Jerman Kembalikan Karya Seni Rampasan NAZI Kepada Pewarisnya
9 Januari 2019
Menteri Kebudayaan Jerman Monika Grütters menyerahkan lukisan karya Thomas Couture kepada ahli waris politisi Perancis Georges Mandel. Lukisan itu dirampas NAZI dari Mandel selama Perang Dunia II.
Iklan
Acara penyerahan lukisan berjudul "Portrait de jeune femme assise" (Potret Wanita Muda Duduk) kepada pewaris yang sah dilangsungkan di museum Gropius Bau di Berlin hari Selasa (8/1). Lukisan pelukis Perancis abad 19 Thomas Couture (1815-1879) dirampas dari politisi Perancis keturunan Yahudi Georges Mandel selama Perang Dunia II.
Lukisan ini adalah bagian dari koleksi Cornelius Gurlitt, warga Jerman yang mewarisi lebih 1500 lukisan mahal dari ayahnya, Hildebrand, seorang pedagang seni yang bekerja untuk rezim NAZI.
Ahli waris Mandel itu menerima lukisan tersebut dari Menteri Kebudayaan Jerman Monika Grütters, disertai seorang perwakilan dari Kedutaan Besar Perancis dan Marcel Bruelhart, wakil presiden muesum seni di Bern, tempat Cornelius Gurlitt menghibahkan sebagian besar koleksinya ketika meninggal tahun 2014.
"Kasus ini kembali mengingatkan kita bahwa kita tidak boleh menghentikan pekerjaan sepenuh hati dalam menyelidiki perampasan seni oleh Nazi, yang menjadi tanggung jawab Jerman", kata Menteri Kebudayaan Monika Grütters.
Komitmen mengembalikan karya seni rampasan
Monika Grütters menekankan komitmen pemerintah Jerman dalam penelitian kepemilikan karya-karya seni rampasan NAZI sebagai upaya untuk mengembalikan karya-karya itu kepada pewarisnya. Sekitar 450 lukisan dari koleksi Gürlitt baru-baru ini dipamerkan di Bern, Bonn, dan Berlin.
"Kami berterima kasih kepada keluarga pewaris Georges Mandel yang setuju menunjukkan karya ini di ketiga pameran. Dengan cara ini, kami dapat menginformasikan kepada publik tentang nasib politisi Yahudi Georges Mandel, yang dianiaya dan dipenjara oleh Nazi. " Georges dieksekusi oleh penguasa fasis Perancis tahun 1944.
Karya Thomas Couture ini adalah lukisan kelima dari koleksi Cornelius Gurlitt yang telah dan akan dikembalikan kepada pewaris yang sah. Satu lukisan lagi sudah diidentifikasi sebagai barang rampasan NAZI, namun pewarisnya belum ditemukan.
Marcel Breuerhart dari Kunstmuseum Bern mengatakan, "Yang menentukan pada akhirnya bukanlah jumlah restitusi, tetapi upaya yang jujur dan berkomitmen dalam mengklarifikasi asal-usul karya-karya koleksi Gurlitt."
Art looted by the Nazis
01:33
Identifikasi dan penelitian penelitian
Identifikasi lukisan itu dimungkinkan dengan kesaksian mantan mitra kerja Georges Mandel, yang menyatakan bahwa lukisan itu memiliki cacat kecil di daerah dada pengasuh dalam lukisan, ketika dirampas oleh Nazi. Pakar restorasi di Jerman kemudian menemukan cacat kecil itu saat melakukan pemeriksaan teliti terhadap bagian yang disebut saksi.
Penelitian lukisan itu adalah bagian dari proyek besar penelusuran asal-usul koleksi Cornelius Gürlitt, untuk menetapkan sejarah kepemilikan karya-karya seni itu. Koleksi Cornelius Gürlitt yang hidup menyendiri dan tertutup ditemukan tahun 2012, setelah dia terlibat diselidiki terkait dugaan proses penggelapan pajak dan polisi menggeledah apartemennya di München. Tanpa diduga, polisi menemukan ratusan karya seni mahal yang tersimpan rapih di rumahnya.
Cornelius Gürlitt sendiri selalu tampil sederhana dan tidak ada yang menyangka dia menyimpan koleksi lukisan senilai ratusan juta dolar AS. Karena tidak jelas, mana karya seni yang merupakan rampasan NAZI dan mana yang dibeli secara resmi oleh keluarga Gürlitt, polisi tidak bisa menyita lukisan-lukisan itu. Gurlitt kemudian menyerahkan karya-karya seni itu ke museum. Dia meninggal tahun 2014 di München.
Bangunan Kota yang Dirampok dari Yahudi
Distrik Mitte di pusat kota Berlin merupakan lokasi pembangunan yang masif. Tak banyak yang tahu, kebanyakan bangunan di pusat ibukota Jerman ini dirampas dari keluarga-keluarga Yahudi, pemilik aslinya.
Foto: Stadtmuseum Berlin/Oliver Ziebe
Ibukota tanpa pusat sejarah
Distrik Mitte di ibukota Jerman identik dengan pembangunan besar-besaran. Dekat menara TV dan Balai Kota Merah, Rotes Rathaus, berdiri berdekatan. Kebanyakan orang tidak menyadari bahwa sebagian besar properti di daerah ini dulunya dimiliki orang Yahudi. Keuntungan kini diraup dibuat tanpa melibatkan orang-orang yang dulunya pernah memiliki lahan tersebut.
Foto: Getty Images
Perencanaan sistematis
Dari 1.200 bangunan di pusat kota Berlin itu, setidaknya 225 di antaranya milik orang Yahudi-Jerman, sebelum tahun 1933. Setelah Hitler menjadi pemimpin Jerman, orang-orang Yahudi secara sistematis dikeluarkan dari "komunitas nasional". Undang-undang yang diskriminatif mengharuskan orang Yahudi mendaftarkan harta benda mereka, yang kemudian disita.
Foto: Sammlung Düwel Hamburg
Dilucuti kewarganegaraannya dan dirampok
Salah satu tindakan yang digunakan untuk mendapatkan akses terhadap kepemilikan properti keturunan Yahudi adalah menyangkal kewarganegaraan mereka: mencap mereka sebagai musuh negara, memaksa mereka berimigrasi dan kemudian menyita aset mereka. Mereka yang tidak meninggalkan Jerman pada tahun 1938 menderita saat pogrom Kristallnacht, malam penghancuran bisnis dan rumah Yahudi.
Foto: gemeinfrei
Rasisme terbuka
Setelah tahun 1938, pengambilalihan aset Yahudi di Berlin dibicarakan secara terbuka. Tak seperti kota-kota lain di seluruh Jerman, barang curian tersebut tak jatuh ke tangan swasta, melainkan negaralah yang menjadi penerima manfaat langsung. Fakta ini pernah dipamerkan dalam pameran foto "Robbed Centre" beberapa tahun lalu di Berlin's Ephriam Palace. Bahkan lokasi pameran ini pun hasil jarahan.
Foto: Stadtmuseum Berlin/Oliver Ziebe
Mimpi atas Germania
Apa alasan di balik nasionalisasi bangunan? Arsitek favorit Hitler, Albert Speer, diperintahkan membangun sebuah ibukota kekaisaran baru - Germania. Pusat kota bersejarah itu akan digantikan oleh gedung administrasi yang monumental. Titik pusat Germania akan dijadikan bangunan aula akbar, yang ditunjukkan di sini dalam foto untuk menggambarkan perbandingannya dengan Gerbang Brandenburg.
Foto: picture alliance / dpa
Sumbu Timur-Barat
Untuk mencapai tujuan ini, Hitler mengangkat arsitek Speer sebagai Inspektur Jenderal Bangunan di Berlin. Semua rumah keturunan Yahudi di ibukota didata dan dilaporkan ke Speer untuk dipertimbangkan apakah negara ingin menggunakan haknya untuk membeli bangunan ini. Jika rumah-rumah itu terletak di poros Timur-Barat yang direncanakan, yang melintasi pusat kota, maka harus diledakkan.
Foto: npb
Wertheim department store
Bahkan "Aryanisasi" pribadi terjadi di pusat kota. Satu kasus penting termasuk pusat perbelanjaan Wertheim. Saat pergantian abad, department store ini terkenal seperti Lafayette di Paris. Inilah wajah mal Yahudi itu di tengah lautan swastika selama Olimpiade 1936. Pada tanggal 1 Januari 1937, perusahaan tersebut dinyatakan milik "Jerman".
Foto: Stadtmuseum Berlin
Temuan seni berharga
Selama penggalian Balai Kota Merah pada tahun 2010, 11 patung yang telah dijelak-jelekkan Nazi sebagai "kemerosotan seni ", ditemukan lagi. Patung-patung itu telah disita pada tahun 1937 dari museum dan koleksi pribadi Jerman dan dilaporkan hilang atau hancur. Sebuah rumah Yahudi pernah berdiri di lokasi penemuan dan keluarga pemiliknya diasingkan.
Foto: Berlin-Mitte-Archiv
Celah lubang
Tidak hanya namanya berubah, tapi bekas jalan Königstrasse, di dekat balai Kota merah hampir tak bisa lagi dikenali. Di sebuah lahan kosong ini, rumah No. 50 pernah berdiri( ditandai warna merah di foto). Inilah wajah Berlin saat ‘Arya-nisasi‘ dimulai.
Foto: Stadtmuseum Berlin
Sebuah kota yang hancur
Banyak kosong telah lama ternganga di mana rumah Yahudi pernah berdiri. Entah rencana untuk Germania telah menyebabkan kehancuran mereka, mereka dibom dalam perang, atau pemerintah komunis Jerman Timur telah menghapus reruntuhan setelah perang.
Foto: AP
Ganti rugi minimal
Jerman Timur tidak membayar restitusi setelah Holocaust. Alasannya? Di negara komunis, seharusnya tidak ada properti pribadi. Lebih baik lagi jika negara sudah jadi pemiliknya. Setelah reunifikasi Jerman pada tahun 1990, saat ahli waris pemilik properti asli sekali lagi mencari kompensasi, mereka hanya menerima ganti rugi minimal, itupun jika dibayar.
Foto: picture-alliance/dpa
Ganti rugi yang jatuh nilainya
Mereka yang berhak atas properti ini dibayar berdasarkan estimasi dari penilaian tahun 1990. Akibatnya, ahli waris keluarga Yahudi seringkali hanya dibayari 10 persen dari nilai aslinya. Jika lahannya kosong, nilai restitusinya sama rendahnya. Dalam gambar tertera toko furnitur Gerson yang dulu terkenal di tahun 1890-an.
Foto: Stadtmuseum Berlin
Jadi 'tambang emas'
Namun, sekarang, bekas rumah kosong tersebut menjadi bangunan baru di Berlin Mitte. Apakah restitusi ahli waris harus dinegosiasikan ulang, atau jika penjualan tanah tersebut harus disalurkan ke yayasan? (Ed: Sarah Judith Hofmann/ap/hp)