Jerman dan Empat Negara UE Perluas Gabungan Unit Militer
Leah Carter
22 Oktober 2021
Jerman, Finlandia, Belanda, Portugal, dan Slovenia mengatakan inisiatif mereka untuk memperluas unit militer, berkaca dari apa yang terjadi di Afganistan.
Iklan
Jerman dan empat anggota Uni Eropa (UE) lainnya telah meluncurkan sebuah inisiatif untuk membentuk kekuatan reaksi cepat di seluruh blok guna menghadapi krisis militer di masa depan, kantor berita Jerman dpa melaporkan pada Kamis (21/10).
Inisiatif yang melibatkan Finlandia, Belanda, Portugal, dan Slovenia itu bertujuan untuk memperluas kelompok tempur Uni Eropa yang sudah ada, yaitu unit militer multinasional yang masing-masing terdiri dari 1.500 personel yang siaga menangani krisis. Pasukan baru itu juga diperkirakan akan mencakup kemampuan luar angkasa dan siber, bersama dengan pasukan khusus dan transportasi udara.
Kelima negara tersebut mengatakan tragedi di Afganistan telah menunjukkan bahwa UE harus dapat bertindak cepat, demikian menurut sebuah dokumen yang dikutip oleh dpa. Untuk tujuan tersebut, ketersediaan, kesiapan, penyebaran, dan kompetensi pasukan harus ditingkatkan, kata dokumen itu menambahkan.
Iklan
Pasal perjanjian UE dapat diaktifkan kembali
Untuk memberikan fleksibilitas yang lebih besar, kelima negara juga mengusulkan penggunaan Pasal 44 Perjanjian UE, yang belum pernah diaktifkan sebelumnya.
Pasal tersebut memungkinkan koalisi negara-negara anggota yang bersedia untuk melakukan kegiatan keamanan dengan izin dari negara-negara lain yang tidak berpartisipasi.
Rencana tersebut juga meminta negara-negara anggota UE untuk memanfaatkan lebih banyak pengaturan kerja sama regional.
Namun, rencana tersebut tidak memuat proposal khusus mengenai ukuran kekuatan dalam hal jumlah personel.
Dokumen itu hanya mengatakan bahwa pasukan darat harus memiliki kekuatan brigade atau sekitar 5.000 tentara.
Monumen Perang Dunia II di Jerman yang Mengingatkan akan Kebebasan
Hitler menyerah tanpa syarat pada 8 Mei 1945, yang menandai berakhirnya Perang Dunia II di Eropa. Berikut monumen-monumen di Jerman yang memperingati beberapa lokasi peninggalan pembebasan oleh pasukan sekutu.
Foto: picture-alliance/dpa/Oliver Berg
Monumen Kamp Konsentrasi Dachau
Tanggal 29 April 1945, tentara AS membebaskan kamp konsentrasi di dekat München. Tahun 1965, sebuah monumen dibangun di kamp konsentrasi. Patung yang dibangun oleh seniman Yahudi, Nandor Glid, didirikan di tengah-tengah bekas Appelplatz pada tahun 1968 untuk memperingati para korban kekejaman Nazi. Korban Holocaust juga telah kehilangan banyak anggota keluarga di kamp-kamp konsentrasi.
Foto: picture-alliance/ImageBroker/H. Pöstges
Pertempuran Hutan Hürtgen
Pasukan AS bertempur dalam beberapa peperangan sengit melawan Nazi di Hutan Hürtigen dekat Aachen yang berlangsung pada musim gugur tahun 1944 hingga awal tahun 1945. Pertempuran ini juga diingat sebagai salah satu pertempuran yang paling lama di Jerman. Hutan Hürtigen sekarang menjadi bagian dari "Rute Pembebasan Eropa," sebuah jejak peninggalan pasukan sekutu.
Foto: picture-alliance/dpa/Oliver Berg
Jembatan di Remagen
Jembatan yang masih berdiri kokoh ini adalah jembatan kereta api di Remagen, selatan Köln. Jembatan ini berhasil dikuasai pasukan AS ditangkap pada 7 Maret 1945. Ribuan tentara AS mampu menyeberangi sungai Rhein untuk pertama kalinya, peristiwa ini dikenal sebagai "Keajaiban Remagen". Serangan bom Jerman akhirnya menyebabkan jembatan itu runtuh 10 hari setelahnya.
Foto: picture-alliance/dpa/Thomas Frey
Monumen Seelow Heights
Di timur, Tentara Merah Soviet melancarkan serangan besar terakhir pada 16 April 1945. Pertempuran Seelow Heights melibatkan sekitar 900.000 tentara Soviet dan 90.000 tentara Jerman. Peristiwa ini menjadi pertempuran Perang Dunia II terbesar di tanah Jerman – di mana ribuan nyawa melayang.
Foto: picture-alliance/dpa/Patrick Pleul
Museum Jerman-Rusia, Berlin-Karlshorst
Dalam kekacauan, para perwira dari angkatan bersenjata Jerman di Berlin-Karlhorst menandatangani penyerahan tanpa syarat pada 8-9 Mei 1945. Saat ini, Act of Surrender yang asli - tertulis dalam bahasa Inggris, Jerman, dan Rusia, adalah koleksi utama museum ini. Peninggalan lainnya yang dipamerkan berfokus pada perang antara Nazi melawan Uni Soviet yang dimulai pada tahun 1941.
Foto: picture-alliance/ZB
Monumen Soviet War di Treptower Park
Besarnya ukuran monumen di Treptower Park sangat mengesankan. Monumen dan pemakaman militer memiliki area seluas 100.000 meter persegi. Monumen tersebut dibangun setelah Perang Dunia II untuk memperingati tentara Tentara Merah yang gugur dalam Pertempuran Berlin. Sepasang bendera Soviet terbuat dari granit merah yang berfungsi sebagai pintu masuk ke dalam monumen.
Foto: picture-alliance/ZB/Matthias Tödt
Konferensi Potsdam di Istana Cecilienhof
Setelah Nazi Jerman menyerah, kepala pemerintahan dari tiga pasukan sekutu bertemu di Istana Cecilienhof di Potsdam pada musim panas tahun 1945. Joseph Stalin, Harry S. Truman dan Winston Churchill memimpin delegasi yang dikenal sebagai Konferensi Potsdam. Konferensi ini bertujuan untuk membangun tatanan pasca-perang di Eropa dan memutuskan pembagian Jerman menjadi empat zona pendudukan.
Foto: picture-alliance/dpa/Ralf Hirschberger
Museum Sekutu
Bekas bioskop Angkatan Darat AS "Outpost" di distrik Zehlendorf telah diubah menjadi bagian dari Museum Sekutu. Museum ini mendokumentasikan sejarah politik dan komitmen militer dari Sekutu Barat di Berlin - merinci pendudukan Berlin Barat pada tahun 1945, pengiriman udara ke kota dan penarikan pasukan AS pada tahun 1994.
Foto: AlliiertenMuseum/Chodan
Istana Schönhausen di Berlin
Istana Barok Prusia ini adalah lokasi pembicaraan "Two Plus Four Agreement" pada tahun 1990 di antara Jerman dan negara-negara yang menduduki Jerman pada akhir perang, yaitu Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Uni Soviet. Keempat negara tersebut melepaskan semua hak yang mereka miliki di Jerman, membuka jalan bagi penyatuan Jerman.
Foto: picture-alliance/dpa/Hans Joachim Rech
9 foto1 | 9
Menhan Jerman sambut baik perluasan unit militer
Menteri Pertahanan Jerman Annegret Kramp-Karrenbauer tampak optimis dengan proposal tersebut. Dalam sebuah wawancara dengan penyiar Jerman Deutschlandfunk, dia mengatakan bahwa meskipun pasukan UE di dalam NATO tidak dapat berfungsi tanpa dukungan Amerika Serikat, pasukan reaksi akan menawarkan bantuan tambahan, tetapi bukan pengganti pasukan AS.
Sementara itu, partai kiri-jauh Jerman mengecam rencana tersebut, dengan mengatakan bahwa para pemimpin mengambil kesimpulan yang salah dari Afganistan.
"Uni Eropa tidak membutuhkan kekuatan intervensi baru. Uni Eropa harus menjadi aliansi sipil," kata Wakil Ketua Partai Tobias Pflueger kepada dpa. Masalah di Afganistan adalah negara-negara berusaha untuk "mendemokrasikan sebuah negara dengan cara militer," katanya.
"Uni Eropa tidak membutuhkan kekuatan intervensi baru. Uni Eropa harus menjadi aliansi sipil," tambah Pflueger. (ha/gtp)