Jerman dan Afghanistan – Mitra untuk Masa Depan
16 Mei 2012Dengan ditandatanganinya perjanjian kemitraan, Presiden Afghanistan Hamid Karzai dan Kanselir Jerman Angela Merkel ingin mempertegas kerjasama dalam sisa waktu sebelum penarikan pasukan ISAF dan dalam dekade berikutnya. Juru bicara Kementrian Luar Negeri Jerman, Andreas Peschke, mengatakan bahwa Jerman akan berkomitmen dalam perubahan politik dan rekonstruksi di Afghanistan, seperti yang disepakati pada konferensi bagi Afghanistan di Bonn, Desember 2011.
Masalah Keamanan
Saat mengunjungi tentara Jerman Bundeswehr di Afghanistan pertengahan Maret lalu, Menteri Pertahan Jerman Thomas de Maizière telah mengatakan akan adanya kesepakatan kemitraan seperti ini. Namun bagaimanapun, bantuan militer, termasuk pelatihan tentara Afghanistan, akan tetap diatur oleh NATO. ”Di Jerman harus disadari bahwa dalam lima sampai enam tahun ke depan ratusan tentara masih akan bekerja di Afghanistan,“ dikatakan Conrad Schetter, wakil direktur di Pusat Penelitian Pembangunan di Bonn dan koordinator jaringan ilmiah Crossroads Asia.
Menurut Schetter, kondisi keamanan setelah penarikan pasukan internasional merupakan masalah utama dalam kelanjutan pembangunan Afghanistan. Terutama dalam pelatihan polisi masih terdapat banyak kekurangan, dikatakan Schetter. “Polisi kurang lebih seperti bandit bersergam, yang tidak merasa berkewajiban terhadap negara tapi terhadap panglima perang mereka.“
Berdasarkan konsep keamanan, setelah penarikan pasukan ISAF, tanggung jawab keamanan akan dipikul oleh sekitar 350.000 pasukan keamanan Afghanistan. Namun akibat masalah dana, jumlah ini dikurangi menjadi 230.000 orang, seperti dilaporkan Spiegel Online. Schetter mengkhawatrikan bahwa tugas menjaga keamanan akan dipegang oleh para panglima perang yang nantinya dapat membahayakan wewenang keamanan pemerintah. Dan lebih parah dari itu, situasi di Afghanistan akan seperti di Somalia.
Dilaporkan banyak senjata yang masuk ke Afghanistan, melengkapi persenjataan para panglima perang. Jika sekarang proses yang telah dimulai tidak diteruskan, tidak tertutup kemungkinan aksi kekerasan lebih lanjut seperti yang terjadi di Somalia setelah intervensi internasional pada tahun 1990an.
Pembangunan Sipil
Saat ini, pasukan pemerintah mengendalikan 50 persen keamanan di Afghanistan. Sampai akhir tahun 2012, direncanakan tiga perempat tanggung jawab keamanan wilayah akan dipegang pasukan Afghanistan. Selain komitmen keamanan politik juga dibutuhkan komitmen kegiatan sipil, dikatakan anggota parlemen Jerman Joachim Spatz kepada Deutsche Welle.
Harus dipikirkan langkah-langkah untuk membantu sistem pendidikan dan infrastruktur, ditambahkan Joachim Spatz. Pembangunan infrastruktur dibutuhkan untuk menarik para investor. Investor juga membutuhkan kondisi tertentu, termasuk adanya pemerintahan yang baik.
Conrad Schetter menganggap positiif bahwa Jerman memiliki anggaran yang cukup untuk kerjasama pembangunan dengan Afghanistan, juga setelah tahun 2014. Jerman merupakan negara donor terbesar ke tiga bagi kerjasama pembangunan Afghanistan. Tahun 2011, dana yang dikucurkan Jerman ke Afghanistan sebesar 430 juta Euro, hampir dua klai lebih besar dibanding tahun 2010.
Investasi di Afghanistan
Dalam kerjasama di masa depan aspek sipil harus lebih diperhatikan. Selain itu, setelah penarikan pasukan ISAF, harus didiupayakan ditingkatkannya hubungan lebih baik antara pekerja bantuan internasional dengan masyarakat setempat. Dikatakan Conrad Schetter, “Terdapat banyak kasus yang dapat dibuktikan bahwa misi militer berdampak pada posisi pekerja bantuan. Ini menyebabkan, setelah penempatan pasukan NATO dan Jerman, situasi bagi organisasi pembangunan Jerman yang sudah bertugas di sana sejak masa Taliban memburuk secara drastis.”
Kadang pendekatan politik pembangunan juga tidak optimal, seperti misalnya dalam pembagian proyek di utara dan selatan Afghanistan. Di selatan, di mana situasi keamanan sangat rapuh, dikeluarkan dana investasi lebih banyak dibanding di utara. Bahwa untuk menumpas kekerasan diinvestasikan lebih banyak, ini sulit dimengerti penduduk Afghanistan,
Joachim Spatz berharap bahwa negara-negara tetangga Afghanistan leibh dilibatkan dalam pembangunan di Afghanistan. Negara tetangga Afghanistan telah mempersiapkan jaringan wilayah Asia Tengah, paling tidak karena kekayaan mineralnya, Afghanistan dianggap sebagai wilayah masa depan. Sekarang, dengan bantuan internasional, Afghanistan harus mencari mitranya.