Jerman punya seorang pahlawan baru tapi sekaligus juga kehilangan seorang remaja putri ceria. Negara ini berduka atas meninggalnya Tugce perempuan keturunan Turki yang berdedikasi. Komentar Verica Spasovska.
Iklan
Tugce, mahasiswi keturunan Turki, harus membayar kepedulian sipil yang ia tunjukkan untuk membela yang lemah dengan nyawanya. Dengan berani, ia menjadi pembela dua remaja putri yang diganggu lelaki, dan harus menjadi korban.
Tugce meninggal tepat di hari ulang tahunnya yang ke 23 akibat luka pukulan yang dideritanya. Seluruh Jerman berdukacita sekaligus memuji dan menghormati perempuan ceria yang berani ini. Sebagai tanda ikut berdukacita, ratusan orang berkumpul di depan rumah sakit pada senja saat alat bantu medis penunjang kehidupannya dimatikan. Ratusan ribu lainnya menyampaikan dukacita dan kekaguman lewat jejaring media sosial.
Tidak kurang dari Presiden Jerman Joachim Gauck yang menegaskan rasa ikut berdukacita kepada kedua orangtua Tugce. Gauck juga menyatalan akan mempertimbangkan pemberian medali tanda jasa Jerman bagi almarhumah atas kepedulian sipilnya.
Kematian tragis perempuan Jerman keturunan Turki berusia 23 tahun itu menyimpan peluang besar untuk mengubah pandangan negatif umum terkait debat imigrasi di Jerman. Sangat sering diskusi mengenai imigran hanya menyoroti masalah sempit seputar kasus bermasalah, kelompok pinggiran serta imigran yang tidak mau berintegrasi dan hidup dalam masyarakat paralel.
Tapi sekarang pahlawan itu juga memiliki latar belakang migran. Seorang remaja putri dengan akar dari Turki, yang kuliah dan ingin jadi guru, yang berminat pada kemajuan masyarakat. Perhatian kini terfokus pada seorang wakil dari kelompok besar warga dengan latar belakang migran, yang memberikan kontribusi besar bagi perkembangan kemasyarakatan di Jerman.
Data dan fakta telah menunjukkan, bahwa kaum migran secara demografi, ekonomi dan budaya justru menguntungkan Jerman. Tapi data dan fakta tidak banyak mempengaruhi diskusi warga migran, yang lebih sering diganduli emosi.
Tapi nasib tragis satu orang, sering mengubah drastis segalanya. Dalam kasus ini, seorang remaja perempuan keturunan Turki yang berani dan membayar mahal kepedulian sipil dengan nyawanya, yang menempai sebuah relung dalam hati warga Jerman.
Selamat Jalan Tuğçe
Karena berani membela orang yang lemah, Tuğçe jadi korban. Ia kini dimakamkan di kota kelahirannya. Langkah berani Tuğçe masih akan diingat dan jadi panutan setelah kepergiannya.
Foto: Reuters//K. Pfaffenbach
Perpisahan dengan Tuğçe
Air mata, bunga dan lilin. Upacara pemakaman Tuğçe yang dilakukan secara Islam dihadiri ribuan orang. Di mesjid, setelah sembayang zuhur dilayangkan doa bagi Tuğçe. Setelah itu ia dikuburkan di pemakaman kota kelahirannya, Bad Soden-Salmünster, dan hanya dihadiri keluarga dekat.
Foto: picture-alliance/dpa/Roessler
Keberanian Tuğçe Menyentuh Dunia
Tuğçe ingin menolong dua remaja perempuan, dan akhirnya jadi korban kekerasan. Harian "La Stampa" di Italia menyebut Tuğçe "Malaikat dari Mc Donald’s". Media Turki membuat kepala berita, "Terima kasih Tuğçe, Kami Sayang Kamu," dan menunjukkan terkesan pada perhatian dan simpati dari masyarakat Jerman.
Foto: picture-alliance/dpa/B. Roessler
Ikut Merasa Berduka
Pada hari ulang tahunnya yang ke-23, sekitar 1.500 warga ikut berjaga di luar klinik tempat ia dirawat. Itu juga menjadi hari kematiannya. Orang-orang yang menunggu di luar meletakkan bunga dan menyalakan lilin. Seorang pianis memainkan lagu yang paling disukai Tuğçe, "The River Flows In You".
Foto: picture-alliance/dpa/Roessler
Bela Sungkawa dan Solidaritas
Orang-orang yang berkumpul di depan Klinik Sana di kota Offenbach membentangkan plakat bertulisan, "Hari ini, kita semua Tuğçe".
Foto: picture-alliance/dpa/Roessler
Alat Pendukung Hidup Dimatikan
Hari kelahirannya (28/11) juga jadi hari meninggalnya. Alat-alat yang mendukung hidup mahasiswi itu dimatikan, setelah ia berada dalam keadaan koma. Orang tua Tuğçe mengambil keputusan itu setelah dokter memastikan, Tuğçe sudah mengalami mati otak. Foto: ibu Tuğçe memandang warga di luar dari jendela kamarnya di klinik.
Foto: picture-alliance/dpa/Roessler
Mati Karena Ingin Menolong
Orang-orang mengucapkan selamat jalan bagi Tuğçe di depan klinik di Offenbach. Tuğçe harus membayar dengan hidupnya, karena ia ingin menolong orang lain.
Foto: picture-alliance/dpa/Roessler
Menyelamatkan Hidup
Tuğçe masih menolong orang lain setelah meninggal: ia menjadi penyumbang organ tubuh. Untuk itu di Jerman orang harus memiliki tanda pengenal khusus. Hanya beberapa jam setelah kepergiannya, orang tuanya menyetujui pengambilan organ untuk transplantasi.
Foto: picture-alliance/dpa
Ikut Merasakan Kesedihan
Presiden Jerman Joachim Gauck (foto) dan pemerintah negara bagian Hessen menyatakan bela sungkawa bagi keluarga Tuğçe. "Sangat menyakitkan kehilangan putri yang masih memiliki masa depan panjang seperti Tuğçe", demikian kata Perdana Menteri negara bagian Hessen, Volker Bouffier, dan wakilnya, Menteri Ekonomi Tarek Al-Wazir.
Foto: picture-alliance/dpa/Gambarini
Bintang Jasa Bundesverdienstkreuz
Lewat jejaring sosial puluhan ribu orang menyatakan kesedihan. Akun Facebook "Tuğçe zeigte Zivilcourage, zeigen wir ihr unseren Respekt" (Tuğçe tunjukkan keberanian, kita tunjukkan penghormatan) mendapat lebih dari 125.000 "likes". Petisi lewat internet yang mengajukan Tuğçe untuk mendapat bintang jasa Jerman Bundesverdienstkreuz ditandatangani lebih dari 160.000 orang Selasa malam.
Foto: picture alliance/AA/Kaman
Pertikaian di Depan Restoran Cepat Saji
Tuğçe hendak melindungi dua remaja perempuan yang dilecehkan beberapa pria. Oleh sebab itu seorang pria muda menunggu dan memukulnya di depan restoran cepat saji. Akibat pukulan itu ia jatuh ke tanah. Setelah itu ia berada dalam keadaan koma sampai dinyatakan meninggal.
Foto: picture-alliance/dpa
Saksi Ditemukan, Pelaku Diam
Peristiwa itu bisa direkonstruksi lewat rekaman kamera pengawas. Menurut jaksa, dalam interogasi pertama tersangka pelaku mengakui telah memukul Tuğçe. Setelah itu ia bungkam, dan sekarang berada dalam tahanan penyelidikan. Polisi kini meneliti delik serangan dengan akibat mematikan. Dua remaja perempuan yang ditolong Tuğçe kini telah melaporkan diri kepada polisi.