Jerman Percepat Proses Suaka dan Deportasi Pengungsi
6 November 2015
Pemerintah koalisi Jerman sepakati percepat prosedur permohonan suaka bagi pengungsi. Dalam waktu bersamaan, proses deportasi cepat akan diterapkan. Langkah ini bertujuan cegah arus pengungsi.
Iklan
Kanselir Angela Merkel yang kini mengambil alih kendali dalam penanggulangan krisis pengungsi di Eropa mengumumkan, Jerman akan mempercepat prosedur permohonan suaka. Permohonan para pengungsi untuk mendapat suaka di Jerman harus diproses tuntas dalam waktu seminggu. “Asesment berikutnya harus selesai dalam tempo 2 minggu, jika pengungsi mengajukan banding,“ ujar Merkel setelah sidang darurat koalisi membahas krisis pengungsi.
Semua pengungsi yang ditolak permohonan suakanya akan dideportasi dalam waktu selambatnya tiga minggu. Pemerintah Jerman disebutkan akan membangun tiga sampai lima pusat registrasi pengungsi untuk memproses permohonan suaka.
Dengan kebijakan ini, pemerintah koalisi Jerman hendak mengambil kompromi, terkait krisis pengungsi yang menyeret politik Jerman ke dalam sengketa. Tekanan terhadap Merkel di dalam negeri dalam krisis pengungsi terus meningkat, bukan hanya dari kelompok oposisi tapi juga dari partai koalisi. Merkel menegaskan„ "ini merupakan langkah maju ke depan yang bagus dan perlu dilakukan.“
Paket kebijakan pengungsi itu dikritik oleh partai oposisi sebagai tidak realistis dan sulit diterapkan. "Di negara lain proses permohonan suaka berlangsung hingga setahun. Bagaimana Jerman bisa memprosesnya dalam beberapa minggu,“ ujar Robert Habeck dari Partai Hijau. Sementara tokoh partai kiri, Bernd Riexinger, mengritik, kebijakan baru itu justru akan menimbulkan masalah baru yang lebih parah.
Paket kebijakan baru itu juga akan dibarengi penerbitan kartu tanda pengenal untuk semua pemohon suaka. Tanpa kartu pengenal ini, mereka tidak akan memperoleh tunjangan sosial dari pemerintah Jerman. Politik Merkel yang lebih tegas untuk menangani krisis pengungsi ini didukung pimpinan mitra koalisi Sigmar Gabriel dari Partai Sosial Demokrat SPD dan Horst Seehofer dari Partai Kristen Sosial-CSU. Dengan konsensus ini, politik “refugees welcome“ serta penolakan menutup perbatasan yang diterapkan Merkel kembali mendapat dukungan.
Uni Eropa nyaris tak berperan
Jerman semula menyatakan, Uni Eropa dapat menangani krisis secara lebih baik. Namun realitanya Uni Eropa terkesan angkat tangan dalam tema ini. Jerman mengumumkan bisa menampung hingga 800.000 pengungsi pada tahun 2015 ini. Tapi laporan dari kementrian dalam negeri menyebutkan, hingga akhir Oktober silam, Jerman telah menampung lebih dari 785.000 pengungsi.
Hingga akhir tahun ini diprediksi kedatangan lebih dari satu juta pengungsi ke Jerman. Kebanyakan pengungsi berasal dari Suriah, Afghanistan dan Irak yang negaranya dicabik perang. Namun juga tercatat “pengungsi ekonomi“ dari Albania dan Kosovo yang berada di Eropa dan tergolong aman. Pengungsi dari Eropa inilah yang akan disasar dalam program deportasi cepat.
Uni Eropa dalam prakiraan arus pengungsi melaporkan, hingga akhir tahun 2017 hingga tiga juta pengungsi akan meliruk ke Eropa. Sejauh ini hanya Jerman dan Austria yang mampu menangani arus pengungsi secara proporsional. Sementara 26 negara anggota Uni Eropa lainnya mengeluh tidak punya dana dan sarana.
Meraup Keuntungan Ekonomi dari Arus Pengungsi
Para pedagang atau sektor informal di Serbia raih keuntungan dadakan dari arus pengungsi yang mengalir ribuan orang setiap hari. Kesengsaraan bagi pengungsi adalah keuntungan bagi pedagang atau penjual jasa di Balkan.
Foto: DW/D. Cupolo
Calo Tiket Bus
Sektor transportasi jadi bisnis yang tumbuh amat cepat di Balkan. Liridon Bizazli, warga Albania menawarkan jasa angkutan bus pada pengungsi di kamp Presevo. Sekali jalan ke Kroasia tarifnya 35 Euro. Bizazli mengatakan, profesinya dulu sebagai pelayan bar hanya digaji 8 Euro per hari. Kini dengan jadi calo penjual tiket bus ia meraup pendapatan 50-70 Euro per hari.
Foto: DW/D. Cupolo
Boleh Naik Bus Gratis
Tapi Bizazli juga bisa fleksibel dan murah hati. Keluarga yang membawa anak, kadang ia gratiskan menumpang bus. Alasannya, Bizazli sejatinya juga pengungsi dari Kosovo. Perjalanan dengan bus seharusnya gratis, ujar dia. Uni Eropa membayar Serbia untuk membantu pengungsi, tapi pemerintah tidak bertindak dan diduga uangnya mengalir ke jalur gelap.
Foto: DW/D. Cupolo
Main Getok Harga
Setiap hari antara 8.000 hingga 10.000 pengungsi datang ke Presevo. Permintaan tinggi membuat toko-toko buka nonstop melayani pengungsi. Terutama toko bahan makanan dan warung makan selalu penuh. Dampaknya sejumlah toko menaikkan harga dua hingga tiga kali lipat, untuk meraup lebih banyak untung dari rezeki dadakan itu.
Foto: DW/D. Cupolo
Jualan SIM Card Hingga Gerobak
Yang mula-mula dicari pengungsi setibanya di Eropa bukan makanan, melainkan SIM Card untuk ponsel agar bisa mengontak keluarga di Suriah. Akibatnya toko penjual prepaid card tumbuh bagai jamur di musim hujan. Bukan hanya itu, gerobak dorong inipun diburu pengungsi. Antara lain untuk mengangkut anak-anak atau kaum wanita yang sakit, seperti perempuan etnis Kurdi dari Suriah ini.
Foto: DW/D. Cupolo
Penjaja Sepatu Laris
Dengan tibanya musim dingin, banyak pengungsi yang semula berjalan kaki telanjang , terpaksa harus membeli sepatu. Jika terus "nyeker" saat musim hujan pada suhu dingin efeknya adalah penyakit infeksi pada kaki dan juga penyakit lebih berat lain. Warga yang jeli berubah profesi jadi penjaja sepatu dan kaus kaki, yang terbukti amat laris.
Foto: DW/D. Cupolo
Jual Beli Dokumen
Semua pengungsi harus meregistrasi diri di negara jalur transit Balkan. Jumlah petugas terbatas menyebabkan antrian panjang ribuan pengungsi yang memerlukan dokumen resmi. Kesengsaraan ini jadi peluang bisnis bagi supir bus yang nakal. Ia mengumpulkan dokumen milik penumpang yang berangkat ke Kroasia. Kembali ke Presevo ia bisa menjual dokumen "aspal" itu kepada pengungsi yang malas antri.
Foto: DW/D. Cupolo
Informasi Penting
Makin banyak sopir bus atau taksi yang berniat buruk, dengan menarik ongkos bagi perjalanan ke Kroasia tapi menurunkan pengungsi di kota terpencil di Serbia. Untuk melindungi para pengungsi dari kejahatan semacam ini, di kamp penampungan ditempel berbagai informasi berharga yang diterjemahkan dalam dalam beberapa bahasa.
Foto: DW/D. Cupolo
Perampokan di Jalan Tol
Bahkan ada sopir bus atau taksi yang terang-terangan mengancam petugas yang mendampingi pengungsi agar terhindar dari kejahatan semacam itu. Alexander Travelle, seorang relawan dari Presevo, melaporkan sebuah keluarga terdiri dari enam orang dirampok oleh sopir taksinya dengan todongan pistol di jalan tol, setelah diperintahkan membayar 80 Euro per kepala untuk perjalanan ke Kroasia.
Foto: DW/D. Cupolo
Semua Harus Bayar Suap
Agar diizinkan menjual tiket bus di kamp pengungsi Presevo, polisi penjaga kamp harus disogok 100 Euro per minggu. Juga sopir bus dan sopir taksi harus membayar "uang keamanan" kepada petugas polisi di kawasan ini. Namun para relawan mengatakan, tidak semua polisi terima sogokan, walaupun sulit membuktikan masih ada aparat yang bersih.
Foto: DW/D. Cupolo
Tarif Hotel Naik Drastis
Suhu makin dingin dan makin banyak pengungsi terpaksa menginap di hotel. Dengan seenaknya pemilik menaikkan tarif dan mengusir pengungsi yang tak mampu membayar sewa kamar. Jalan keluarnya: beberapa orang pengungsi urunan untuk menyewa satu kamar hotel secara berdesak-desakan.