Jerman Mulai Terapkan Kontrol Perbatasan yang Lebih Ketat
17 September 2024
Untuk sementara waktu, Jerman memberlakukan kembali pengawasan di perbatasan barat dan utara sebagai bagian dari upaya memerangi migrasi ilegal dan kejahatan lintas batas.
Iklan
Pengawasan lebih ketat di perbatasan Jerman-Denmark ini mengharuskan ribuan pekerja lintas batas diperiksa dua kali sehari.
Bagi para pelintas, mereka sudah tidak asing dengan pemeriksaan saat melakukan perjalanan ke Denmark, di mana pengawasan di perbatasan ini sudah ada selama bertahun-tahun.
Namun, langkah terbaru yang diambil Berlin ini mengundang kecaman dari beberapa kelompok minoritas Denmark di negara bagian Schleswig Holstein, Jerman.
Polisi targetkan kendaraan besar
Melaporkan dari perbatasan Jerman dengan Austria di Neuhaus am Inn, di mana pengawasan sudah diberlakukan selama bertahun-tahun, reporter DW Giulia Saudelli mengatakan bahwa polisi tidak menghentikan semua mobil yang masuk ke Jerman.
Iklan
Dengan banyaknya komuter yang melewati perbatasan setiap hari, polisi kini harus menggunakan strategi yang lebih terarah.
"Yang mereka (polisi) cari adalah orang-orang yang mencoba masuk ke Jerman secara ilegal, misalnya mereka terkadang menghentikan orang-orang yang dilarang masuk ke Jerman, tetapi juga orang-orang yang ingin masuk ke Jerman, tetapi tidak memiliki dokumen yang tepat, misalnya mereka yang tidak memiliki visa, mereka dihentikan di sini dan harus kembali ke Austria,” ungkap Saudelli.
"Polisi juga cenderung menghentikan mobil van yang lebih besar atau kendaraan yang terlihat berpotensi menyelundupkan manusia, yang mencoba untuk membawa orang-orang dari Austria masuk ke Jerman.”
Kami Berasal dari Sini: Kehidupan Keturunan Turki-Jerman dalam Gambar
Untuk merayakan ulang tahun ke-60 kesepakatan penerimaan pekerja migran asal Turki di Jerman, museum Ruhr memamerkan foto-foto karya fotografer asal Istanbul, Ergun Cagatay.
Fotografer Ergun Cagatay dari Istanbul, pada 1990 mengambil ribuan foto warga keturunan Turki yang berdomisili di Hamburg, Köln, Werl, Berlin dan Duisburg. Ini akan dipajang dalam pameran khusus “Kami berasal dari sini: Kehidupan keturunan Turki-Jerman tahun 1990” di museum Ruhr. Pada potret dirinya dia memakai pakaian pekerja tambang di Tambang Walsum, Duisburg.
Dua pekerja tambang bepose usai bertugas di tambang Walsum, Duisburg. Dipicu kemajuan ekonomi di tahun 50-an, Jerman menghadapi kekurangan pekerja terlatih, terutama di bidang pertanian dan pertambangan. Menindak lanjuti kesepakatan penerimaan pekerja migran antara Bonn dan Ankara pada 1961, lebih dari 1 juta “pekerja tamu” dari Turki datang ke Jerman hingga penerimaan dihentikan pada 1973.
Ini foto pekerja perempuan di bagian produksi pelapis interior di pabrik mobil Ford di Köln-Niehl. “Pekerja telah dipanggil, dan mereka berdatangan,” komentar penulis Swiss, Max Frisch, kala itu. Sekarang, komunitas Turki, dimana kini sejumlah keluarga imigran memasuki generasi ke-4, membentuk etnis minoritas terbesar di Jerman dengan total populasi sekitar 2.5 juta orang.
Foto menunjukan keragaman dalam keseharian orang Turki-Jerman. Terlihat di sini adalah kedelapan anggota keluarga Hasan Hüseyin Gül di Hamburg. Pameran foto di museum Ruhr ini merupakan liputan paling komprehensif mengenai imigran Turki dari generasi pertama dan kedua “pekerja tamu.”
Saat ini, bahan makanan seperti zaitun dan keju domba dapat ditemukan dengan mudah di Jerman. Sebelumnya, “pekerja tamu” memenuhi mobil mereka dengan bahan pangan itu saat mereka balik mudik. Perlahan-lahan, mereka membangun pondasi kuliner Turki di Jerman, untuk kenikmatan pecinta kuliner. Di sini berpose Mevsim, pemilik toko buah dan sayur di Weidengasse, Köln-Eigelstein.
Anak-anak bermain balon di Sudermanplatz, kawasan Agnes, Köln. Di tembok yang menjadi latar belakang terlihat gambar pohon yang disandingkan dengan puisi dari Nazim Hikmet, penyair Turki: “Hidup! Seperti pohon yang sendiri dan bebas. Seperti hutan persaudaraan. Kerinduan ini adalah milik kita.” Hikmet sendiri hidup dalam pengasingan di Rusia, hingga dia meninggal pada 1963.
Di sekolah baca Al-Quran masjid Fath di Werl, anak-anak belajar huruf-huruf Arab agar dapat membaca Al-Quran. Itu adalah masjid dengan menara pertama yang dibuka di Jerman pada tahun 90-an. Sejak itu warga Turki di Jerman tidak perlu lagi pergi ke halaman belakang untuk shalat atau beribadah.
Cagatay, sang fotografer berbaur dengan para tamu di sebuah pesta pernikahan di Oranienplatz, Berlin-Kreuzberg. Di gedung perhelatan Burcu, para tamu menyematkan uang kepada pengantin baru, biasanya disertai dengan harapan “semoga menua dengan satu bantal.” Pengantin baru menurut tradisi Turki akan berbagi satu bantal panjang di atas ranjang pengantin.
Tradisi juga tetap dijaga di tanah air baru ini. Di pesta khitanan di Berlin Kreuzberg ini, “Masyaallah” tertulis di selempang anak sunat. Itu artinya “terpujilah” atau “yang dikehendaki tuhan.” Pameran antara lain disponsori Kementerian Luar Negeri Jerman. Selain di Essen, Hamburg dan Berlin, pameran juga akan digelar di Izmir, Istanbul, dan Ankara bekerjasama dengan Goethe Institute. (mn/as)
Pakar: Pengawasan ketat ini menandakan 'Jerman tidak terbuka lagi'
Dengan langkah Jerman yang mulai memberlakukan kembali pengawasan yang lebih ketat di perbatasannya, Raphael Bossong, pakar kebijakan migrasi Eropa di Institut Jerman untuk Urusan Internasional dan Keamanan, mengatakan kepada DW bahwa keberhasilan langkah ini masih diperdebatkan.
"Saya kira secara operasional masih bisa diperdebatkan apakah kontrol selektif semacam ini... benar-benar akan membuat perbedaan besar dalam hal mengurangi jumlah atau menangkap para penjahat yang bahkan berpotensi menjadi teroris,” kata Bossong.
Menurut Bossong, pesan yang ingin disampaikan melalui pengawasan ketat di perbatasan ini adalah bahwa "Jerman sudah tidak terbuka lagi.”
Namun, langkah-langkah ini justru tidak mengurangi tekanan pada pemerintah Jerman, kata Bossong.
"Secara politik, tekanan tetap masih ada... dan pada pemilihan negara bagian di Brandenburg, pihak oposisi masih mengejar tuntutannya untuk memiliki kebijakan yang lebih radikal tentang pengembalian perbatasan,” jelasnya.