Jerman Luncurkan Program Dinas Militer untuk Anak Muda
Alex Berry
7 April 2021
Pemerintah Jerman meluncurkan program militer sukarela selama satu tahun untuk generasi muda. Relawan akan dilatih untuk menangani bencana alam atau krisis kesehatan.
Menteri Pertahanan Kramp-Karrenbauer mengumumkan program tersebut pada Juli tahun lalu, dengan motto "Tahun Anda untuk Jerman"Foto: Kay Nietfeld/dpa/picture alliance
Iklan
Menteri Pertahanan Jerman Annegret Kramp-Karrenbauer memulai program dinas militer sukarela baru pada hari Selasa (06/04). Dinas militer sukarela keamanan dalam negeri itu bertujuan untuk membujuk anak-anak muda agar mengambil cuti selama satu tahun sebelum memulai studi atau karier mereka.
Program ini pertama kali diumumkan pada musim panas lalu dengan motto: "Tahun Anda untuk Jerman." Pelatihan program ini secara resmi dimulai pada hari Selasa (06/04) dengan melibatkan 325 relawan, 52 di antaranya adalah perempuan.
"Kami memulai program ini setelah melihat ada anak muda yang tertarik untuk bergabung dengan Bundeswehr, tetapi tidak ingin terikat secara penuh," kata Kramp-Karrenbauer dalam konferensi pers peluncuran program tersebut.
Kementerian Pertahanan mengungkapkan ada sekitar 9.000 orang yang melamar untuk dinas militer sukarela tahun ini. Dari jumlah tersebut, 20% di antaranya adalah perempuan.
Wajib Militer di Berbagai Negara
Isu wajib militer di Indonesia mengemuka ketika Badan Pemeriksa Keuangan mengusulkannya ke Kementerian Pertahanan. Di Eropa, 21 negara telah meninggalkan program ini. Negara mana yang masih aktif?
Foto: picture-alliance/dpa/V. Moilanen
Prancis: penggagas wamil
Wajib militer atau wamil pertama kali diberlakukan pemerintah Prancis pada masa Revolusi Prancis. Program itu sempat dihentikan tahun 1996, sebelum dimulai lagi oleh Presiden Perancis Emmanuel Macron, April 2019. Berbeda dengan sebelumnya, peserta wamil berusia 16 tahun, dan hanya mengikuti pelatihan sebulan. Mereka juga bisa memilih ikut kegiatan militer atau mengikuti kegiatan sosial.
Foto: Getty Images/AFP/L. Marin
Swiss: bebas jika tinggal di luar negeri
Semua laki-laki Swiss yang berbadan sehat dan mencapai usia dewasa, maka harus mengikuti Militärdienst atau wajib militer, sementara perempuan bisa mengikutinya secara sukarela. Setiap tahun Swiss membutuhkan 18.000 tentara baru. Bagi yang tinggal di luar negeri tidak harus ikut wamil pada masa damai, sementara mereka yang memiliki kewarganegaraan ganda masih harus ikut.
Foto: Fabrice Coffrini/AFP/Getty Images
Denmark: minat tinggi tapi...
Denmark, negara Skandinavia berpopulasi 5,7 juta jiwa, memiliki angkatan berbasis wajib militer berjumlah 15.500 tentara aktif. Setelah usia 18, semua pemuda dipanggil untuk dinilai apakah mereka cocok untuk dinas militer. Perempuan Denmark tidak diwajibkan secara hukum untuk masuk militer. Meski minat tinggi, survei tahun 2017 mengungkap 48% pemuda tidak layak ikut karena alasan kesehatan.
Foto: picture-alliance/ dpa/T. Borchert
Finnlandia: denda menanti
Data dari Angkatan Bersenjata Finnlandia menyebutkan 80% pria di negara itu saat sampai usia 30 tahun telah menyelesaikan program wamil. Jika warga menolak baik wajib militer atau layanan sosial, maka ia akan dikenai sanksi berupa ditahan selama 173 hari, dikurangi masa pelayanan. Masa pelatihan militer beragam mulai dari 165, 255 atau 347 hari.
Foto: picture-alliance/dpa/V. Moilanen
Rusia: demi pengembangan mental
Negara yang dipimpin Vladimir Putin ini mengharuskan semua warga negara di umur 18 sampai 27 tahun untuk mengikuti wajib militer tanpa kecuali. Mulanya, jangka waktu dalam pengembangan mental dan karakter pemuda asal Rusia ini adalah 18 bulan, namun sejak 2008 dipangkas menjadi 12 bulan.
Foto: picture-alliance/dpa/G. Zimarev
Mesir: dilarang ke luar negeri
Di Mesir warga negara berusia 18 sampai 30 tahun wajib mengikuti pelatihan militer, dengan kurun waktu 12 hingga 30 bulan. Untuk menghindari pelanggaran, pemerintah Mesir tidak mengizinkan warganya yang berumur kurang dari 25 tahun bepergian ke luar negeri tanpa persetujuan Kementerian Pertahanan dan Keamanan.
Foto: picture-alliance/Photoshot/M. Tao
Uni Emirat Arab: ijazah penentu durasi wamil
Pria berusia 17 tahun diizinkan mendaftar untuk wajib militer secara sukarela karena program ini baru wajib setelah 18 tahun. Jika mengikuti wamil hingga usia 30 tahun, maka masa pengabdian adalah sembilan bulan. Namun, bagi mereka yang tidak memiliki ijazah SMA, peserta harus mengabdi selama dua tahun. Sementara itu, wajib militer bagi perempuan bersifat sukarela.
Foto: Getty Images/AFP/K. Sahib
Singapur : daftar dini
National Service di Singapura wajib bagi seluruh pria. Mereka harus mendaftar ketika berusia 16,5 tahun, namun baru akan mengikuti wamil saat berusia 18 tahun. Program national service ini memiliki jangka waktu 22 hingga 24 bulan di seluruh matra tentara atau kepolisian.
Foto: picture-alliance/robertharding
Thailand: ikut wamil lewat undian
Negeri Seribu Pagoda ini mewajibkan warga berumur 21 hingga 27 tahun ikut pelatihan militer, termasuk transgender. Data Univesitas Hong Kong, 1 dari 165 pria di Thailand menjadi transgender. Mereka bisa bebas wamil, karena ada dua yang diterapkan yakni sukarela dan Draft Day. Peserta wajib militer dapat ambil satu kartu, jika kartu hitam artinya bebas, jika kartu merah harus mengabdi dua tahun.
Foto: Reuters/A. Perawongmetha
Korea Selatan: boyband tak bisa lolos
Pria berusia 19 tahun hingga 35 tahun akan mendapat surat panggilan untuk masuk militer di Korea Selatan. Semua tanpa terkecuali! Termasuk anggota boyband dan aktor-aktor Korea. Mereka boleh menunda wamil yang berdurasi sekitar 21 bulan itu, dengan alasan belajar, atau ada anggota yang masih wamil. Namun, bila menolak, jeruji besi sudah siap menunggu.
Foto: picture alliance/ZUMAPRESS
Korea Utara : wajib militer terlama
Baik laki-laki maupun perempuan harus mengikuti wajib militer di negara yang dipimpin Kom Jong Un ini. Bahkan laki-laki harus mengikuti wajib militer hingga 10 tahun, sementara perempuan harus menjalani program ini selama tujuh tahun. Korea Utara adalah negara dengan wajib militer terlama di dunia.
Foto: picture-alliance/Newscom
Turki: program askerlik
Wajib militer di Turki dikenal dengan sebutan 'askerlik'. Semua warga yang memiliki KTP Turki, maupun diaspora yang memegang paspor Turki, wajib mengikuti program wamil. Sejak 2018, parlemen Turki beri kelonggaran, wamil bisa diselesaikan dalam waktu 21 hari, alih-alih 12 bulan bila mereka lulusan universitas dan membayar sejumlah uang kepada pemerintah sebagai gantinya.
Foto: picture-alliance/AA/A. Izgi
Israel: peraturan wamil yang unik
Tak seperti negara lainnya yang menerapkan wamil, perempuan di Israel diizinkan menduduki semua posisi termasuk untuk bertempur. Selain itu, umur seseorang saat pertama kali ikut dinas militer, menentukan durasi pelatihan. Jika peserta berusia 18 tahun, maka wajib ikuti wamil hingga 32 bulan, namun bila berusia 28 tahun maka bisa dibebastugaskan. Ed:ts/hp (dari berbagai sumber)
Foto: picture-alliance/Zuma/N. Alon
13 foto1 | 13
Tahapan program dinas militer
Proyek ini pertama kali diumumkan setelah pandemi virus corona merebak, dan bertujuan memberikan pelatihan khusus yang menggabungkan aspek "pertempuran dan bantuan."
Para relawan akan memulai dinas mereka dengan pelatihan dasar militer selama tiga bulan di 13 lokasi di seluruh Jerman. Setelah itu, mereka akan mengikuti pelatihan spesialis untuk mempelajari cara melindungi gedung hingga jembatan.
Setelah tujuh bulan pelatihan, para relawan nantinya akan berkomitmen untuk melayani masyarakat selama lima bulan dalam periode waktu enam tahun ke depan. Keahlian mereka nantinya dapat dimanfaatkan ketika bencana alam melanda atau pandemi lainnya merebak.
Kritik terhadap program baru
Badan amal mengecam rencana penggunaan sukarelawan oleh militer. Sementara itu, beberapa pihak lain juga menyoroti masalah terkait peluang diberikannya senapan kepada orang-orang berusia 17 tahun itu.
Tidak hanya itu, nama dalam bahasa Jerman dari program tersebut juga mencakup istilah dengan konotasi sayap kanan ("Heimatschutz" atau "keamanan dalam negeri"), yang tidak nyaman bagi banyak orang.
Di momen yang sama, Kramp-Karrenbauer juga mengumumkan pembubaran salah satu dari empat kompi pasukan elit (KSK) Jerman setelah tentaranya terbukti menutupi kegiatan sayap kanan.
Sementara itu, seorang jenderal dari militer Jerman, Letnan Jenderal Markus Laubenthal mengatakan bahwa pemilihan sukarelawan ini nantinya akan disaring sedemikian rupa untuk mencegah ekstremis sayap kanan bergabung dengan program tersebut, meskipun dia tidak memberikan detail bagaimana tes semacam itu akan dilakukan pada anak berusia 16 tahun.