Jerman Menjadi Sasaran Serangan Informasi Palsu Dari Rusia
9 Maret 2021
Laporan Uni Eropa mencatat kampanye desinformasi secara sistematis oleh Rusia di Jerman. Sejak 2015, UE mencatat lonjakan tren informasi palsu di Jerman lebih tinggi ketimbang di Prancis, Italia atau Spanyol.
Iklan
"Tidak ada negara Uni Eropa lain yang sedemikian gencar diserang informasi palsu seperti Jerman,” demikian kesimpulan penyelidikan yang dilakukan satuan tugas kantor urusan luar negeri Uni Eropa.
Laporan UE itu menyebut Jerman sebagai "sasaran utama kampanye desinformasi Rusia” yang dilancarkan di tatanan politik, dan melalui media-media pro-Kremlin.
Kampanye ini diniatkan "untuk menciptakan keraguan dan perpecahan, serta menciptakan ruang gerak bagi pejabat Rusia,” tulis Uni Eropa. Laporan itu juga menuduh politisi Jerman menghindari dialog langsung dengan Rusia.
"Kremlin menciptakan gambaran tentang Jerman, di mana kebijaksanaan tenggelam dalam gelombang russofobia irrasional.” Sebagai bukti, UE melampirkan kampanye media-media Rusia.
Dalam pemberitaan media pemerintah, lembaga Jerman misalnya dikabarkan memberikan "instruksi” kepada isteri Alexey Navalny, Julia Navalnaya, saat berkunjung ke Jerman, atau mengangkat dokumen palsu yang membuktikan bahwa Julia Navalnaya merupakan warga negara Jerman.
Dalang atau kaki tangan
Dalam narasinya, Rusia menempatkan Jerman sebagai dalang tekanan internasional terhadap Rusia, atau sebaliknya cuma sebagai kaki tangan.
Satuan tugas yang dibentuk Uni Eropa mengaku sudah mencatat setidaknya 700 kasus desinformasi dari Rusia di Jerman sejak akhir 2015. Sementara di Prancis jumlahnya hanya berkisar 300 kasus. Adapun Italia dan Spanyol masing-masing mencatatkan 170 dan 30 kasus desinformasi.
Dinas luar negeri UE menganalisa laporan-laporan media dan pernyataan publik melalui situs internetnya, "EU vs. Disinfo.”
Laporan Uni Eropa menyimpulkan langgam Rusia yang "bermuka dua” Laporan-laporan palsu itu tercatat ramai diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman oleh media-media pro-Kremlin. Tapi pada saat yang sama, pemerintah di Moskow menunjukkan sikap kesediaan untuk berdialog, ketika melancarkan serangan informasi terhadap Uni Eropa.
Perpecahan atau keraguan yang tercipta diharapkan bisa memperluas ruang gerak pejabat Rusia dalam menghadapi Uni Eropa.
rzn/hp (dpa)
Parade Militer Hari Kemenangan di Rusia
Militer Rusia memamerkan teknologi terbaru dalam parade tahunan buat memperingati kemenangan Uni Soviet atas Nazi di Perang Dunia II. Presiden Putin mewanti-wanti bahwa Rusia tidak boleh biarkan sejarah ditulis ulang
Foto: Reuters/M. Shemetov
Perayaan di Lapangan Merah
Setiap tahun tanggal 9 Mei, Rusia merayakan kemenangan Uni Soviet atas Nazi Jerman. Pada tengah malam hari itu di tahun 1945, dokumen kapitulasi Jerman ditandatangani. Pasukan Sekutu lainnya, seperti Perancis dan Inggris, merayakan Hari Kemenangan satu hari sebelumnya pada tanggal 8 Mei. Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu, memimpin pawai yang melintasi Lapangan Merah Moskow.
Foto: Reuters/S. Karpukhin
Belasan ribu tentara
Parade Hari Kemenangan 2018 juga menandai 100 tahun berdirinya Tentara Merah Uni Soviet tahun 1918 lalu. Pertunjukan itu mengikutsertakan sekitar 13.000 tentara, serta sejumlah veteran militer, berbaris bersama dalam koreografi yang sempurna. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu turut menyaksikan parade; dia berada di Moskow hari itu untuk bertemu dengan Presiden Vladimir Putin.
Foto: Reuters/M. Shemetov
Hari libur sakral
Putin berbicara kepada peserta parade, seperti anggota kelompok militer pemuda (foto) dan warga Rusia yang menyaksikan perayaan di Lapangan Merah. "Ini adalah hari libur yang selalu akan menjadi sakral bagi setiap keluarga," kata presiden. Dia juga memperingatkan untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama yang menyebabkan PD II: "Egoisme, intoleransi, nasionalisme agresif dan merasa unik."
Foto: Reuters/S. Karpukhin
Kehebatan Rusia tidak akan terlupakan
Rusia secara konsisten mengatakan, bahwa sekutu barat di Perang Dunia II mengecilkan peran Uni Soviet dalam mengalahkan Nazi Jerman. "Orang mencoba untuk menghapus prestasi rakyat kita dalam menyelamatkan Eropa dari perbudakan, dari kepunahan, dari kengerian Holocaust" kata Putin. Presiden telah menyatakan dirinya secara politis sebagai pembela Eropa tradisional.
Foto: picture-alliance/dpa/Tass/M. Metzel
Sniper siap beraksi
Kekuatan militer tidak hanya tampak di lapangan. Penembak jitu juga bertugas saat parade berlangsung. Lapangan Merah terletak di jantung kota Moskow dan merupakan lokasi Kremlin, kediaman resmi kepresidenan.
Foto: Reuters/S. Karpukhin
Pameran kekuatan militer Rusia
Sekitar 159 perangkat keras militer ditampilkan, termasuk jet interseptor supersonik MiG-31 yang dipersenjatai dengan rudal. Sebagian besar peralatan terbaru telah diuji dalam konflik di Suriah, ujar kementerian pertahanan. Peralatan baru yang dipamerkan termasuk drone, robot pembersih ranjau, dan tank tanpa awak. Penulis: Christina Burack (vlz/as)