1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jerman dan Mesir Punya Hubungan Baik

Heiner Kiesel30 Januari 2013

Ketika berkunjung ke Mesir, Menteri Luar Negeri Jerman Guido Westerwelle terlihat sangat gembira. Bagi warga Jerman, nama Mesir sejak lama membangkitkan asosiasi positif.

Turis Jerman di Mesir
Turis Jerman di MesirFoto: picture-alliance/dpa

Menteri Luar Negeri Jerman Guido Westerwelle tersenyum cerah. Tidak pernah dalam acara kunjungan resmi ia tampak secerah itu. Kejadiannya dua tahun lalu. Ketika itu, Westerwelle mengunjungi para demonstran di Lapangan Tahrir di Kairo. Para demonstran meneriakkan slogan silih berganti: ”Hidup Jerman!”, ”Hidup Mesir!” Menlu Jerman berjanji akan membantu revolusi di Mesir. Baginya, ini adalah kejadian yang melegakan. Karena Mesir membuka peluang bagi politik luar negeri Jerman untuk keluar dari kebekuan yang muncul pada awal gerakan revolusi yang disebut-sebut sebagai musim semi Arab itu.

Sejak itu, Berlin terlihat sangat aktif mendampingi Mesir dalam jalan panjang menuju demokrasi setelah tergulingnya diktator Husni Mubarak. Westerwelle sudah berkunjung ke Mesir empat kali. Ia terlihat berbicara sangat akrab dengan Menteri Luar Negeri Mesir Mohammed Kamel Amr. Ketika Kamel Amr berkunjung ke Berlin baru-baru ini, Westerwelle menyambutnya dengan kata-kata hangat: ”Mohammed, kunjungan ke Jerman ini adalah kedatangan seorang sahabat di tengah para sahabatnya”, demikian kata Westerwelle.

Menlu Jerman Westerwelle dan rekan sejabatnya dari Mesir, Kamel Amr di Berlin, November 2012Foto: picture alliance / dpa

Makna strategis dan ekonomis

Keramahan ini memang punya alasan baik. ”Bagi kami, Mesir adalah salah satu negara kunci di kawasannya”, tandas Westerwelle. Ia menambahkan: ”Perubahan besar di kawasan ini hanya akan berhasil, jika perubahan di Mesir berhasil.” Westerwelle mungkin benar, karena Mesir adalah negara Arab dengan penduduk terbanyak. Di kawasan Arab, Mesir punya potensi ekonomi dan militer yang besar. Selain itu, Mesir merupakan salah satu negara yang punya pengaruh politik dan budaya yang kuat di lingkungan masyarakat Arab.

Siapa yang ingin menjalin hubungan dengan dunia Arab, perlu hadir di Mesir. Hubungan itu kelihatannya memang menguntungkan. Sebab semua perusahaan besar Jerman membuka cabang di Mesir. Dari sudut pandang Jerman, Mesir adalah mitra dagang terpenting di dunia Arab, selain Arab Saudi, Aljazair dan Libya. Negara di sungai Nil itu mengimpor barang dari Jerman senilai 1,7 miliar Euro per tahun. ”Hubungan ekonomi dengan Mesir secara tradisional cukup baik”, kata Manfred Tilz dari Germany Trade and Invest, sebuah lembaga promosi dagang Jerman.

Manfred Tilz dari Germany Trade and InvestFoto: gtai

Sebagai contoh hubungan baik ini, Manfred Tilz menyebut kegiatan Kamar Dagang Jerman-Arab yang bisa dijadikan indikator. Kamar dagang ini didirikan 60 tahun lalu, dan menjadi kamar dagang Jerman pertama yang didirikan di sebuah negara Arab. ”Mesir letaknya sangat strategis, dan bagi sektor ekonomi adalah pintu gerbang untuk masuk ke kawasan Arab dan Afrika”, demikian Manfred Tilz menegaskan. Bagi Mesir, Jerman adalah pemasok barang ketiga terbesar setelah Amerika Serikat dan Cina.

Mitra yang terpercaya

Jerman ingin mengandalkan Mesir dari segi politis, karena Mesir dulu berhaluan pragmatis dan sebagai negara Arab bersikap moderat terhadap Israel. Ini adalah perkembangan yang terlihat sejak akhir 1970-an. Perkembangan ini juga ingin dipertahankan di bawah presiden yang baru, Mohammed Morsi. Belakangan memang tersebar berita tentang sikap antisemitis yang diperlihatkan oleh Morsi. Namun dalam konflik antara Israel dan Palestina, Morsi mampu melakukan penengahan sehingga berhasil dicapai kesepakatan gencatan senjata. Intervensi diplomatik yang dilakukannya mendapat pujian di Berlin. Karena itu, Jerman menahan diri dan tidak melakukan kritik keras ketika terjadi berbagai aksi demonstrasi di Kairo.

Mesir sudah lama menjadi negara mitra utama dalam kerjasama pembangunan. Menurut keterangan Kementerian Luar Negeri Jerman, selama 50 tahun terakhir Mesir telah menerima bantuan pembangunan senilai 5,5 miliar Euro. Sejak tahun 2011, Berlin memberi bantuan tambahan untuk sektor energi terbarukan senilai 112 juta Euro. Setelah terjadi ”revolusi”, Jerman setuju memotong utang Mesir senilai 240 juta Euro. Dengan pemotongan utang itu, Jerman berharap upaya membangun demokrasi di Mesir dapat dilanjutkan dan negara itu bisa bangkit kembali. Sejak lima tahun lalu dibentuk komisi kerjasama Jerman-Arab. Komisi ini merupakan forum dialog antara kedua negara dan menyelenggarakan pertemuan secara rutin. Setelah revolusi musim semi Arab, komisi ini akan memusatkan perhatian pada pembangunan masyarakat sipil di Mesir.

Saling simpati

Mesir kelihatannya juga berharap banyak pada Jerman. Kepada harian Jerman Frankfurter Allgemeine Zeitung, Mohammed Morsi baru-baru ini mengatakan: ”Saya ingin agar peran Jerman di Mesir dan di Timur Tengah lebih besar lagi.” Ia selanjutnya menambahkan: ”Kami sedang bergerak membangun hubungan yang kuat dengan Jerman”. Tidak hanya Presiden Mesir yang punya pandangan positif terhadap Jerman. ”Warga Mesir pada umumnya bersikap sangat terbuka pada Jerman”, kata Abd el-Halim Ragab dengan yakin. Dosen antropologi ini tinggal di Jerman sejak tahun 1995 dan mengajar di Universitas Bamberg. Menurut Ragab, hubungan antara Jerman dan Mesir memang lebih mudah, karena tidak ada beban sejarah antara kedua negara. Ini berbeda dengan Inggris atau Amerika Serikat yang sering melakukan intervensi di kawasan ini.

Selain itu, warga Mesir merasa bahwa Jerman punya minat besar terhadap budayanya. ”Ini punya tradisi panjang”, kata Abd el-Halim Ragab, ”ini bisa dilihat pada para penyair klasik dan romantik Jerman.” Juga kehadiran lembaga-lembaga budaya Jerman di Mesir mendapat perhatian besar. Rasa ingin tahu warga Jerman terhadap perkembangan di Mesir memang terlihat jelas dari banyaknya pemberitaan tentang negara itu. Media menurunkan laporan panjang tentang demonstrasi di Lapangan Tahrir dan juga tentang kehidupan masyarakat Koptik di Alexandria. Yang menarik bukan hanya kejadian aktual. Mesir masih menyimpan banyak peninggalan budaya dari masa Firaun dan dari budaya Islam dan menjadi tujuan menarik bagi warga Jerman. Setiap tahun, jutaan warga Jerman berkunjung sebagai turis ke negara di sungai Nil itu. Mereka yang tidak sempat pergi ke Mesir, bisa mendekati budayanya dengan berkunjung ke musium-musium di Berlin. Di salah satu musiumnya, yaitu ”Neues Museum” di Berlin, tersimpan patung Nefertiti. Musium ini adalah musium yang paling banyak dikunjungi di Jerman.

Abd el-Halim Ragab, dosen asal Mesir yang bekerja di JermanFoto: privat