Jerman Ingin Tarik 400 Ribu Tenaga Kerja Asing per Tahun
31 Agustus 2022
Jerman akan menghadapi kekurangan tenaga kerja terampil di tahun-tahun depan, yang bisa mengancam kemajuan ekonomi. Sampai 2030, Jerman diperkirakan perlu sampai 5 juta pekerja asing.
Iklan
Pemerintah Jerman ingin menarik 400.000 pekerja terampil dari luar negeri setiap tahun untuk mengatasi ketidakseimbangan demografis dan kekurangan tenaga kerja di sektor-sektor utama yang berisiko menghambat pemulihan dari pandemi virus corona.
"Kekurangan pekerja terampil telah menjadi sangat serius sekarang, sehingga secara dramatis memperlambat ekonomi kita,” kata Christian Duerr, pemimpin fraksi Partai Liberaldemokrat FDP kepada majalah ekonomi "WirtschaftsWoche".
"Kita hanya bisa mengatasi masalah angkatan kerja yang menua ini dengan kebijakan imigrasi modern... Kita harus mencapai 400.000 pekerja terampil dari luar negeri secepat mungkin," tambahnya.
Dalam Perjanjian Koalisi, ketiga partai pemerintah, SPD, Partai Hijau dan FDP memang menyepakati reformasi UU imigrasi dan memudahkan kedatangan tenaga kerja terampil dari luar Uni Eropa, dan dan menaikkan upah minimum menjadi 12 euro per jam.
Iklan
Kesenjangan di pasar kerja bisa melebar
Lembaga penelitian Institut der Deutschen Wirtschaft (IW) memperkirakan, angkatan kerja di Jerman tahun ini akan menyusut lebih dari 300.000 orang karena ada lebih banyak pekerja yang masuk usia pensiun dibandingkan tenaga kerja muda yang memasuki pasar kerja.
Kesenjangan ini diperkirakan akan makin melebar menjadi lebih dari 650.000 pada tahun 2029. Itu berarti, sampai tahun 2030 Jerman akan kekurangan sekitar 5 juta pekerja. Tahun 2021, sekalipun ada pandemi jumlah tenaga kerja di Jerman naik menjadi hampir 45 juta orang, karena banyak industri juga yang membuka lowongan kerja baru.
Setelah beberapa dekade dengan tingkat kelahiran yang rendah dan angka migrasi yang rendah, angkatan kerja di Jerman terus menyusut. Banyak pengamat yang memperingatkan adanya "bom waktu demografis" untuk sistem jaminan sosial publik di Jerman, kalau jumlah orang yang pensiun makin lama makin banyak, sementara orang yang bekerja menyusut. Karena sistem sosial dibiayai oleh orang yang bekerja.
Kami Berasal dari Sini: Kehidupan Keturunan Turki-Jerman dalam Gambar
Untuk merayakan ulang tahun ke-60 kesepakatan penerimaan pekerja migran asal Turki di Jerman, museum Ruhr memamerkan foto-foto karya fotografer asal Istanbul, Ergun Cagatay.
Fotografer Ergun Cagatay dari Istanbul, pada 1990 mengambil ribuan foto warga keturunan Turki yang berdomisili di Hamburg, Köln, Werl, Berlin dan Duisburg. Ini akan dipajang dalam pameran khusus “Kami berasal dari sini: Kehidupan keturunan Turki-Jerman tahun 1990” di museum Ruhr. Pada potret dirinya dia memakai pakaian pekerja tambang di Tambang Walsum, Duisburg.
Dua pekerja tambang bepose usai bertugas di tambang Walsum, Duisburg. Dipicu kemajuan ekonomi di tahun 50-an, Jerman menghadapi kekurangan pekerja terlatih, terutama di bidang pertanian dan pertambangan. Menindak lanjuti kesepakatan penerimaan pekerja migran antara Bonn dan Ankara pada 1961, lebih dari 1 juta “pekerja tamu” dari Turki datang ke Jerman hingga penerimaan dihentikan pada 1973.
Ini foto pekerja perempuan di bagian produksi pelapis interior di pabrik mobil Ford di Köln-Niehl. “Pekerja telah dipanggil, dan mereka berdatangan,” komentar penulis Swiss, Max Frisch, kala itu. Sekarang, komunitas Turki, dimana kini sejumlah keluarga imigran memasuki generasi ke-4, membentuk etnis minoritas terbesar di Jerman dengan total populasi sekitar 2.5 juta orang.
Foto menunjukan keragaman dalam keseharian orang Turki-Jerman. Terlihat di sini adalah kedelapan anggota keluarga Hasan Hüseyin Gül di Hamburg. Pameran foto di museum Ruhr ini merupakan liputan paling komprehensif mengenai imigran Turki dari generasi pertama dan kedua “pekerja tamu.”
Saat ini, bahan makanan seperti zaitun dan keju domba dapat ditemukan dengan mudah di Jerman. Sebelumnya, “pekerja tamu” memenuhi mobil mereka dengan bahan pangan itu saat mereka balik mudik. Perlahan-lahan, mereka membangun pondasi kuliner Turki di Jerman, untuk kenikmatan pecinta kuliner. Di sini berpose Mevsim, pemilik toko buah dan sayur di Weidengasse, Köln-Eigelstein.
Anak-anak bermain balon di Sudermanplatz, kawasan Agnes, Köln. Di tembok yang menjadi latar belakang terlihat gambar pohon yang disandingkan dengan puisi dari Nazim Hikmet, penyair Turki: “Hidup! Seperti pohon yang sendiri dan bebas. Seperti hutan persaudaraan. Kerinduan ini adalah milik kita.” Hikmet sendiri hidup dalam pengasingan di Rusia, hingga dia meninggal pada 1963.
Di sekolah baca Al-Quran masjid Fath di Werl, anak-anak belajar huruf-huruf Arab agar dapat membaca Al-Quran. Itu adalah masjid dengan menara pertama yang dibuka di Jerman pada tahun 90-an. Sejak itu warga Turki di Jerman tidak perlu lagi pergi ke halaman belakang untuk shalat atau beribadah.
Cagatay, sang fotografer berbaur dengan para tamu di sebuah pesta pernikahan di Oranienplatz, Berlin-Kreuzberg. Di gedung perhelatan Burcu, para tamu menyematkan uang kepada pengantin baru, biasanya disertai dengan harapan “semoga menua dengan satu bantal.” Pengantin baru menurut tradisi Turki akan berbagi satu bantal panjang di atas ranjang pengantin.
Tradisi juga tetap dijaga di tanah air baru ini. Di pesta khitanan di Berlin Kreuzberg ini, “Masyaallah” tertulis di selempang anak sunat. Itu artinya “terpujilah” atau “yang dikehendaki tuhan.” Pameran antara lain disponsori Kementerian Luar Negeri Jerman. Selain di Essen, Hamburg dan Berlin, pameran juga akan digelar di Izmir, Istanbul, dan Ankara bekerjasama dengan Goethe Institute. (mn/as)
Minggu lalu, Christian Duerr mengatakan Jerman harus memperbarui UU Imigrasi menjadi lebih sederhana untuk memudahkan kedatangan tenaga asing yang berketerampilan. "UU Imigrasi saat ini benar-benar terlalu birokratis dan saling bertentangan, sehingga tidak ada perkembangan apa-apa," katanya.
Sebagaimana tercantum dalam Perjaniian Koalisi, reformasi keimigrasian adalah salah satu bagian penting dari program pemerintahan koalisi. "Itu adalah salah satu agenda terpenting pada masa legislasi ini", kata Christian Dürr. Selanjutnya dia mengatakan, UU Imigrasi saat ini sama sekali tidak memadai menghadapi kelangkaan tenaga kerja terampil.
"Masih sering terjadi pengusiran orang asing (dari Jerman), padahal itulah orang-orang yang bisa dikatakan sudah terintegrasi, dan mereka merasa beruntung bisa berada di Jerman." Menarik tenaga kerja asing ke Jerman untuk mengisi kelangkaan di pasar kerja adalah "tugas besar seluruh masyarakat", tidak hanya pemerintah Jerman, kata Christian Duerr.
"Untuk mempertahankan standar hidup dan kesejahteraan kita, kita perlu lebih banyak migrasi ke pasar kerja," tegasnya.