1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jerman Janji Reformasi Militer

11 Mei 2017

Menteri Pertahanan Jerman Ursula von der Leyen umumkan rencana reformasi "pendidikan politik" setelah terungkapnya ancaman teroris ekstrem kanan di tubuh Bundeswehr. Oposisi nyatakan tidak puas.

Deutschland Von der Leyen mit Volker Wieker nach der Sondersitzung
Menteri Pertananan Jerman Ursula von der Leyen (kanan)Foto: picture-alliance/dpa/M. Kappeler

Menteri Pertahanan Jerman Ursula von der Leyen setelah dihantam kritik keras dari politisi dalam komisi pertahanan di parlemen Bundestag, berusaha mengusulkan inisiatif baru. Inisiatif yang dilontarkan Rabu kemarin  berupa rencana reformasi komprehensif militer Jerman untuk mengkonter masalah ekstremisme kanan.

Sebelumnya terungkap adanya sel teror neo NAZI dalam tubuh militer Jerman. Anggota kelompok ini terungkap, merencanakan untuk membunuh sejumlah tokoh terkemuka di pemerintahan Jerman, dan kemudian akan meninggalkan petunjuk palsu seolah pengungsi yang melakukan pembunuhan itu.

Von der Leyen mengatakan, akan melakukan perbaikan pendidikan politik dalam tubuh militer Jerman-Bundeswehr. Menhan Jerman itu juga mengupayakan cara kerja lebih efisien, yang menjamin pelaporan cepat jika terjadi insiden bersifat ekstrem kanan. Ia juga mengumumkan perumusan ulang dekrit yang mendefinisikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi tentara Jerman. Dekrit juga menetapkan sikap militer Jerman berkaitan dengan NAZI.

Rencana teror

Tiga pria, termasuk dua tentara anngota militer Jerman, yaitu Franco A. dan Maximilian T, ditangkap karena dituduh berencana melakukan "tindakan kekerasan yang menentang negara." Kejaksaan kini menyelidiki kedua orang letnan yang diduga keras merencanakan aksi pembunuhan beberapa pejabat tinggi pemerintahan, antara lain mantan Presiden Joachim Gauck dan Menteri Kehakiman Heiko Maas.

Untuk menjalankan rencana teror tersebut, letnan Franco A. menyamar sebagai pengungsi asal Suriah yang mengajukan permintaan suaka.  Ironisnya permintaan suakanya sudah dikabulkan. Sebelum rencana mereka terungkap, keduanya sudah menarik perhatian Dinas Rahasia Militer Jerman, MAD, karena menunjukkan tendensi ekstrem kanan. Tesis Master Franco A. misalnya, menunjukkan pengaruh kuat ideologi ekstrem kanan. Walaupun keduanya sudah dicurigai, MAD tidak mengambil tindakan apapun. Hal itulah yang jadi inti kritik keras dari Komisi Pertahanan dalam Bundestag.

Dugaan Terorisme di Tubuh Bundeswehr Berdampak Panjang

NAZI di tubuh militer Jerman

Politisi partai oposisi dan aktivis kini juga menuntut informasi sejauh mana ekstremisme kanan sudah menyusup dalam militer Jerman, dan apa saja langkah yang diambil MAD. Yang juga mendapat sorotan tajam adalah, kedua letnan itu bisa meninggalkan tugas untuk waktu lama tanpa ada yang curiga. Mereka juga mencuri amunisi milik militer Jerman. Amunisi curian ini ditemukan di apartemen seorang mahasiswa bernama Mathias F., yang nampaknya juga terkait sel teror ekstrim kanan. Franco A. baru ditangkap setelah kepergok menyembunyikan senjata di sebuah toilet di pelabuhan udara Wina, Austria.

Kasus inilah yang menyulut aksi penyelidikan yang berujung pada penemuan sejumlah simbol NAZI dan benda-benda peninggalan masa NAZI di beberapa barak militer di kota Donaueschingen. Christian Weissgerber, seorang mantan tentara berpaham neo NAZI mengatakan dalam wawancara dengan televisi ARD, "Bagi saya militer Jerman punya banyak anggota yang menganut ideologi nasionalis-konservatif dan rasis sehingga aneh, bahwa semua orang sekarang pura-pura seolah itu suatu hal baru."

Kementrian Pertahanan Jerman menyatakan April lalu, bahwa MAD sekarang melakukan investigasi terhadap 275 tentara yang dicurigai melaksanakan aksi ekstrem kanan. Biasanya itu berupa aksi penyebaran propaganda neo NAZI atau menyebar komentar ekstrem kanan di media sosial. Sebagian juga menggunakan salam NAZI "Sieg Heil". Penggunaan terminologi seperti ini di sarana umum dilarang di Jerman.

Protes para tentara

Tapi Menteri Pertahanan von der Leyen juga mendapat tekanan dari anggota militer Jerman. Mereka memprotes keluhan von der Leyen tentang kegagalan kepemimpinan di tubuh Bundeswehr. Analis pertahanan Jerman, Sebastian Schulte mengatakan, "Memang dari dulu ada isu orang-orang yang berpaham ekstrem kanan tertarik untuk masuk militer. Isu itu memang ada. Tapi saya tidak melihat adanya jaringan ekstrem kanan yang bekerja sistematis, anti demokratis dan mengakar dalam Bundeswehr."

Schulte berpendapat, sekarang muncul sensitifitas tinggi setelah terungkapnya rencana aksi teror beberapa anggota militer, baik di media maupun dari menteri pertahanan sendiri. Dan itu membuat masalah seolah lebih besar dari sebenarnya. Schulte mengatakan dalam wawancara dengan DW, sebagai komandan tertinggi militer, jika melakukan kesalahan, von der Leyen harus mengaku dan belajar dari kesalahan. Ia kini dianggap terlalu cepat menganggap seluruh Bundeswehr buruk.

Penulis: Ben Knight (ml/as)

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait