Jerman Permudah Akses Pencari Suaka ke Pasar Tenaga Kerja
2 November 2023
Sebuah undang-undang baru Jerman bakal memungkinkan para pencari suaka mendapatkan akses lebih cepat ke pasar kerja, namun juga mewajibkan hukuman yang lebih berat bagi penyelundup manusia.
Iklan
Kabinet Jerman pada hari Rabu (01/11) menyepakati undang-undang yang memungkinkan pencari suaka untuk bisa mulai mencari nafkah di Jerman lebih cepat. Namun di sisi lain, undang-undang ini bakal memperketat hukuman bagi para penyelundup manusia.
Menteri Dalam Negeri Jerman Nancy Faeser mengatakan, nantinya para pencari suaka diizinkan bekerja sesudah tiga atau enam bulan setelah kedatangan mereka. Sebelumnya, butuh waktu minimum sembilan bulan untuk bisa masuk ke bursa kerja. Namun undang-undang baru ini masih memerlukan persetujuan parlemen.
Wakil Kanselir Jerman Robert Habeck mengatakan, gagasan di balik undang-undang tersebut adalah untuk memastikan bahwa pencari suaka bisa "keluar dari sistem tunjangan sosial dan mendapatkan pekerjaan.”
Iklan
Tiada ampun bagi yang terlibat penyelundupan manusia
Pemerintah Jerman juga mengisyaratkan akan menindak lebih tegas penyelundup manusia. Faeser berucap, rencananya sebagian besar pelanggaran yang melibatkan penyelundupan manusia bakal dijerat dengan hukuman minimal satu tahun penjara. Sebelumnya hanya enam bulan penjara.
Undang-undang yang baru diperkirakan akan menjatuhkan hukuman antara 10 tahun hingga penjara seumur hidup untuk penyelundupan manusia yang mengakibatkan kematian.
"Dalam semua kasus pelanggaran penyelundupan, polisi berhak menyadap ponsel tersangka penyelundup", tambah mendagri Faeser.
Kami Berasal dari Sini: Kehidupan Keturunan Turki-Jerman dalam Gambar
Untuk merayakan ulang tahun ke-60 kesepakatan penerimaan pekerja migran asal Turki di Jerman, museum Ruhr memamerkan foto-foto karya fotografer asal Istanbul, Ergun Cagatay.
Fotografer Ergun Cagatay dari Istanbul, pada 1990 mengambil ribuan foto warga keturunan Turki yang berdomisili di Hamburg, Köln, Werl, Berlin dan Duisburg. Ini akan dipajang dalam pameran khusus “Kami berasal dari sini: Kehidupan keturunan Turki-Jerman tahun 1990” di museum Ruhr. Pada potret dirinya dia memakai pakaian pekerja tambang di Tambang Walsum, Duisburg.
Dua pekerja tambang bepose usai bertugas di tambang Walsum, Duisburg. Dipicu kemajuan ekonomi di tahun 50-an, Jerman menghadapi kekurangan pekerja terlatih, terutama di bidang pertanian dan pertambangan. Menindak lanjuti kesepakatan penerimaan pekerja migran antara Bonn dan Ankara pada 1961, lebih dari 1 juta “pekerja tamu” dari Turki datang ke Jerman hingga penerimaan dihentikan pada 1973.
Ini foto pekerja perempuan di bagian produksi pelapis interior di pabrik mobil Ford di Köln-Niehl. “Pekerja telah dipanggil, dan mereka berdatangan,” komentar penulis Swiss, Max Frisch, kala itu. Sekarang, komunitas Turki, dimana kini sejumlah keluarga imigran memasuki generasi ke-4, membentuk etnis minoritas terbesar di Jerman dengan total populasi sekitar 2.5 juta orang.
Foto menunjukan keragaman dalam keseharian orang Turki-Jerman. Terlihat di sini adalah kedelapan anggota keluarga Hasan Hüseyin Gül di Hamburg. Pameran foto di museum Ruhr ini merupakan liputan paling komprehensif mengenai imigran Turki dari generasi pertama dan kedua “pekerja tamu.”
Saat ini, bahan makanan seperti zaitun dan keju domba dapat ditemukan dengan mudah di Jerman. Sebelumnya, “pekerja tamu” memenuhi mobil mereka dengan bahan pangan itu saat mereka balik mudik. Perlahan-lahan, mereka membangun pondasi kuliner Turki di Jerman, untuk kenikmatan pecinta kuliner. Di sini berpose Mevsim, pemilik toko buah dan sayur di Weidengasse, Köln-Eigelstein.
Anak-anak bermain balon di Sudermanplatz, kawasan Agnes, Köln. Di tembok yang menjadi latar belakang terlihat gambar pohon yang disandingkan dengan puisi dari Nazim Hikmet, penyair Turki: “Hidup! Seperti pohon yang sendiri dan bebas. Seperti hutan persaudaraan. Kerinduan ini adalah milik kita.” Hikmet sendiri hidup dalam pengasingan di Rusia, hingga dia meninggal pada 1963.
Di sekolah baca Al-Quran masjid Fath di Werl, anak-anak belajar huruf-huruf Arab agar dapat membaca Al-Quran. Itu adalah masjid dengan menara pertama yang dibuka di Jerman pada tahun 90-an. Sejak itu warga Turki di Jerman tidak perlu lagi pergi ke halaman belakang untuk shalat atau beribadah.
Cagatay, sang fotografer berbaur dengan para tamu di sebuah pesta pernikahan di Oranienplatz, Berlin-Kreuzberg. Di gedung perhelatan Burcu, para tamu menyematkan uang kepada pengantin baru, biasanya disertai dengan harapan “semoga menua dengan satu bantal.” Pengantin baru menurut tradisi Turki akan berbagi satu bantal panjang di atas ranjang pengantin.
Tradisi juga tetap dijaga di tanah air baru ini. Di pesta khitanan di Berlin Kreuzberg ini, “Masyaallah” tertulis di selempang anak sunat. Itu artinya “terpujilah” atau “yang dikehendaki tuhan.” Pameran antara lain disponsori Kementerian Luar Negeri Jerman. Selain di Essen, Hamburg dan Berlin, pameran juga akan digelar di Izmir, Istanbul, dan Ankara bekerjasama dengan Goethe Institute. (mn/as)
Pemerintah berada di bawah tekanan terhadap migrasi
Proposal undang.undang baru ini muncul, di saat pemerintahan koalisi yang berkuasa berada di bawah tekanan besar untuk mengatur dan mengurangi arus migrasi, karena jumlah kedatangan pencari suaka terus meningkat.
Kabinet Jerman pekan lalu menyetujui undang-undang yang dirancang untuk memudahkan pihak berwenang melakukan deportasi terhadap individu yang permintaan suakanya ditolak.
Undang-undang tersebut dikritik tajam oleh kelompok hak asasi manusia dan sayap pemuda Partai Hijau karena dianggap "tidak manusiawi".
Kanselir Jerman Olaf Scholz dijadwalkan mengadakan pertemuan dengan perdana menteri dari 16 negara bagian Jerman pada hari Senin (06/11) depan, di mana isu migrasi diperkirakan menjadi agenda utama.
Partai oposisi konservatif Kristen Demokrat, CDU, menang dalam beberapa pemilu negara bagian bulan lalu karena topik migrasi masih menjadi perhatian utama para pemilih.
Patung Pelancong Tak Rampung Ungkap Nasib Imigran
03:57
Bagaimana peraturannya akan berubah?
Orang yang permohonan suakanya gagal tetapi karena berbagai alasan, misalnya sakit, tidak dapat dideportasi. Mereka dapat diberikan izin bekerja di masa depan, kata Faeser.
Mereka yang berasal dari negara yang dianggap sebagai "negara asal yang aman” dan tidak memiliki alasan untuk tinggal, atau menolak untuk mengungkapkan identitas mereka, tidak akan diizinkan untuk bekerja.
Ironisnya, ketika pemerintah Jerman berjuang mengatasi masalah tingginya arus kedatangan pencari suaka baru, pemerintah juga bergulat dengan masalah kekurangan tenaga kerja terampil.
Faeser mengatakan undang-undang yang disetujui oleh Kabinet Jerman pada hari Rabu kemarin itu penting agar masyarakat bisa mendapatkan pekerjaan lebih cepat.
"Hal ini terutama berkaitan dengan orang-orang yang sudah ada di sini, di mana kami pikir memasukkan mereka ke dunia kerja lebih awal karena alasan integrasi akan sangat membantu… dan tentu saja, hal ini akan membuat masyarakat setempat lebih menerima mereka, jika orang-orang yang datang ke sini juga bekerja,” pungkasmya.