1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jerman: Partai AfD Dilabeli Sebagai Ekstremis Kanan

2 Mei 2025

Otoritas Jerman mengutip retorika "xenofobia, antiminoritas, islamofobia" sebagai salah satu alasan mencap Partai AfD sebagai ekstremis. Label ini memberi otoritas lebih banyak kekuatan untuk mengawasi partai tersebut.

Logo AfD
Foto: /Frank Hoermann/SVEN SIMON/IMAGO

Badan Perlindungan Konstitusi Federal (Bundesamt für Verfassungsschutz) yang disingkat BfV, telah melabeli seluruh partai sayap kanan Alternatif untuk Jerman (AfD) sebagai entitas ekstremis.

BfV, yang bertugas menjaga tatanan konstitusional Jerman, mengatakan pengumuman hari Jumat (02/05) itu muncul setelah mereka melakukan pemeriksaan yang "intensif dan menyeluruh".

Penetapan itu memberi otoritas kekuasaan yang lebih besar untuk memantau partai, dengan tindakan seperti menyadap panggilan telepon dan menggunakan agen rahasia.

Mengapa AfD digolongkan sebagai ekstremis?

BfV mengatakan dalam keputusannya bahwa pandangan yang dominan dalam partai tersebut yang menganggap bahwa identitas seseorang harus berdasarkan etnisitas dan asal-usul tidak sejalan dengan tatanan demokrasi yang bebas.

Artinya, pandangan seperti itu dianggap bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar demokrasi yang menghargai kesetaraan dan kebebasan tanpa membedakan suku, ras, atau asal-usul.

Dikutip, "Pernyataan xenofobia, antiminoritas, islamofobia, dan antimuslim yang dibuat oleh pejabat

Partai tersebut "bertujuan untuk mengecualikan kelompok populasi tertentu dari partisipasi yang setara dalam masyarakat, menjadikan mereka sasaran perlakuan yang melanggar konstitusi, dan dengan demikian memberi mereka status yang secara hukum lebih rendah," tandas badan tersebut.

BfV telah menetapkan AfD di negara bagian Thüringen dan Sachsen-Anhalt sebagai kelompok yang terbukti ekstremis.

AfD sering menimbulkan kontroversi dalam beberapa tahun terakhir. Beberapa pejabat tinggi mereka meremehkan kelamnya era Nazi di Jerman sebagai "kotoran burung" dalam sejarah panjang negara tersebut, atau mengatakan bahwa Adolf Hitler "terpaksa" menyerang Polandia.

Tahun lalu, beberapa anggota AfD disebut dalam laporan tentang rencana pendeportasian massal jutaan warga.

Menjelang pemilu parlementer di bulan Februari tahun ini, miliarder asal AS, Elon Musk, mendukung partai ini dan mengatakan bahwa AfD adalah satu-satunya partai yang "bisa menyelamatkan Jerman."

Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Menteri Dalam Negeri mengatakan 'tidak ada pengaruh politik' di balik langkah tersebut

Dalam pernyataan terpisah, Menteri Dalam Negeri Jerman Nancy Faeser yang akan segera lengser menekankan bahwa "tidak ada pengaruh politik apa pun" dalam temuan lembaga BfV, yang didasarkan pada laporan setebal 1.100 halaman itu.

Ia mengatakan partai tersebut menjalankan kampanye melawan tatanan demokrasi.

"AfD mewakili konsep etnis yang mendiskriminasi seluruh kelompok populasi dan memperlakukan warga negara berlatar belakang migran sebagai warga Jerman kelas dua," kata Faeser.

"Sikap etnis mereka tercermin dalam pernyataan rasis, terutama terhadap imigran dan muslim," tambahnya.

Apakah TikTok Mendorong Kaum Muda untuk Memilih AfD?

01:04

This browser does not support the video element.

Seberapa populer AfD di Jerman?

Partai tersebut memperoleh 20,8% suara pada pemilihan pada Pebruari lalu, berada di urutan kedua di belakang  aliansi Partai Kristen Demokrat (CDU)/Partai Kristen Sosialis (CSU) di bawah pimpinan Kanselir Friedrich Merz yang memperoleh 28,6% suara.

Namun, jajak pendapat terkini menunjukkan bahwa dukungan suara terhadap AfD jumlahnya sudah melampaui dukungan kepada kaum konservatif Jerman.

Sebuah jajak pendapat yang diterbitkan oleh Forsa minggu lalu bahkan menempatkan AfD pada perolehan dukungan sebesar  26%, mengungguli CDU/CSU yang meraup dukungan sebesar 24%.

Bagaimana reaksi AfD terhadap label 'ekstremis'?

Pimpinan AfD Alice Weidel dan Tino Chrupalla merilis sebuah pernyataan yang mengecam keputusan tersebut, dengan menggambarkannya sebagai "pukulan berat" bagi demokrasi.

"AfD sebagai partai oposisi sekarang didiskreditkan dan dikriminalisasi di depan umum," kata mereka.

Weidel dan Chrupalla bersumpah untuk mengajukan gugatan hukum terhadap pelabelan tersebut, yang menurut mereka "jelas bermotif politik."

Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Inggris

Diadaptasi oleh Ayu Purwaningsih

Editor: Yuniman Farid

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait

Topik terkait

Tampilkan liputan lainnya