1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KesehatanJerman

Jerman Berjuang Tanggulangi Kelangkaan Obat-obatan

21 Desember 2022

Saat ini infeksi pernafasan sedang melanda Jerman, terutama pada anak-anak. Tapi ada kekurangan obat-obatan yang dramatis, karena terhambatnya pasokan dari Cina dan India.

Foto ilustrasi anak sakit
Foto ilustrasi anak sakitFoto: Frank May/picture alliance

"Kami kekurangan antibiotik, obat penghilang rasa sakit, juga penurun tekanan darah, dan obat kanker, lambung, dan jantung," kata apoteker Fatih Kaynak di Berlin, sambil menelusuri daftar panjang obat yang tidak tersedia. "Sangat sulit bagi kami untuk menyediakan obat anak-anak."

Karena sulit menelan tablet, anak-anak biasanya diberi obat cair. Sirup obat pereda nyeri dan obat penurun panas yang mengandung parasetamol atau ibuprofen yang banyak diminati. Lebih dari 10 juta paket dijual di Jerman setiap tahunnya. Tetapi sekarang rak di apotek Fatih Kaynak kosong. Ada juga masalah suplai untuk penisilin dan antibiotika cair karena hambatan pasokan akibat pandemi Covid-19. "Kalau saya mau (pesan) 50 bungkus obat langka, saya mungkin hanya dapat lima,” katanya.

Ketua asosiasi medis, Klaus Reinhardt, telah membuat seruan yang tidak biasa di media: mereka yang sehat diminta membagikan obat apa pun yang mereka miliki di rumahnya kepada orang sakit di lingkungan sekitarnya. "Kami membutuhkan sesuatu seperti pasar loak untuk obat-obatan," kata Klaus Reinhardt kepada harian "Tagesspiegel" Berlin minggu ini. Pasar semacam itu juga dapat mencakup obat-obatan yang tanggal kedaluwarsanya telah lewat beberapa bulan, tambahnya.

Thomas Benkert, presiden Kamar Apoteker Jerman, mengaku terkejut dengan gagasan itu. "Obat-obatan dijual di apotek, bukan di pasar loak - dan tentu saja bukan obat kadaluwarsa," katanya dalam sebuah pernyataan.

Apoteker Fatih Kaynak di depan apoteknya di BerlinFoto: Sabine Kinkartz/DW

Apoteker mencari alternatif

Apotek di Jerman memang bisa memproduksi obat sendiri, sekitar 12 sampai 14 juta resep setiap tahunnya. Tetapi itu hanya bagian sangat kecil dari sekitar 1,3 miliar paket obat yang terjual tahun 2021. Sekarang, banyak apotek sudah mulai membuat lagi sirup anti demam untuk anak-anak - tetapi dengan harga per botol beberapa kali lipat lebih tinggi dari harga obat standar.

Harga obat-obatan impor yang sangat murah memang berkontribusi untuk kelangkaan obat di Jerman saat ini. Karena harga obat produksi Jerman dan Eropa jauh lebih tinggi, kebanyakan distributor obat memesannya dari Cina dan India, yang harganya jauh lebih murah. Perusahaan asuransi kesehatan misalnya masih membayar 1,36 euro untuk sebotol parasetamol cair, sama seperti sepuluh tahun lalu, sekalipun harga bahan aktif parasetamol di Jerman telah meningkat sebesar 70% tahun ini saja.

"Harga bahan aktif meningkat pesat, sehingga produksi obat-obatan seperti sirup parasetamol menjadi bisnis yang merugi," kata Andreas Burkhardt, manajer di perusahaan farmasi Teva. "Tidak ada perusahaan yang dapat mempertahankannya dalam jangka panjang."

Teva, dengan merek obat Ratiopharm, adalah pemasok utama parasetamol cair yang terakhir di Jerman. Dua belas tahun yang lalu masih ada 11 pemasok besar. Banyak pabrikan kecil sudah menghentikan produksinya awal tahun ini, sehingga Teva harus memenuhi 90% permintaan. Hal yang tidak mungkin, kata perusahaan.

"Obat-obatan sederhana seperti sirup penghilang demam sering tidak tersedia lagi," kata Thomas Fischbach, kepala Asosiasi Dokter Anak dan Dokter Remaja. "Ada terlalu sedikit pemasok obat, karena peraturan acuan harga yang berlaku di negara kita telah menyebabkan migrasi produksi ke negara dengan upah rendah seperti India dan Cina." Di sana, kata dia, sekarang ada masalah rantai pasokan, yang pada gilirannya menyebabkan kemacetan pasokan ke luar negeri. Harga obat-obatan yang membutuhkan resep dokter di Jerman memang diatur. Semua apotek harus menawarkan obat dengan harga standar yang ditetapkan otoritas obat-obatan. Hanya obat tanpa resep yang bisa dijual dengan harga bebas.

Antibiotika juga menjadi obat yang sulit didapat di apotek-apotek di Jerman saat iniFoto: Sabine Kinkartz/DW

Seruan untuk memproduksi lebih banyak obat di Jerman

Masalah pemindahan produksi dan kelangkaan obat bukan hal baru: Awal 2022, Jerman mengalami kelangkaann tamoxifen, obat yang digunakan untuk pengobatan pasien kanker payudara. Tidak ada pengganti untuk obat ini, dan pasien yang sakit parah membutuhkan pasokan secara rutin. Tetapi banyak pabrikan yang menghentikan produksi dengan alasan tekanan biaya.

Bulan Februari lalu, Institut untuk Obat dan Alat Kesehatan Jerman turun tangan dan mengizinkan impor obat-obatan alternatif yang mengandung tamoxifen dari luar negeri karena "situasi darurat." Tapi tetap saja, tamoxifen langka di pasaran.

Asosiasi dokter dan politis dari oposisi sekarang menyerukan tindakan segera dari pemerintah Jerman, dan menuntut agar pemerintah mendesak produksi obat-obatan vital di Jerman. Sudah waktunya memikirkan kembali pengalihan produksi dari Asia ke Jerman dan Eropa, kata mereka.

Menteri Kesehatan Jerman Karl Lauterbach menanggapi dengan berjanji untuk berinvestasi lebih banyak di Jerman dalam pengadaan dan produksi obat-obatan untuk anak-anak. Dia juga meminta asuransi kesehatan untuk membayar harga lebih tinggi untuk obat-obatan produksi dalam negeri.

(hp/yf)