Jerman Kucurkan 2 Miliar Euro Bantu Pengungsi dari Ukraina
8 April 2022
Pemerintah pusat dan pemimpin negara bagian di Jerman menyepakati paket bantuan untuk pengungsi dari Ukraina senilai 2 miliar Euro. Ini termasuk akses ke pasar kerja, fasilitas kesehatan dan kursus gratis bahasa Jerman.
Olaf Scholz dan para perdana menteri negara bagian antara lain menyepakati, para pengungsi dari Ukraina akan mendapat tunjangan sosial seperti warga Jerman lain yang tidak memiliki pendapatan cukup. Bantuan sosial itu di Jerman dikenal sebagai program sosial "Hartz IV".
Olaf Scholz menjelaskan, pemerintah federal menyediakan anggaran 2 miliar euro yang akan disalurkan ke negara-negara bagian untuk program bantuan pengungsi Ukraina.
Pengungsi dari Ukraina antara lain akan menerima tunjangan sosial mulai 1 Juni sekitar 400 euro per bulan. Selain itu, mereka juga mendapat izin kerja dan fasilitas integrasi lainnya seperti kursus gratis Bahasa Jerman dan akses ke fasilitas kesehatan.
Hal itu akan memudahkan pengungsi dari Ukraina untuk berintegrasi dan tinggal di Jerman, kata Olaf Scholz.
Sudah ada sekitar 320 ribu pengungsi Ukraina di Jerman
Kementerian Dalam Negeri Jerman telah mencatat kedatangan 320.321 pengungsi Ukraina sejak invasi Rusia pada 24 Februari lalu. Di beberapa titik di bulan Maret ada lebih dari 15.000 pendatang baru setiap hari, meskipun kecepatannya sekarang telah melambat, kata Kementerian Dalam Negeri dalam pernyataan pers.
Iklan
Angka-angka tersebut dikumpulkan oleh Polisi Federal Jerman, yang saat ini lebih sering memeriksa kedatangan daripada biasanya. Namun jumlah sebenarnya pengungsi dari Ukraina yang telah tiba di Jerman bisa jauh lebih tinggi, kata Kementerian Dalam Negeri, karena memang tidak ada kontrol sistematis di perbatasan internal Uni Eropa.
Warga Ukraina memiliki hak untuk memasuki Uni Eropa tanpa visa dan tinggal selama 90 hari. Selama periode itu, mereka tidak berkewajiban untuk mendaftar ke otoritas Jerman, kecuali jika mereka ingin mencari dan mendapat fasilitas bantuan sosial.
Mariupol: Sebuah Kota yang Hancur, tapi Tetap Bertahan
Invasi Rusia ke Ukraina memasuki minggu keempat, dan serangan terus meningkat. Sementara warga berbondong-bondong melarikan diri dari Mariupol, Zelenskyy enggan menyatakan takluk di kota yang terkepung itu.
Foto: Str/AA/picture alliance
Eksodus dari Mariupol
Selama seminggu terakhir, puluhan ribu orang setiap harinya melarikan diri dari kota Mariupol yang hancur akibat serangan Rusia. Sejak awal perang, kota pelabuhan penting di selatan Ukraina itu telah menghadapi pemboman berat dan serangan rudal yang melukai warga sipil. Menurut data Rusia, 130.000 dari sekitar 440.000 penduduk masih bertahan di kota.
Foto: Str/AA/picture alliance
Sebuah kota yang hancur
Setelah hampir empat minggu diserang, kota Mariupol yang terkepung hancur dan nyaris tidak dapat dihuni. Menurut pemerintah setempat, 80% dari seluruh apartemen di kota telah hancur. Banyak foto yang menunjukkan bangunan tempat tinggal yang hancur atau terbakar, seperti foto dari kantor berita resmi Rusia, Tass ini.
Serangan Rusia terhadap warga sipil Ukraina telah mendorong beberapa politisi Barat, seperti Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock dan Komisaris Luar Negeri Uni Eropa Josep Borell, untuk berbicara tentang "kejahatan perang". Borell mengatakan Rusia menghancurkan Ukraina tanpa menghormati aturan perang.
Foto: REUTERS
Rusia: Hanya target strategis yang terdampak
Rusia mengklaim mereka hanya menyerang fasilitas strategis dan militer. Mereka menyalahkan unit milisi Ukraina, Batalion Azov, yang mencakup ekstremis nasionalis sayap kanan, atas pemboman teater Mariupol. Ratusan orang selamat dari serangan itu, berlindung di bunker serangan udara di bawah teater, yang terlihat seperti dalam foto reruntuhan ini.
Foto: Azov Battalion/AP/dpa/picture alliance
Separatis Rusia mengontrol rute pelarian
Separatis pro-Rusia, yang juga menguasai wilayah tetangga Donetsk di Ukraina timur, melakukan pemantauan jalur pelarian penduduk. Mereka hanya mengizinkan warga sipil tak bersenjata meninggalkan kota yang terkepung.
Foto: Str/AA/picture alliance
Tuding dievakuasi ke negara musuh
Foto yang dirilis oleh kantor berita Rusia, Tass, menunjukkan orang-orang yang dievakuasi dari Mariupol di sebuah kamp darurat di Donetsk. Rusia mengatakan ingin memberikan perlindungan bagi pengungsi Ukraina. Namun, Dewan Kota Mariupol menuduh Rusia mengizinkan separatis membawa paksa ribuan warga Ukraina ke Rusia.
Banyak penduduk telah melarikan diri ke kota Zaporizhzhia, di mana beberapa warga yang terluka mendapat perawatan. Pemboman rumah sakit di Mariupol telah menutup akses bantuan medis darurat. Beberapa pekan lalu, terjadi kebakaran singkat di PLTN terbesar di Eropa di Zaporizhzhia. Sebagian besar kawasan di kota dengan populasi 750.000 jiwa itu lolos dari pertempuran.
Foto: Stringer/AA/picture alliance
Berkumpul dengan keluarga
Remaja ini melarikan diri dari Mariupol ke Lviv di Ukraina barat. Sang ibu menunggunya di stasiun kereta. Namun, tentara Rusia juga telah menyerang Lviv. Bagi banyak pengungsi, Lviv menjadi persinggahan terakhir sebelum melanjutkan perjalanan untuk menyelamatkan diri ke negara-negara tetangga Eropa.
Foto: picture alliance / ASSOCIATED PRESS
Beberapa kota yang diserang tentara Rusia
Mariupol bukan satu-satunya kota di Ukraina yang dihantam serangan Rusia. Di utara dan timur Ukraina, roket dan peluru artileri terus menghantam kota-kota besar seperti Sumy, Kharkiv, dan Kyiv. Foto ini menunjukkan sisa-sisa pusat perbelanjaan di Kyiv setelah menjadi sasaran serangan Rusia. Empat orang tewas dalam serangan itu, menurut media setempat.
Foto: Daniel Ceng Shou-Yi/ZUMAPRESS/picture alliance
Ukraina tolak menyerahkan Mariupol
Pada hari Minggu (20/03), Rusia telah memberi Ukraina ultimatum untuk menyerahkan Mariupol pada Senin (21/03) sore. Namun, Ukraina menolak permintaan itu. Sebaliknya, ribuan warga sipil kembali berbondong meninggalkan kota tersebut. Menurut pemimpin separatis Rusia Denis Pushilin, pertempuran memperebutkan Mariupol bisa berlangsung berminggu-minggu lebih lama. (ha/as)
Foto: Evgeniy Maloletka/AP/dpa/picture alliance
10 foto1 | 10
Paling banyak datang ke Berlin
Sejauh ini, negara bagian Berlin dan Brandenburg yang paling banyak menerima pengungsi dari Ukraina. Karena itulah, Berlin dan Brandenburg sejak awal meminta dukungan finansial dari pemerintahan federal.
"Ini akan memungkinkan orang (Ukraina) untuk tiba dengan baik di sini. Potensi mereka dapat digunakan, bakat dapat dipupuk, dan anak-anak dan remaja mereka juga dapat memiliki perspektif di sini," kata Walikota Berlin Franziska Giffey.
Otoritas Berlin memperkirakan, saat ini ada lebih 60.000 pengungsi Ukraina di ibu kota Jerman itu. Kanselir Jerman Olaf Scholz menerangkan, untuk saat ini "sulit untuk memperkirakan" bagaimana situasi perkembangan pengungsi dalam beberapa bulan ke depan, karena perang di Ukraina masih berlanjut.