Jerman menghabiskan dana 20 miliar Euro untuk penanganan pencari suaka dan pengungsi pada tahun 2016. Termasuk di antaranya untuk upaya hentikan sebab terjadinya migrasi besar. Berikut rincian dananya.
Iklan
Seperempat dari jumlah 20 milyar Euro tersebut diperuntukkan bagi pencari suaka yang masih menunggu untuk diproses statusnya, sementarasekitar setengahnya digunakan untuk memerangi penyebab migrasi besar tersebut. Lebih dari 1 juta migran telah memasuki Jerman sejak tahun 2015.
Pemerintah Jerman menyediakan 9,3 miliar Euro yang disebar ke-16 negara bagiannya untuk membantu para pencari suaka pada tahun 2016, demikian menurut sebuah laporan dari pemerintah.
Rincian pengucuran dana
Sebagian besar uang, berjumlah total 5,5 miliar Euro masuk ke kantung migran yang masih mencari suaka dan belum diakui oleh negara. Dana tersebut juga digunakan untuk membiayai paket integrasi yang menghabiskan biaya 2 miliar Euro, 400 juta Euro untuk tempat berlindung bagi pencari suaka dan 350 juta Euro untuk anak-anak di bawah umur tanpa pendampingan.
Negara bagian Nordrhein-Westfallen menerima dana paling banyak, yakni sebesar 1,2 miliar Euro, disusul Bayern, 860 juta Euro dan Baden-Württemberg sebesar 728 juta Euro.
Bocah Pengungsi di Berlin: "Mereka Memiliki Nama"
Di balik polosnya anak-anak korban perang ini, tersimpan trauma mendalam akibat konflik di wilayah asalnya. Fotografer Daniel Sonnentag mengabadikan mereka dalam rangkaian foto dengan judul "Mereka Memiliki Nama".
Foto: Daniel Sonnentag
Orang-orang di balik foto
Shahed tinggal di Internationales Congress Centrum di Berlin, di mana Daniel Sonnentag memotret anak-anak pengungsi dalam seri "Mereka Memiliki Nama." "Saya ingin memperkenalkan orang-orang di balik istilah abstrak ‘pengungsi‘ karena saya percaya bahwa ketika manusia mulai berbicara satu sama lain dan saling mengenal satu sama lain, mereka akan mengakui kita semua memiliki lebih banyak kesamaan."
Foto: Daniel Sonnentag
Beban kenangan
Elham, 8 tahun usianya, beretnis Suriah Kurdi. Fotografer Daniel Sonnentag mengamati bocah ini tampak selalu memiliki kesedihan mendalam di matanya, tetapi ada momen lain ketika dia menjadi anak-anak lain seusianya: tertawa dan bermain. Sonnentag mengatakan, "Ketika dia merasa senang, melalui kombinasi melankolis dan kebahagiaan saat ini, sesuatu yang sangat istimewa terjadi."
Foto: Daniel Sonnentag
Penantian
Ali, berusia sekitar empat tahun, berasal dari Irak. Permohonan suaka keluarganya baru-baru ini ditolak dan mereka sekarang menemukan seorang pengacara untuk mengurus status hukum mereka. Banyak orang lain di kamp Internationales Congress Centrum di Berlin telah menunggu selama satu tahun mengenai keputusan status hukum mereka.
Foto: Daniel Sonnentag
Melakukan yang terbaik
Zainab (8 tahun) dan Ruqaya (6 tahun) berasal dari Irak. Organisasi bantuan, Malteser Hilfsdienst, menurut Sonnentag seperti melakukan yang terbaik yang mereka bisa lakukan. "Tapi orang-orang lain hanya dapat melihat dari jauh, memandang mereka dengan lautan masalah, kekacauan administrasi, tumbuhnya xenophobia dan banyak tragedi pribadi yang terjadi," katanya.
Foto: Daniel Sonnentag
Belajar bahasa
Sonnentag, menggambarkan Zainab sebagai anak yang "cerdas dan sangat dewasa untuk usianya." Seperti banyak anak-anak di kamp-kamp, ia belajar bahasa Jerman dengan sangat cepat. Anak-anak lebih cepat belajar bahasa ketimbang orang dewasa. Namun belajar bahasa dengan cara tandem terbukti sangat berguna.
Foto: Daniel Sonnentag
Kami lebih mirip ketimbang berbeda
Alma (6 thn) dan ayahnya Ahmed. Sonnentag mengatakan cara terbaik mendukung pengungsi adalah dengan pergi ke kamp dan membantu mereka mandiri. "Kita semua makan, minum dan tidur. Semua yang ingin kita lakukan adalah memberi rasa aman bagi keluarga. Ketika manusia mulai berbicara satu sama lain dan saling mengenal, mereka akan tahu bahwa kita semua memiliki lebih banyak kesamaan,bukan sebaliknya,"
Foto: Daniel Sonnentag
Anak-anak di balik berita utama
Sonnentag menggambarkan Zahraa sebagai anak "kocak, gemar melamun, lembut dengan hati yang besar." Gadis cilik berusia tujuh tahun ini berasal dari Irak.
Foto: Daniel Sonnentag
Kehidupan berkeluarga di Jerman
Aya, yang masih 6 tahun , dan kakaknya Hamsa, berusia 7 tahun, berasal dari Suriah. Mereka berada di Jerman dengan adik mereka Alma dan Rayan. Sonnentag menggambarkan Hamsa sebagai anak "cakap dan sensitif". Bocah ini menceritakan, karena ia memiliki "orang tua yang besar hati, penuh kasih dan kuat, dia akan menjadi orang yang kuat dan jujur."
Foto: Daniel Sonnentag
Dari pusat konferensi untuk kamp pengungsi
The Internationales Congress Centrum (ICC) dulunya pusat konferensi terbesar di dunia. Tahun 2014, tempat ini ditutup untuk menghilangkan kontaminasi asbes, namun dibuka kembali awal tahun 2016 untuk mengakomodasi pengungsi yang tiba di Jerman. Saat ini, sekitar 600 orang tinggal di sana, termasuk pengungsi dari Suriah, Irak, Iran, Afghanistan, Eritrea, dan Balkan.
Penulis:Gouri Sharma (ap/vlz)
Foto: Daniel Sonnentag
9 foto1 | 9
Dana untuk penanganan penyebab migrasi
Kementerian Keuangan Jerman mengatakan sisa 11 miliar Euro dihabiskan untuk penangangan penyebab perpindahan paksa dan migrasi. "Pada tahun lalu, kami telah melihat jumlah pendatang baru yang datang ke Yunani dari Turki secara dramatis berkurang," ujar kepala staf kantor Kanselir Jerman, Peter Altmaier kepada surat kabar Jerman Rheinische Post. "Saat ini masuknya migran ke rute Libya-Italia tampaknya menurun, namun komitmen kami untuk memperbaiki situasi di Libya, Mali dan Niger nampaknya akan terbayarkan."
Jerman telah menempatkan pasukan Bundeswehr di negara-negara tersebut untuk memerangi penyelundupan manusia dan mendukung perang melawan kelompok-kelompok Islam garis keras.
Foto Realitas Kehidupan di Kamp Pengungsi Eropa
Fotografer Herlinde Koelbl melakukan perjalanan ke kamp-kamp pengungsi di Eropa pada tahun 2016 untuk mencari gambar yang belum pernah dilihat dunia. Hasilnya adalah kumpulan foto pedih.
Foto: Herlinde Koelbl, Foto: DW/H. Mund
Kehidupan sehari-hari pengungsi
Fotografer Herlinde Koelbl mengambil foto ini di Sisilia, Italia, di mana ribuan pengungsi, kebanyakan dari Afrika, mendapat bantuan begitu mereka tiba di Eropa. Ada yang beristirahat di pusat penerimaan awal sementara, sementara yang lain menunggu di bis. Keriuhan media telah berlalu, saat orang ini menuju ke toilet. Koelbl kebetulan berada di dekatnya dan menangkap gambar itu.
Foto: Herlinde Koelbl
Di Balik layar
Banyak gambar telah diterbitkan tentang pengungsi yang kebingungan setelah diselamatkan dari kapal penuh sesak dan diberi jaket pelampung. Namun, gambar dari apa yang terjadi di balik layar sangat sedikit. Herlinde Koelbl mencari tema yang tidak biasa dan sering menemukan gambar yang menceritakan kisah mereka sendiri lewat gambar itu.
Foto: Herlinde Koelbl
Perjalanan ke Eropa
Pakaian mengapung di air di pantai Mediterania, melayang dari pantai ke pantai. Tidak ada yang tahu apakah orang-orang memakai pakaian ini selamat dari perjalanan berbahaya melintasi lautan, atau apakah mereka termasuk di antara ribuan orang yang tenggelam.
Foto: Herlinde Koelbl, Foto: DW/H. Mund
benteng barikade
Perbatasan luar negara-negara Eropa diperkokoh militer dengan kawat berduri dan kadang-kadang terdapat tank untuk memastikan tidak ada yang lewat perbatasan. Koelbl kunjungi beberapa pos terdepan ini dan menemukan bahwa bahkan dalam rintangan seperti itu, para pengungsi berusaha untuk bertahan. Beberapa tinggal di tenda kecil yang dipasang di tanah dan menggantung cucian mereka di kawat berduri.
Foto: Herlinde Koelbl, Foto: DW/H. Mund
5 x 5 meter di Jerman
Ruang-ruang yang terhubung membentuk jaringan tempat tinggal yang lebih luas, tempat penampungan darurat ini terletak di pusat penerimaan pengungsi Jerman. Paling tidak, ruang-ruang tersebut menawarkan privasi lebih daripada tenda sementara yang compang-camping di kamp-kamp di Yunani atau Macedonia, kata Koelbl.
Foto: Herlinde Koelbl
Sejarah fotografi bermotif politik
Perhentian pertama pameran foto Koelbl adalah Gedung Kementerian Luar Negeri Jerman di Berlin. Gambar ini menunjukkan sang fotografer, yang awalnya bekerja sebagai perancang busana, pada saat pembukaan pameran foto. Herlinde Koelbl terkenal melalui proyek-proyek foto politik sebelumnya, di antaranya "Jejak Kekuasaan".
Foto: Matthias Nold
Komitmen jangka panjang
Herlinde Koebl hanya berfokus pada satu subyek selama periode waktu yang panjang. Beberapa foto sebelumnya dapat ditemukan pada pameran di Berlin Museum of Communication dalam rangkaian foto "Silent Mail: From Hearing and Understanding." Pameran "Pengungsi" ini dipajang di Litaraturhaus München bulan Mei 2017 dan juga dipamerkan di New York. (Ed: Heike Mund /ap/yf)
Foto: DW/G. Schließ
7 foto1 | 7
Hukum migrasi yang lebih ketat
Kebijakan migran pintu terbuka Kanselir Jerman Angela Merkel memberi peluang masuknya lebih dari 1 juta migran ke Jerman dari kawasan Timur Tengah dan Afrika, sejak tahun 2015. Aliran migrasi itu telah menurun tahun lalu setelah Jerman mengenalkan undang-undang suaka yang lebih ketat.
Sebuah rangkaian kebijakan baru yang disepakati pekan lalu akan memungkinkan pihak berwenang Jerman untuk mendeportasi pencari suaka yang ditolak, dengan lebih cepat dan teratur.
ap/vlz (dpa/kna)
Pemeran Utama bagi Solusi Krisis Pengungsi
Krisis pengungsi di Eropa kini capai titik tergawat. Jerman dengan politik Pintu Terbuka dipuji sekaligus dikritik picu arus migran tak terkendali. Inilah aktor utama yang bisa jadi solusi krisis pengungsi Eropa.
Foto: DW/D. Cupolo
Angela Merkel, Jerman
Kanselir Jerman, Angela Merkel dipuji sekaligus dikritik tajam dalam krisis pengungsi. Kini arus pengungsi ke Jerman memang turun. Tapi itu bukan hasil politik Merkel, melainkan karena 10 negara lain sudah menutup pintu perbatasannya. Politik pintu terbuka Merkel dinilai bisa runtuhkan Uni Eropa, jika dalam waktu dekat tidak bisa tercapai kesepakatan politik bersama Eropa.
Foto: Reuters/F. Lenoir
Jean-Claude Jüncker, Uni Eropa
Presiden Komisi Eropa yang juga PM Luxemburg, Jean-Claude Jüncker menjadi sasaran kritik anggota Uni Eropa, karena ragu dan tidak tegas menangani krisis pengungsi. Informasi gelombang pengungsi yang siap masuk Eropa sudah diberikan dinas rahasia awal tahun silam. Tapi Uni Eropa tidak bertindak tepat dan biarkan krisis berlarut. Kini Jüncker harus mainkan peran kunci dalam KTT pengungsi.
Foto: Reuters/V. Kessler
Werner Faynmann, Austria
Kanselir Austria Werner Faymann adalah tokoh utama yang mengritik tajam kebijakan pintu terbuka Jerman yang sebelummya tidak dikonsultasikan matang dengan negara tetangga. Austria kewalahan terima serbuan pengungsi yang ingin masuk Jerman. Faynmann menggelar konferensi dengan 10 negara Balkan dan negara lain di rute pengungsi serta memaksa untuk penetapan batasan maksimal kuota pengungsi.
Foto: picture-alliance/dpa/H. Punz
Alexis Tsipras, Yunani
Realita bahwa Yunani jadi korban utama kebijakan Jerman tak bisa ditutupi. Jutaan pengungsi dari Suriah, Irak, Afghanistan dan negara lainnya terus mengalir ke Yunani via Laut Tengah. PM Yunani Tsipras mengeluh, negaranya yang masih dirundung krisis berat, tanggung beban tak adil dalam krisis ini dan makin kewalahan tangani pengungsi. Yunani kini kirim balik sebagian pengungsi ke Turki.
Foto: Reuters/A.Konstantinidis
Ahmet Davutoglu, Turki
PM Turki Ahmet Davutoglu adalah tokoh utama lainnya dalam solusi krisis pengungsi. Uni Eropa sudah tegaskan, kerjasama dengan Turki adalah tema sentral. Tapi taruhannya amat tinggi. Turki dnjanjikan kompensasi 3 milyar Euro. Presiden Turki, Erdogan yang lebih berkuasa dibanding Davutoglu lecehkan janji bantuan Uni Eropa terlalu kecil. Ia juga ancam kirim gelombang tsunami pengungsi ke Eropa.