1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jerman-Cina Normalisasikan Hubungan

22 Januari 2008

Hubungan kedua negara memburuk, karena Cina menuduh Jerman ikut campur masalah dalam negerinya. Normalisasi kembali dimulai, dan tentunya lewat cara diplomatis.

Menlu Jerman Frank-Walter Steinmeier (kanan) dan Menlu Cina,Yang Jiechi di Berlin, Selasa (22/01)Foto: AP

Berbulan-bulan lamanya nada-nada sumbang dan bermusuhan mewarnai hubungan antara Jerman dan Cina. Setelah Kanselir Jerman Angela Merkel menerima kedatangan pemimpin Tibet, Dalai Lama, 23 September lalu. Pemerintah Cina menuduh Jerman ikut campur masalah dalam negerinya. Sejumlah pertemuan kemudian dibatalkan dan hubungan bilateral membeku.

Mulai Selasa (22/01) kedua negara secara resmi mengawali babak baru. Itu ditunjukkan melalui jabat tangan antara Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier dan Menteri Luar Negeri Cina Yang Jiechi dalam sebuah pertemuan di Berlin. Kanselir Angela Merkel sendiri menilai hubungan kedua negara positif. Demikian dinyatakannya, dalam sebuah wawancara dengan televisi Jerman NDR.

Merkel mengatakan juga, bahwa ia selalu menekankan, hubungan Jerman dan Cina terlalu penting, untuk dapat digoyahkan oleh pertemuan dengan Dalai Lama. Kedua belah pihak saling tergantung. Politik Jerman menyangkut Cina sendiri juga tidak berubah, baik dalam kaitan dengan Taiwan maupun dengan politik "Satu Cina“. Jika dalam satu hal Jerman dan Cina berlainan pendapat, antar kawan itu pasti dapat diselesaikan. Demikian Merkel

Menteri Luar Negeri Steinmeier mengatakan, situasi di bulan-bulan belakangan tidak mudah. Sedangkan Menteri Luar Negeri Yang mengutarakan adanya masalah, yang sekarang sudah terselesaikan. Krisis berhasil diatasi melalui sejumlah pembicaraan intensif dan surat-menyurat diplomatis. Yang Jechi menambahkan, kedua belah pihak kini sepakat untuk memandang ke depan. Ia juga menyapa Steinmeier sebagai wakil kanselir, dan mengundangnya untuk datang ke Cina Mei mendatang.

Sebenarnya dalam upaya diplomatis Jerman tersebut, tidak ada hal baru. Seperti dulu, baik Merkel maupun Steinmeier tidak mempermasalahkan politik pemerintah Cina yang disebut "Politik Satu Cina“, yang tidak mentolerir pemisahan Taiwan maupun Tibet. Sikap Jerman yang menolak referendum di Taiwan tentang keanggotaannya dalam PBB juga tidak baru lagi.

Posisi Jerman ini kembali ditekankan dalam surat-menyurat dengan Cina. Bagi pemerintah Jerman, pengulangan pernyataan sikapnya termasuk dalam langkah diplomatis. Dan itu disambut baik di Cina. Yang Jiechi menyatakan, pemerintah Cina menghargai sikap Jerman.

Dalam pertemuan antar menteri luar negeri itu, tidak ada yang menang atau kalah. Hanya ada sejumlah pernyataan singkat. Wartawan tidak boleh mengajukan pertanyaan. Dengan demikian Steinmeier dapat memberikan tanda, bahwa mulai Selasa 22 Januari normalisasi dimulai.

Sebagai balasannya, Yang Jiechi menyatakan syarat-syarat agar hubungan Jerman-Cina berkembang dengan lancar. Menurutnya, kedua negara harus bersikap penuh hormat dan saling menghargai mitra yang sepadan, dan tidak boleh ikut campur dalam masalah intern masing-masing. Ditekankan juga adanya hubungan persahabatan yang dalam dan sudah berlangsung lama.

Untuk mencapai perbaikan hubungan itu, Jerman tidak merasa harus berkompromi. Itu juga ditunjukkan Kanselir Merkel. Juru bicaranya, Ulrich Wilhelm, menyatakan sehari sebelum kedatangan Yang Jiechi di Berlin, bahwa pertemuan Merkel dengan Dalai Lama sama sekali bukan langkah keliru.

Namun Wilhelm tidak memberikan keterangan tentang pertemuan Merkel dengan wakil dari Cina di masa depan. Sementara itu, Günter Nooke yang ditugaskan pemerintah Jerman untuk mengurus masalah hak asasi, sudah merencanakan kunjungan ke Cina Mei mendatang. (ml)