Pemerintah koalisi Jerman menyetujui serangkaian langkah yang akan memudahkan pemerintah negara bagian dan lokal untuk memulangkan migran tertentu. Rancangan UU baru sedang disusun.
Iklan
Menteri Dalam Negeri Jerman Nancy Faeser (SPD) hari Rabu (11/10) meluncurkan rancangan undang-undang (RUU) migrasi baru pada dengan tujuan untuk menyederhanakan deportasi.
RUU ini akan memberikan wewenang lebih besar kepada otoritas Jerman untuk memulangkan migran yang dianggap berbahaya – misalnya penjahat dan penyelundup manusia.
Langkah itu termasuk memperpanjang masa penahanan dari 10 hari menjadi 28 hari, untuk memberi pihak berwenang lebih banyak waktu dalam mempersiapkan deportasi.
Dalam kasus di mana orang tersebut tinggal di akomodasi bersama, polisi juga akan diizinkan memasuki ruangan selain kamar tidur milik orang tersebut.
Germany's migration policy divides communities
04:42
Nancy Faeser mengatakan, usulan tersebut telah dibahas dengan otoritas lokal dan negara bagian, yang bertanggung jawab atas deportasi dan repatriasi. "Kami ingin bekerja sama erat,” katanya.
Membangun konsensus mengenai migrasi
Perubahan yang diusulkan telah disetujui oleh anggota koalisi pemerintahan Jerman lainnya, menurut Wakil Kanselir Robert Habeck dari Partai Hijau.
Dia mengatakan, kabinet federal akan segera bertemu untuk merancang aturan-aturan konkritnya. "Kami menyesuaikan peraturan yang mencegah atau mempersulit repatriasi,” kata Robert Habeck hari Rabu. "Hal ini terutama berlaku untuk pemulangan para penjahat."
Robert Habeck juga mengatakan, dia akan mendorong otoritas negara untuk memberikan hak bekerja kepada pengungsi yang sudah ada di Jerman, sehingga mereka dapat menghidupi diri mereka sendiri dan berkontribusi pada sistem jaminan sosial Jerman.
Wajah Baru Parlemen Jerman
Bundestag gelar sidang pertama parlemen dengan komposisi baru pada Selasa (26/10), sebulan setelah pemilihan umum parlemen. DW berkesempatan meliput wajah baru pengisi parlemen Jerman itu.
Foto: Markus Schreiber/AP/picture alliance
Parlemen yang lebih muda
Seluruhnya ada 736 anggota Bundestag dan parlemen baru Jerman itu secara signifikan lebih muda dari parlemen sebelumnya. Anggota termuda, Emilia Fester, 23 tahun berasal dari Partai Hijau. Secara keseluruhan, usia rata-rata anggota parlemen turun dan 47 anggota parlemen baru, berusia di bawah 30 tahun.
Foto: Kay Nietfeld/dpa/picture alliance
Anggota parlemen rata-rata
“Anggota parlemen rata-rata” demikian julukan bagi posisi Michael Brand, dari Partai Uni Kristen Demokrat CDU. Usianya 47 tahun, yang kini menjadi usia rata-rata anggota parlemen baru. Lulusan jurusan politik dan ilmu hukum terwakili melebihi proporsi di Bundestag. Juga nama Michael merupakan nama paling umum di Parlemen Jerman.
Foto: HMB Media/Mueller/picture alliance
Anggota Tertua
Anggota tertua dalam parlemen baru adalah Alexander Gauland (80) dari Partai Alternatif Jerman yang berhaluan ekstrem kanan. Tradisi sebelumnya, anggota berusia tertua yang membuka sidang perdana. Tapi kini anggota dengan masa pengabdian terpanjang yang membuka sidang pertama parlemen baru, yakni Wolfgang Schäuble dari partai Uni Kristen Demokrat.
Foto: Christoph Hardt/Geisler-Fotopress/picture alliance
Penguatan keterwakilan perempuan
Bundestag bukan hanya lebih muda tapi juga lebih feminim. Jumlah anggota parlemen perempuan meningkat 4%. Penyumbang terbesar dari Partai Kiri dan Partai Hijau. Fenomena sangat lambat untuk kesetaraan gender. Politisi dari Partai Hijau, Tessa Gansere (44, kiri) dan Nyke Slawik (27, kanan) adalah transgender pertama dalam Bundestag. “Cerita kesuksesan kami akan mendunia,” cuitan Slawik.
Sejarah baru kelompok imigran
Juga asal-usul anggota parlemen baru amat beragam. 83 anggota Bundestag berlatar belakang migran, terutama dari Partai Kiri dan Sosial Demokrat. Rasha Nasr (29 tahun) dari Partai Sosial Demokrat punya catatan khusus. Lahir di Dresden setelah orang tuanya hengkang dari Suriah untuk hidup baru di Jerman Timur. Ia sekarang mewakili negara bagian Sachsen.
Foto: SPD
Perwakilan Afro-Jerman
Armand Zorn, salah satu anggota Bundestag dari komunitas Afro-Jerman yang berasal dari Partai Sosial Demokrat ini kelahiran Kamerun dan tiba di Jerman saat usia 12 tahun. Ia memenangkan pemilihan kursi konstituen langsung. “Itu menunjukkan bahwa kita beragam. Bukan masalah dari mana kita datang, namun ke mana tujuan kita,” jelasnya.
Foto: Sebastian Gollnow/dpa/picture-alliance
Terbanyak dari kalangan akademisi
Mayoritas anggota Bundestag berlatar pendidikan kampus. Sangat sedikit yang berasal dari pendidikan kejuruan. Gülistan Yüksel (59 tahun) dari Partai Sosial Demokrat merupakan salah satu dari kelompok minoritas ini. Tiba di Jerman awal 70-an dari Turki, dia lulusan kejuruan asisten farmasi. Terpilih pertama kali jadi anggota parlemen pada tahun 2013.
Foto: Jens Krick/Flashpic/picture alliance
Berlatar belakang pebisnis
UMKM di Jerman kurang terwakilkan di parlemen Jerman, hanya ada 51 anggota di Bundestag berasal dari kalangan bisnis. Kebanyakan dari Partai Liberal Demokrat yang dikenal ramah pebisnis. Kritine Lütke (38 tahun) salah satunya, yang merupakan pengelola panti jompo milik orang tuanya.
Foto: FDP/Heidrun Hoenninger
Kurangnya ahli Kesehatan
Pandemi menegaskan pentingnya sektor kesehatan juga di parlemen. Namun Bundestag masih saja kekurangan perwakilan dokter. Hanya ada beberapa dokter dan tenaga Kesehatan yang terpilih jadi anggota parlemen. Stephan Pilsinger (34, tahun di foto) merupakan salah satunya. Dokter praktik ini terpilih sebagai perwakilan dari partai Uni Kristen Sosial. (mh/as)
Foto: CSU
9 foto1 | 9
Kanselir Olaf Scholz telah mengundang pemimpin oposisi Friedrich Merz (CDU) untuk hadir dalam pertemuan tingkat tinggi pada hari Jumat (13/10), yang bertujuan untuk membangun konsensus mengenai kebijakan migrasi sebagai bagian dari apa yang disebutnya "pakta Jerman.”
Dua pemimpin negara bagian – Perdana Menteri Hessen Boris Rhein (CDU) dan Perdana Menteri Niedersachsen Stephan Weil (SPD) – juga diundang ke pertemuan itu.
Keputusan pemerintah koalisi untuk memudahkan deportasi terjadi setelah partai konservatif CDU dan partai ultra kanan AfD menang besar dalam pemilu regional di Jerman pada akhir pekan lalu. Para pengamat mengatakan bahwa kekhawatiran terhadap migrasi memicu dukungan terhadap partai-partai oposisi itu.