1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiJerman

Jerman Sepakati Rp506 T untuk Biaya Rekonstruksi Banjir

11 Agustus 2021

Pemerintah federal Jerman dan pemerintah regional telah sepakat untuk berbagi biaya rekonstruksi bencana banjir besar bulan lalu. Kanselir Angela Merkel menyebut kesepakatan ini sebagai simbol "solidaritas nasional."

Foto situasi pascabanjir di wilayah Ahrweiler pada tanggal 19 Juli lalu
Foto situasi pascabanjir di wilayah Ahrweiler pada tanggal 19 Juli laluFoto: Bram Janssen/AP/picture alliance

Kanselir Jerman Angela Merkel pada Selasa (10/08) mengumumkan bahwa pemerintah federal dan para pemimpin 16 negara bagian Jerman telah menyetujui paket bantuan untuk membantu membangun kembali daerah-daerah yang hancur dilanda hujan lebat dan banjir besar empat minggu lalu.

Dalam pertemuan virtual antara para perdana menteri 16 negara bagian dan pemerintah federal, para pemimpin menyetujui untuk mengucurkan paket bantuan sebesar €30 miliar atau sekitar Rp506 triliun. Mereka sepakat menanggung biaya rekonstruksi kota-kota dan desa-desa yang hancur di negara bagian Nordrhein-Westfalen dan Rheinland-Pfalz.

Merkel mengatakan bahwa kabinet pemerintah akan membahas rincian peraturan yang diperlukan untuk mengeluarkan dana bantuan tersebut. "Ini adalah tanda solidaritas nasional," ujar Merkel.

Kanselir Jrman Angela Merkel memuji kesediaan bersama pemerintah federal dan negara bagian dalam mengatasi bencana banjirFoto: CHRISTIAN MANG/REUTERS

Merkel berterima kasih atas dukungan rakyat

Dari total dana bantuan tersebut, sebanyak €28 miliar (Rp476 triliun) akan dialokasikan ke dua negara bagian yang dilanda banjir besar yang mana akan ditanggung setengahnya oleh 16 negara bagian dan setengahnya lagi oleh pemerintah federal.

Sementara sisa €2 miliar (Rp 34 triliun) akan ditanggung oleh pemerintah federal untuk membangun kembali infrastruktur seperti jalur kereta, jalan, dan jembatan.

Merkel memuji "kesediaan bersama yang besar untuk membantu orang-orang dalam situasi luar biasa yang telah dilanda kehancuran."

Dia juga mengungkapkan rasa terima kasihnya atas dukungan yang ditunjukkan oleh orang-orang di seluruh Jerman. "Kami tidak henti-hentinya berterima kasih atas kesediaan yang begitu luas untuk membantu ... sehingga banyak sukarelawan yang masih membantu hari ini," kata Merkel.

Rekonstruksi akan memakan waktu bertahun-tahun

Asosiasi Kota dan Kotamadya di Rheinland-Pfalz menyambut baik kesepakatan ini, tetapi mereka mengingatkan kemungkinan adanya biaya rekonstruksi tak terduga.

"Karena infrastruktur telah hancur total, jalan, alun-alun, taman kanak-kanak, sekolah, gedung administrasi, dan jaringan pasokan sebagian besar harus dibangun kembali dan setidaknya di beberapa tempat dibangun kembali dari awal di lokasi baru, yang berarti skalanya mungkin melebihi perkiraan saat ini," kata asosiasi.

Christof Sommer, Kepala Asosiasi Kota dan Kotamadya Nordrhein-Westfalen juga menyambut baik disepakatinya paket bantuan tersebut.

Sommer pun menyoroti pentingnya kemudahan akses ke dana bantuan. "Rekonstruksi daerah dan infrastruktur lokal akan memakan waktu bertahun-tahun, dan adaptasi terhadap perubahan iklim akan membutuhkan upaya ekstra," katanya.

Kritikan atas sistem peringatan dini

Sedikitnya 190 orang tewas dalam bencana banjir bulan lalu, dan banyak rumah, gedung, dan infrastruktur penting hancur.

Dalam pertemuan tersebut, Merkel dan para perdana menteri negara bagian juga setuju untuk menginvestasikan hingga €88 juta (Rp1,15 triliun) untuk meningkatkan sistem peringatan dini bencana negara itu dan bagi negara bagian untuk memasang sirene baru pada tahun 2032.

Pihak berwenang pun mendapat kecaman keras atas bencana yang terjadi. Orang-orang mempertanyakan langkah-langkah yang dilakukan pihak berwenang dalam memperingatkan atau mengevakuasi penduduk dari daerah-daerah yang dilanda bencana paling parah.

Minggu lalu, penyelidikan dilakukan kepada seorang pejabat di wilayah Ahrweiler atas laporan kelalaian dan peringatan dini yang tertunda yang diduga mengakibatkan puluhan orang tewas.

rap/pkp (AFP, dpa)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait