1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiJerman

Jerman Perlu Strategi Baru Sebagai Negara Pengekspor Utama

9 Agustus 2022

Sebagai negara pengekspor, Jerman terpukul dengan hambatan perdagangan ekonomi global selama pandemi, dan sekarang perang di Ukraina. Ketergantungan dari satu negara atau kawasan bisa berakibat fatal.

Salah satu pabrik kimia perusahaan BASF di Ludwigshafen
Salah satu pabrik kimia perusahaan BASF di LudwigshafenFoto: Xaver Lockau/BASF

Ekspor Jerman bulan Juni lalu mencatat rekor baru. Namun, para ekonom mengingatkan, kenaikan nilai ekspor dalam statistik itu terutama disebabkan oleh melonjaknya harga dan inflasi, bukan karena ekspor Jerman sudah kembali sehat.

Jerman adalah negara eksportir terbesar ketiga di dunia, di belakang Cina dan Amerika Serikat. Putusnya rantai pasokan selama pandemi, terutama dari Cina, membuat perekonomian sempat terhuyung-huyung. Sejak itu banyak orang cemas, perekonomian yang terlalu bergantung pada pasar ekspor saja akan sangat rentan terhadap krisis global.

Selain pandemi, invasi Rusia ke Ukraina dan ketegangan baru yang kini muncul antara Barat dengan Cina menjadi tantangan berat, bahkan bisa menjadi ancaman kemakmuran di Jerman. Risiko perang dagang makin nyata, setelah AS dan Cina bersitegang karena kunjungan ketua parlemen AS Nancy Pelosi ke Taiwan.

Pelabuhan peti kemas di HamburgFoto: H. Blossey/picture-alliance

Orientasi ekspor makin riskan

"Saya pikir, secara global tidak ada ekonomi yang lebih terbuka terhadap perubahan globalisasi selain Jerman," kata Andreas Nölke, profesor ilmu politik di Universitas Goethe Frankfurt kepada DW. Dia penulis buku "Eksporisme: Candu Jerman", yang menggambarkan orientasi Jerman yang sangat kuat pada pasar ekspor, sehingga menjadi sangat rentan terhadap gangguan dalam konteks globalisasi.

"Jerman adalah salah satu negara yang paling diuntungkan dari periode globalisasi yang kita lihat sejak 1990," kata Andreas Nölke. "Tapi sekarang Anda bisa melihat data seputar globalisasi, perlahan tapi pasti semuanya menurun. Saya pikir Jerman akan punya masalah."

Data perdagangan Jerman untuk bulan Mei untuk pertama kalinya mencatat perdagangan dalam lebih dari 30 tahun terakhir. Artinya, bulan Mei lalu Jerman telah mengimpor lebih banyak daripada yang diekspor. Carsten Brzeski, ekonom di ING Bank dan analis senior perekonomian Jerman, menilai model perekonomian Jerman perlu koreksi.

"Perang di Ukraina mengakhiri model bisnis ekonomi Jerman seperti yang kita ketahui - model yang terutama didasarkan pada impor energi murah dan ekspor industri ke dunia yang semakin mengglobal," katanya.

Andreas Nölke berpendapat bahwa risiko model ekspor Jerman sebenarnya telah terlihat selama bertahun-tahun, sedangkan ancaman terbaru dan paling mendesak saat ini adalah krisis energi, terutama karena Rusia mengurangi pengiriman gas, dan bahkan ada kemungkinan menghentikannya. Jerman memang merupakan salah satu perekonomian utama dunia yang paling bergantung pada energi dari Rusia. Banyak industri pengekspor besar di Jerman yang sekarang cemas, bagaimana mereka dapat bertahan tanpa energi murah Rusia yang selama ini mereka andalkan.

Rusia hari ini, besok Cina

Commerzbank, salah satu pemberi pinjaman perusahaan terbesar di Jerman, mengatakan minggu lalu bahwa krisis gas bisa menyebabkan "resesi parah", membandingkan konsekuensinya dengan krisis keuangan global tahun 2008.

Sektor-sektor tertentu dalam industri Jerman memang sangat intensif energi. Sektor kimia adalah yang paling signifikan. Hampir 30% pangsa energi yang dimiliki pada tahun 2020 adalah untuk bahan baku yang digunakan secara langsung untuk memproduksi produk kimia tertentu.

Konsumsi energi oleh sektor industri di Jerman

Tetapi Jerman tidak hanya bergantung pada pasokan energi dari Rusia. Di sektor ekspor, bisnis Jerman sangat bergantung pada Cina, yang sekarang menjadi mitra dagang terbesar Jerman, situasi yang menurut para kritikus sangat riskan, mengingat hubungan yang memburuk antara Cina dan Barat.

"Jelas, saat ini sebagian besar industri Jerman ... sangat bergantung pada pasar di Cina. Dan jika ada konfrontasi besar, ada masalah besar di bagian Jerman ini," kata Andreas Nölke. Krisis energi hanyalah ancaman terbaru dari berbagai ancaman lain. Bagi barisan perusahaan pengekspor Jerman, beberapa tahun ke depan merupakan masa-masa berat.

(hp/pkp)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait