Jerman-Indonesia Sepakat Transaksi Dagang USD 6,4 Juta
29 Oktober 2018
Para pengusaha di Jerman dan Indonesia baru-baru ini menyepakati kerja sama perdagangan dengan nilai lebih dari 6,4 juta dolar Amerika Serikat. Kerja sama termasuk di bidang rempah-rempah, produk mebel dan makanan.
Iklan
Pengusaha Jerman asal Nuremberg menyepakati dua transaksi dengan pengusaha Indonesia, dengan nilai transaksi masing-masing 1 juta dolar Amerika Serikat. Kesepakatan tersebut dituangkan dalam nota kesepahaman yang ditandatangani, Senin (25/10), dalam acara Trade Expo Indonesia (TEI) di Serpong, Jawa Barat.
Penandatanganan ini disaksikan oleh Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional, Wakil Duta Besar RI untuk Berlin, Atase Perdagangan Berlin dan Kepala ITPC Hamburg.
Kesepakatan transaksi dagang perusahaan Jerman dilakukan dengan satu perusahaan asal Jawa Tengah untuk produk gula kelapa dan produk organik buah segar dan satu perusahaan asal Sulawesi untuk perdagangan rempah-rempah.
Selain kedua kesepakatan tersebut, telah diperoleh pula kesepakatan awal dengan perusahaan asal Jepara untuk mebel luar ruang. Total nilai transaksi mencapai 500 ribu dolar AS atau senilai Rp 7,6 miliar.
Seminggu sebelum penyelenggaraan TEI, KBRI Berlin, ITPC Hamburg dan Import Promotion Desk telah memfasilitasi transaksi kayu ringan dengan sejumlah perusahaan di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Total nilai transaksinya mencapai 1,2 juta dolar. Pada saat TEI 2018 transaksi dengan nilai yang sama juga berhasil ditambahkan untuk jenis produk ini.
Tidak hanya itu, produk arang dan ikan tuna segar juga menarik minat pengusaha Jerman. Kedua produk ini menambah transaksi yang dibukukan dengan pengusaha Jerman pada TEI 2018 ini, dengan nilai transaksi masing-masing sebesar 1 juta dolar.
"Jadi kalau dihitung dari total transaksi dagang yang berhasil dibukukan dengan Pengusaha Jerman, mencapai sekitar 6,4 juta dolar, ditambah dengan 500 ribu dolar yang akan disepakati lebih lanjut dengan pengusaha Jepara,” ujar Perry Pada, Wakil Duta Besar RI untuk Jerman, dalam siaran pers yang diterima DW, Senin (29/10).
Kopi, Teh dan Coklat Indonesia Tersaji di Pasar Hamburg
Ragam produk kopi, teh dan coklat asal Indonesia diperkenalkan dalam pameran internasional COTECA 2018. Apa keunggulan Indonesia dibanding 39 negara lainnya pada pameran di kota Hamburg, Jerman itu?
Foto: KBRI Berlin
Paviliun Terbesar
Paviliun Indonesia menjadi magnet bagi pengunjung ketika memasuki pameran skala internasional bagi pengusaha kopi, teh dan kakao, COTECA 2018. Selain memiliki areal terbesar, letak paviliun Indonesia juga strategis karena tepat di pintu masuk. Ada sembilan pengusaha Indonesia yang dibawa meramaikan paviliun. Pameran yang berlangsung di Hamburg, Jerman itu menampilkan 39 paviliun.
Foto: KBRI Berlin
Ragam kopi nusantara
Kopi memang menjadi salah satu produk unggalan Indonesia yang ditampilkan dalam COTECA 2018. Saat ini Indonesia masuk dalam 5 negara penghasil kopi terbesar di Indonesia. Setiap tahunnya, sekitar 630.000 ton kopi diproduksi petani Indonesia.
Foto: KBRI Berlin
Popularitas kopi luwak
Salah satu kopi khas yang diperkenalkan adalah kopi luwak. Matt Ross dari perusahaan khusus kopi luwak "Kopi Ross" asal Bali hadir memaparkan keunggulan kopi berharga mahal itu dalam seminar "Make Luwak Great Again" dan memperkenalkan ragam rasa dan jenis kopi Indonesia lewat seminar “Indonesian Coffee: The Remarkable Story of Discovery, Diversity and Taste”.
Foto: KBRI Berlin
Seni menghirup aroma nan nikmat
Indonesia juga membuka kesempatan bagi para pengunjung untuk melakukan 'cupping' kopi alias seni menghirup aroma, menyeruput dan meneguk kopi. Beragam jenis kopi disajikan di Cupping Room Kaffee Campus.
Foto: KBRI Berlin
Manfaat COTECA
Kenapa penting bagi para pengusaha Indonesia tampil di COTECA 2018? "Para pengusaha bisa saling berbagi informasi tentang regulasi dan trend inovasi terbaru dari kopi, teh dan kakao yang diminati pasar”, ujar Dubes Indonesia untuk Jerman, Arif Havas Oegroseno. Pameran COTECA diikuti oleh 200 perusahaan dari 40 negara.
Foto: KBRI Berlin
Inovasi dalam secangkir teh
Lewat melihat inovasi dari negara lain, maka pengusaha Indonesia bisa belajar memberi nilai tambah pada produk. Maren Thobaben pemilik Mrs T asal Jerman menjelaskan, “Kami membuat inovasi produk turunan teh. Daun teh yang selama ini digunakan untuk minuman, kami kembangkan sebagai rempah-rempah untuk ekstrak rasa, baik manis maupun asin. Selain itu, daun teh juga kami kembangkan untuk dekorasi.“
Foto: Colourbox
Berlabuh di Hamburg
Jerman termasuk pasar terbesar di Eropa untuk kopi, teh, dan coklat. Kota yang menjadi tempat penyelenggaraan pameran, Hamburg dikenal sebagai pelabuhan penting khusus untuk impor kopi, teh serta coklat. (ts/ap)
Foto: picture-alliance/C. Ohde
7 foto1 | 7
Usaha menjaga mutu produk
Lebih lanjut Pery menambahkan bahwa KBRI Berlin bersama seluruh Perwakilan yang ada di Jerman termasuk ITPC Hamburg, terus melakukan upaya promosi produk Indonesia di Jerman.
"Kita terus berusaha mengambil peluang yang ada untuk meningkatkan total perdagangan bilateral Indonesia Jerman. Kita optimis bisa bersaing dengan negara-negara lainnya terutama di ASEAN," kata dia.
Jerman berencana untuk melakukan investasi di Indonesia pada beberapa sektor di antaranya adalah untuk produksi daun pintu dan jendela bagi perumahan dan ruang kantor.
Selain itu, ada juga minat untuk mengembangkan investasi penyediaan listrik tenaga air di Aceh dengan kapasitas 50 MW. Investasi untuk pembangunan awal diperkirakan sebesar 5 juta dolar AS.
Selain melakukan fasilitasi transaksi dagang dan investasi, KBRI Berlin juga menyelenggarakan diskusi tentang standardisasi dan pengujian produk makanan yang dilakukan oleh laboratorium di Jerman.
Pengujian tersebut untuk menerapkan prinsip sanitari dan fitosanitari dan keakuratan dalam memberikan deklarasi tentang proses pengolahan komoditas rempah, herbal, minyak zaitun, madu, dan teh.
Diskusi tersebut menghadirkan narasumber Joerg Lickfett dari laboratorium Eurofins, Jerman. Lickfett memberikan penekanan pada penipuan di bidang produk pangan seperti subsitusi produk, pengenceran produk, kesalahanpenggunaan tabel pengujian, dan pemalsuan barang.
ae/hp (KBRI Berlin)
Menampilkan Rotan di Pameran Interior Internasional IMM Cologne 2016
"Rattan for Life" tampil di ajang pameran mebel dan interior terbesar dunia di kota Köln, Jerman. IMM Cologne adalah pameran mebel terbesar dunia yang diikuti lebih dari 1200 pemamer internasional.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Belum terlalu dikenal
Indonesia memasok sekitar 80 persen kebutuhan bahan baku rotan di seluruh dunia. Tapi produk rotan dari Indonesia belum terlalu dikenal di luar negeri. Pasar rotan global selama ini didominasi produk-produk dari Cina dan Taiwan. Itu sebabnya, PUPUK melalui proyek PROSPECT Indonesia memboyong produk rotan ke pameran internasional IMM Cologne 2016.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Produk kerajinan tangan
Kebanyakan produk rotan tidak dihasilkan oleh mesin-mesin industri, tapi dikerjakan dengan tangan. Di Indonesia, harga produk rotan termasuk rendah. Di luar negeri, interior rotan termasuk barang mahal. Dalam gambar, para mahasiswa dari Belanda sedang mengamati cara pembuatan kursi rotan.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Perlu delapan hari
Untuk menyelesaikan kursi seperti dalam foto di atas, Nenti perlu sekitar delapan hari. Nenti adalah pengrajin rotan dari perusahaan Yamakawa Rattan di Cirebon. PUPUK (Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil) adalah gabungan para pengusaha, akademisi dan aktivis ekonomi yang ingin menggalakkan budidaya rotan sebagai bagian dari upaya melindungi hutan tropis Indonesia.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Membeli rotan berarti melindungi hutan
"Dengan membudidayakan rotan, kita akan melindungi hutan", kata direktur Prospect Indonesia, Listoman Tanjung, ketika diwawancarai oleh TV lokal di Köln. Bagi negara-negara Eropa, terutama Jerman, isu perlindungan hutan tropis memang sangat besar. Hutan tropis dianggap sebagai paru-paru dunia. Karena itu, sangat penting untuk menemukan keseimbangan antara ekonomi dan ekologi.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Rotan punya potensi besar
Di Indonesia, perabotan dari rotan sudah termasuk dalam budaya dan kehidupan sehari-hari. Banyak sekali perabotan tradisional yang menggunakan bahan rotan. Ada 130 spesies rotan di Indonesia, tapi baru 20 yang dibudidayakan dan digunakan di industri, jelas Listoman Tanjung, Direktur PROSPECT Indonesia ketika berbincang dengan reporter DW Hendra Pasuhuk.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Perlu strategi tepat
Indonesia menghasilkan sekitar 600 ribu ton bahan baku rotan per tahun. Sekitar 18.000 pekerja dan 16.000 petani bekerja di sektor ini, kata Santi Susanti dari SWITCH-Asia. Untuk meningkatkan standar hidup mereka, dibutuhkan langkah-langkah tepat guna meningkatkan citra rotan, memperbaiki kualitas produksi, dan memberi pelatihan serta pendidikan kepada para pekerja dan petani.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Bahan baku ramah lingkungan
Belum banyak yang tahu, bahwa rotan adalah bahan baku yang ramah lingkungan. Karena rotan tumbuh di hutan tropis bersama dengan pohon-pohon yang ada di sana. Rotan tidak menganggu keseimbangan ekologis di hutan dan tumbuh dalam waktu relatif cepat. Tumbuhan ini hanya perlu lima sampai tujuh tahun untuk regenerasi.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Menembus pasar Jerman dan Eropa
Salah satu tujuan utama PROSPECT Indonesia tampil di IMM 2016 adalah untuk mempromosikan rotan sebagai bahan baku ramah lingkungan kepada industri mebel dan interior internasional, terutama di Eropa dan Jerman. Dengan begitu diharapkan, produk rotan Indonesia bisa menembus pasaran di Jerman dan Eropa, kata Sekjen PUPUK, Early Rahmawati.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Bantuan dana dari Uni Eropa
PROSPECT Indonesia adalah proyek yang diimplementasikan oleh PUPUK, bermitra dengan organisasi bantuan pembangunan Belanda SNV dan Sentra Inovasi Desain IZL dari Jerman. Dananya antara lain dari Uni Eropa, yang disalurkan melalui program SWITCH-Asia. Prakarsa ini didukung oleh Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia, AMKRI.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Forum dialog dengan pengusaha Jerman
Selain hadir di IMM Cologne Trade Fair 2016, tim PROSPECT Indonesia juga menggelar forum bisnis di kota Köln, dengan menghadirkan para peneliti, pengamat, desainer dan kalangan usaha kecil dan menengah di Jerman. Temu bisnis itu digelar tanggal 26 Januari. Dalam foto: Tim Prospect Indonesia bersama tim Köln TV dan reporter DW Hendra Pasuhuk.