1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikJerman

Jerman Desak 'Tanggung Jawab Internasional' untuk Gaza

Rebecca Staudenmaier
21 November 2023

Dalam wawancara eksklusif dengan DW, Menlu Jerman Annalena Baerbock bahas peran masyarakat internasional dalam konflik antara Israel-Hamas, serta menanggapi kritik atas sikap Jerman dalam konflik ini.

Menlu Jerman Annalena Baerbock dalam wawancara eksklusif bersama Jaafar Abdul Karim
Dalam wawancara eksklusif dengan DW, Baerbock menegaskan seruan Jerman untuk 'jeda kemanusiaan' dan bukan gencatan senjata dalam konflik Israel-HamasFoto: Ronka Oberhammer/DW

Menteri Luar Negeri (Menlu) Jerman Annalena Baerbock menyerukan agar masyarakat internasional memainkan perannya di Gaza demi melindungi warga sipil, setelah konflik antara Israel dan Hamas berakhir nanti. Komentar itu disampaikan dalam wawancara eksklusifnya dengan DW pada Senin (20/11).

Baerbock telah mengunjungi Israel sebanyak tiga kali sejak pecah konflik pada 7 Oktober lalu, ketika kelompok militan Hamas menyerang Israel yang menewaskan 1.200 orang serta menyandera sekitar 240 orang.

Sebagai tanggapannya, Israel kemudian melancarkan serangan udara dan operasi darat berskala besar di Gaza. Menurut Kementerian Kesehatan yang dikelola oleh Hamas, hingga saat ini lebih dari 13.000 orang telah tewas di Gaza.

Berbicara dengan Jaafar Abdul-Karim dari DW, Baerbock membela sikap Jerman yang menentang gencatan senjata jangka panjang. Baerbock juga menekankan, prioritas utama adalah menyalurkan bantuan kemanusiaan kepada warga Gaza.

Menlu Jerman Annalena Baerbock dalam wawancara eksklusif bersama DWFoto: Ronka Oberhammer/DW

Baerbock: Peran masyarakat internasional

Menlu Jerman tersebut juga mengatakan, setelah konflik Israel-Hamas ini berakhir nanti, masyarakat internasional harus bertanggung jawab atas stabilitas di Jalur Gaza dalam konteks solusi dua negara.

"Untuk memastikan keamanan, kita membutuhkan tanggung jawab internasional," kata Baerbock kepada DW.

Baerbock menggaris bawahi, masyarakat internasional juga memikul tanggung jawab yang sama beratnya dalam konflik-konflik lain yang terjadi baru-baru ini.

"Kami telah belajar dari perang yang mengerikan di Balkan Barat di Eropa. Di sana, komunitas internasional juga memikul tanggung jawab untuk melindungi warga sipil. Di sana juga terjadi situasi di mana telah dilakukan kejahatan terburuk, dan para aktor di wilayah itu telah kehilangan harapan dan kepercyaaan. Saya melihat hal yang sama di sana [di Timur Tengah]," ujarnya.

Seruan internasional untuk gencatan senjata segera juga semakin meningkat. Namun, Jerman, Amerika Serikat, Inggris, dan Uni Eropa justru mendesak "jeda kemanusiaan" jangka pendek untuk memungkinkan bantuan yang sangat dibutuhkan bisa segera masuk ke Gaza, dengan alasan gencatan senjata lebih panjang dapat memberikan peluang bagi Hamas untuk menyusun kekuatan.

"Untuk gencatan senjata, Israel dan Hamas harus setuju untuk berhenti saling menyerang. Itu berarti Israel tidak akan mampu lagi mempertahankan diri di tengah serangan rentetan rudal yang terus berlanjut," kata Baerbock, seraya menambahkan bahwa "Israel harus melindungi penduduknya."

Warga Gaza 'harus dilindungi'

Baerbock juga menekankan, Jerman telah bekerja sama dengan Amerika Serikat dan beberapa negara Arab lainnya "untuk melakukan segala upaya yang mungkin dilakukan, untuk memastikan warga Gaza memiliki tempat yang aman di mana mereka tidak akan terbunuh, dan mendapat akses air bersih, serta obat-obatan."

Dalam sebuah kunjungannya ke Israel bulan lalu, Baerbock menyampaikan kepada pemerintah Israel "bahwa warga Gaza harus dilindungi."

"Pertarungan mereka adalah dengan organisasi teroris, Hamas, yang ingin menghancurkan Israel, dan bukan dengan warga sipil di Gaza yang tak berdosa, perempuan dan anak-anak, warga Palestina yang tak berdosa," katanya.

Jerman, bersama dengan Israel, Uni Eropa, Amerika Serikat dan sebagian besar Eropa mengklasifikasikan Hamas sebagai organisasi teroris.

Baerbock juga menanggapi kritik terhadap kebijakan pemukiman pemerintah Israel di Tepi Barat, yang telah diklasifikasikan ‘ilegal' di bawah hukum internasional oleh Mahkamah Internasional.

Menlu Jerman tersebut mendesak Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu untuk bertindak lebih dalam mengecam serangan kekerasan yang dilakukan oleh pra pemukim Israel terhadap warga Palestina di Tepi Barat.

"Perdana Menteri Israel harus mengecam kekerasan oleh para pemukim. Ini harus dituntut secara pidana. Ini juga demi kepentingan keamanan Israel. Dalam hal keamanan di Tepi Barat, Israel juga bertanggung jawab untuk memastikan situasi di sana tidak semakin memburuk," ujarnya.

Kritik atas dukungan Jerman terhadap Israel 'meresahkan'

Jerman, yang merupakan salah satu sekutu terdekat Israel, menghadapi kritik yang semakin meluas dari berbagai kalangan, baik di dalam maupun luar negeri, atas sikap Jerman dalam konflik di wilayah tersebut. Beberapa pihak menuduh pemerintah Jerman telah menutup mata atas situasi yang terjadi di Gaza, dengan tetap mendukung Israel.

Baerbock mengatakan, dia menganggap kritik itu hal yang "sangat meresahkan" dan menunjuk pada tanggung jawab historis serta moral Jerman terhadap warga Yahudi dan negara Israel sebagai akibat dari Perang Dunia II dan kekejaman Nazi yang dilakukan dalam tragedi Holocaust.

"Kami berkomitmen pada hukum internasional, dan kami berkomitmen pada tanggung jawab Jerman. Dan itu berarti memberikan laki-laki dan perempuan Yahudi, mereka yang telah dicoba dimusnahkan oleh Jerman di bawah kediktatoran Nazi, sebuah negara yang aman. Itulah negara Israel, dan itulah sebabnya keamanan Israel merupakan 'kepentingan negara' Jerman," katanya.

Istilah "alasan kebangsaan" atau "Staatsräson" ini digunakan untuk mengekspresikan komitmen Jerman terhadap Israel sebagai bagian mendasar dari keberadaan Jerman saat ini.

Baerbock mengatakan lebih lanjut dukungan Jerman terhadap Israel "sama sekali tidak bertentangan dengan pembelaan terhadap hukum kemanusiaan internasional dan prinsip dasar hak asasi manusia."

"Itulah sebabnya saya selalu menegaskan bahwa setiap nyawa sama berharganya, bahwa potret mengerikan anak-anak Palestina membuat saya terjaga di malam hari, seperti halnya membayangkan anak-anak Israel yang diculik." (kp/rs/as)

 

Jangan lewatkan konten-konten eksklusif yang akan kami pilih setiap Rabu untuk kamu. Kirimkan e-mail kamu untuk berlangganan Newsletter mingguan Wednesday Bite.

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait