. Salah satunya jaga jarak minimal 1,5 meter. Selain itu faktor higiene dan mengenakan masker. Namun, hal itu tidak menjelaskan bagaimana realita penyebaran virus SARS-CoV2 lewat aerosol yang amat rumit. Demikian laporan para peneliti dari Oxford dan London di Inggris serta Cambridge di AS dalam British Medical Journal akhir Agustus lalu.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Büttner
Dari mana asalnya aturan jarak 2 meter?
Pakar kedokteran Jerman Carl Flügge tahun 1897 sarankan agar menjaga jarak 2 meter dari penderita TBC agar tidak tertular. Partikel cairan yang yang mengandung bakteri streptococcus disemburkan saat penderita batuk, masih menular pada jarak 2 meter. Riset lainnya pada tahun 1948 menunjukkan, sekitar 90% bakteri tuberkolosa yang disemburkan saat batuk, tidak sampai mencapai jarak 1,70 meter.
Foto: picture-alliance/dpa/PA/Jordan
Jarak dua meter tidak mencukupi
Riset dari tahun 1948 itu dipublikasikan dalam American Medical Journal. Namun, juga ditunjukkan sekitar 10% bakteri mencapai jarak lebih jauh, hingga 2,90 meter. Foto ilustrasi menunjukkan, warga yang berjemur di bantaran sungai Rhein ikut aturan menjaga jarak berupa lingkaran berdiameter dua meter. Tapi sekarang yang kita hadapi adalah virus SARS-CoV2 bukan bakteri TBC.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Becker
Virus menyebar lewat aerosol
Virus lebih kecil dari bakteri, dan mampu mengambang di udara selama beberapa jam dan bisa menyebar dalam ruangan. Karena itu para ahli menyarankan, bukan hanya jaga jarak dua meter sebagai kriteria keamanan. Melainan juga beberapa faktor lainnya: ventilasi ruangan, memakai masker, dan jangan berbicara atau menyanyi terlalu kencang.
Foto: picture-alliance/dpa/Bayerischer Rundfunk
Jangan batuk atau menyanyi
Sejumlah riset teranyar juga menunjukkan, saat batuk atau bersin paket virus bisa tersembur hingga jarak 8 meter. Juga berbicara kencang atau menyanyi, membuat turbulensi aerosol di dalam ruangan. Jika berbicara lirih, seperti di perpustakaan dan orang berada di udara terbuka, jarak antara dua orang bisa jauh lebih dekat.
Foto: Getty Images/AFP/A. McBride
Berapa lama aman berada di dalam ruangan?
Yang juga menentukan untuk mitigasi bahaya, adalah lamanya berada dalam ruangan yang terkontaminasi dan berapa banyak orang berada dalam ruangan. Dari beragam faktor ini, para ahli membuat model seperti lampu pengatur lalu lintas. Yang jelas: di dalam ruangan dengan banyak orang, sebaiknya hanya tinggal sebentar, masukkan udara segar, memakai masker, dan bicara lirih.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Hoppe
Fenomena kontak hanya semenit
Kontak sangat singkat mencukupi untuk terinfeksi virus pemicu COVID-19. Contoh kasus di AS, di mana seorang sipir tertular virus corona dari seorang narapidana, padahal dia hanya kontak beberapa menit saja. Karenanya jawatan kesehatan AS-CDC terapkan aturan baru yang lebih ketat. Definisi kontak erat adalah: jarak di bawah dua meter, minimal 15 menit namun terakumulasi dalam waktu 24 jam. (as/rap)
Foto: picture-alliance/empics
7 foto1 | 7
"Bagaimanapun, lebih baik bertindak hati-hati daripada pada titik tertentu tidak dapat mengizinkan pengajaran di kelas sama sekali karena situasi yang lebih buruk," kata politisi CDU itu, menambahkan bahwa situasinya akan tetap sulit dalam beberapa minggu mendatang.
"Saya pikir tahun ini kita akan kembali normal selangkah demi selangkah - di sekolah dan institusi pendidikan lainnya."
Kanselir Jerman Angela Merkel akan mengadakan pertemuan dengan kepala negara federal pada hari Selasa (05/01) untuk membahas perkembangan situasi lockdown yang sedang berlangsung.