Kanselir Jerman Merkel saat menerima presiden Mesir di Berlin mengritik hukuman mati massal di negara itu, tapi mengajak Kairo untuk meningkatkan bisnis. Kunjungan presiden Mesir ke Jerman diwarnai aksi protes di Berlin.
Iklan
Kanselir Jerman Angela Merkel dalam konferensi pers bersama presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi di Berlin, Rabu (03/06) kembali menegaskan pentingnya posisi Mesir dalam proses perdamaian Timur Tengah dan dalam perang melawan Islamic State. Merkel juga menegaskan dukungan Jerman terhadap Mesir. Terutama agar negara itu kembali stabil dan ekonominya tumbuh.
Tapi kanselir Jerman juga mengritik hukuman mati yang dijatuhkan terhadap lawan politik Al Sisi terutama dari kalangan Ikhwanul Muslim. Presiden Mesir menepis kritik dari Jerman itu. Al Sisi mengatakan, Mesir adalah negara berdasar konstitusi yang menjunjung hukum. Ia balik menuntut Jerman dan Eropa untuk menghormati sistem hukum di Mesir.
Jerman walau mengritik Mesir terkait pelanggaran hak asasi manusia, tapi tetap mengajak negara itu berbisnis. Kunjungan Al Sisi ke Jerman memang disertai delegasi ekonomi dan bisnis dari negaranya. Tekanan utama kunjungan, selain pengakuan politik dari Jerman juga terutama jalinan kerjasama perdanganan.
Demonstran vs Order Bisnis
Kunjungan resmi presiden Mesir ke Jerman disambut ratusan demonstran yang pro dan kontra politiknya. Polisi di Berlin berusaha memisahkan sekitar 100 pendukung Al Sisi dan jumlah pemrotes yang hampir sama dari kubu anti presiden Mesir itu. Saat konferensi pers, seorang demonstran anti Al Sisi yang berhasil menerobos masuk berteriak kepada Al Sisi "Kamu pembunuh". Polisi kemudian mengamankan demonstran.
Tahun Berdarah di Timur Tengah
Geliat IS di Suriah dan Irak, serta perang di Jalur Gaza menandai tahun yang penuh peristiwa di Timur Tengah. Berikut beberapa yang paling banyak mencuri perhatian dunia.
Foto: Getty Images/K. Cucel
Geliat Islamic State
Sejak 2013, kelompok teror ini sudah menguasai kota Rakka di Suriah. Januari silam mereka berhasil merebut kota Falludjah dari tangan militer Irak. Gerilayawan garis keras yang dikenal dengan aksi brutalnya itu juga sempat bercokol di provinsi Anbar dengan tujuan menguasai kota Baghdad.
Foto: Reuters
Konflik Atom Iran
Langkah Iran menghentikan program pengayaan uraniumnya Januari lalu disambut oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa dengan melonggarkan sanksi. Kendati terdapat pendekatan yang signifikan, konflik atom Iran belum akan selesai. November kemarin pihak-pihak yang terlibat memperpanjang masa perundingan hingga 2015.
Foto: ISNA
Eksekusi Massal di Mesir
Setelah pemerintah Mesir menempatkan Ikhwanul Muslimin dalam daftar organisasi teror, sebuah pengadilan di Al-Minya memvonis mati 529 pendukung dan simpatisan Ikhwan. Pada proses lanjutan April lalu, pengadilan menjatuhkan vonis mati kepada 683 individu lain. Sebagian besar vonis mati lalu diubah menjadi hukuman kurung seumur hidup.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Perubahan Kekuasaan di Irak
Pada 30 April, warga Irak untuk pertama kalinya memilih parlemen sejak penarikan mundur tentara AS. Setelah konflik panjang, Perdana Menteri Nuri Al-Maliki (ki.) akhirnya bersedia untuk tidak mencalonkan diri lagi buat memuluskan jalan rekan separtainya, Haidar al-Abadi (ka.)
Foto: Reuters/Hadi Mizban
Suriah yang Tidak Ada Akhir
Setelah dua tahun perundingan lewat mediasi PBB yang kandas tanpa hasil, Utusan Khusus Timur Tengah Lakhdar Brahimi mengundurkan diri Mai silam. Tidak lama kemudian Presiden Suriah Basyar Assad merayakan kemenangan pemilu dengan 88,7 persen suara. Lucunya, pemilu cuma digelar di daerah-daerah yang diduduki pasukan pemerintah.
Foto: Reuters
Sisi Memimpin Mesir
Bekas panglima militer, Abdul Fattah al-Sisi, memenangkan pemilu kepresidenan di Mesir, akhir Mai lalu. Satu-satunya pesaing yang berani maju adalah Hamdien Sabbahi yang mendapat 3,1 persen suara. Dengan kemenangannya, warga Mesir berharap pemerintah bisa mengembalikan kondisi keamanan dan mengeluarkan negeri itu dari krisis ekonomi.
Foto: Reuters
Hamas dan Fatah Berdamai
Untuk pertamakalinya sejak 2007, Fatah dan Hamas kembali membentuk pemerintahan bersama. Presiden Mahmud Abbas meresmikan kabinet baru itu di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Rami Hamdallah. Langkah tersebut memicu reaksi keras dari Israel. PM Benjamin Netanyahu mengkritik, Fatah lebih suka mencari damai dengan Hamas ketimbang Israel.
Foto: DW/K. Shuttleworth
Di bawah Bayang IS
Juni silam Islamic State berhasil merebut kota Mossul, Irak. Kelompok teror itu juga sukses merekrut pejabat tinggi militer Irak dari jaman Saddam Hussein. Untuk pertamakalinya IS mendeklarasikan terbentuknya kekhalifahan Islam di Suriah dan Irak.
Foto: picture alliance/abaca
Perang 50 Hari
Situasi antara Israel dan Palestina tetap panas sepanjang 2014. Pada 8 Juni, Israel memulai serangan baru untuk menghentikan tembakan roket dari Jalur Gaza. Pertengahan bulan negara Yahudi itu mengirimkan pasukan infanteri. Selama 50 hari, perang di Gaza menelan lebih dari 2100 korban jiwa di pihak Palestina dan 70 warga Israel. Lebih dari 20.000 rumah di Gaza hancur oleh bom.
Foto: picture-alliance/dpa
Pelarian Kaum Yasidi
Ketika kota Sindjar jatuh ke tangan IS Agustus silam, ratusan penduduk tak berdosa dari suku Yasidi tewas dalam eksekusi mati. Sementara puluhan ribu lainnya mengungsi ke gunung. Mereka bertahan hingga pertengahan Agustus, saat pasukan Peshmerga mengirimkan helikopter untuk evakuasi.
Foto: picture-alliance/abaca/Depo Photos
Serangan Udara terhadap IS
Pada bulan yang sama Presiden AS, Barack Obama merestui serangan udara terhadap IS di Irak. Pada bulan September serangan itu diperluas hingga wilayah Suriah. Lima negara Arab ikut serta dalam operasi militer tersebut: Arab Saudi, Qatar, Bahrain dan Yordania.
Foto: Getty Images
Membidik Jurnalis
Mata dunia tertuju pada Irak selambatnya sejak IS mempublikasikan video eksekusi mati terhadap jurnalis barat dan serdadu Irak atau Kurdi. Pada 9 Agustus video pembunuhan pertama beredar di internet. Pada video tersebut terlihat reporter AS, James Foley yang tewas setelah digorok lehernya.
Foto: dapd
Libya di Ambang Kekacauan
Di tengah pertempuran antara milisi-milisi yang bertikai, parlemen baru Libya diresmikan pada Agustus di Tobruk. Ke kota itulah pemerintahan Libya berpindah setelah situasi keamanan yang memburuk di Tripolis dan Benghazi. Sejak itu dua parlemen bersaing berebut kekuasaan. Sementara parlemen lama yang dikuasai oleh kelompok Islam garis keras terus bekerja seperti normal di Tripolis.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Gerilayawan buat Kobani
Bulan September menandai awal pertempuran di kota Kobani, di utara Suriah. IS berupaya merebut kota ini sebagai simbol kemenangannya atas Suriah. Bulan Oktober ratusan gerilyawan Peshmerga berdatangan ke Kobani buat memerangi IS. Mereka dipersenjatai oleh negara-negara barat.
Foto: picture-alliance/AP/Vadim Ghirda
Drama Mubarak
Lebih dari tiga tahun sejak lengsernya Hosni Mubarak, sebuah pengadilan di Kairo membatalkan gugatan terhadap bekas presiden itu atas tuduhan pembunuhan terhadap lebih dari 800 demonstran. Sebagian besar warga Mesir turun ke jalan buat memrotes keputusan tersebut. Mubarak sendiri sudah divonis tiga tahun penjara pada bulan Mai.
Foto: AFP/Getty Images/M. El Shahed
15 foto1 | 15
Kunjungan ke Jerman ini, bagi presiden Al Sisi menjadi simbol kemenangan propaganda politiknya di Eropa. Sementara bagi pemain bisnis di Jerman juga berarti sukses meraup uang dari order bisnis dengan Mesir. Siemens misalnya, berhasil memenangkan order senilai 8 milyar Euro untuk membangun tiga pembangkit listrik gas dan 12 taman energi angin. Direktur Siemens, Joe Kaeser telah menandatangani kontraknya dengan presiden Al Sisi.
Sementara itu sebagian kalangan politik di Jerman, mengritik Merkel terkait kunjungan presiden Al Sisi ke Jerman. Mereka menuduh kanselir Jerman itu melontarkan isyarat yang salah, karena menerima resmi pelaku pelanggaran hak asasi. Bahkan presiden parlemen Jerman, Norbert Lammert tetap menolak melakukan pertemuan dengan Al Sisi yang mengakhiri kunjungannya di Jerman Kamis (04/06) dan melanjutkan lawatannya ke Republik Ceko.