1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikMali

Jerman Pertanyakan Misi Anti-Terorisme di Sahel

12 April 2022

Menlu Jerman Annalena Baerbock melawat ke Mali dan Niger demi menyelamatkan misi Uni Eropa. Intervensi militer melawan terorisme di kawasan Sahel, Afrika Barat, itu mengendur seiring menguatnya pengaruh Rusia di Mali.

Latihan tentara Mali oleh militer AS
Latihan tentara Mali oleh militer ASFoto: Ben Curtis/picture alliance/AP Photo

Sebelum lawatannya ke Mali, Senin (11/4) Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock sudah melontarkan keraguan terhadap kelanjutan misi militer Jerman di negara republik Afrika Barat itu. 

Menlu Jerman menyebutkan, junta militer di Bamako "sudah mempermainkan kepercayaan dunia internasional, terutama dengan memperlambat proses transisi demokrasi dan mempererat kerjasama pertahanan dengan Moskow," kata dia kepada para wartawan sebelum bertolak ke Afrika.

"Melanjutkan misi ini sebagaimana adanya menurut saya adalah sebuah kekeliruan,” imbuhnya.

Uni Eropa sudah menghentikan misi pelatihan militer terhadap angkatan bersenjata dan kepolisian Mali (EUTM). Hal ini disampaikan Utusan Khusus Luar Negeri UE, Josep Borell, dalam sebuah konferensi pers di Brussels, Belgia pada Senin (11/4).

Namun begitu Borell meyakinkan, "kawasan Sahel masih menjadi prioritas. "Kami tidak sedang menyerah, jauh dari itu,” tambahnya. "Kami bahkan ingin memperkuat komitmen Uni Eropa di kawasan ini.”

Borell mengeluhkan junta militer Mali tidak mau "memberikan jaminan tidak adanya interfensi oleh Wagner Group terhadap misi UE” . Menurut utusan khusus LN UE itu, kelompok tentara bayaran asal Rusia "bertanggungjawab atas sejumlah insiden serius yang menewaskan puluhan warga sipil di Mali.”

Kota-kota yang direbutkan kelompok teroris di kawasan Sahel, Mali

Pembantaian Moura

Hubungan antara Uni Eropa dan Mali memburuk, seiring penarikan mundur militer Prancis oleh Presiden Emmanuel Macron dari negara Afrika di kawasan Sahel itu pada Februari silam. Situasi bertambah runyam ketika militer Mali dan Wagner Group dicurigai melakukan pembantaian terhadap warga sipil di Desa Moura, akhir Maret lalu.

Dalam investigasinya, organisasi HAM internasional, Human Rights Watch melaporkan, sebanyak 300 warga sipil dieksekusi mati secara sistematis oleh serdadu Mali dan tertara bayaran Rusia karena dicurigai mendukung kelompok teroris.

Testimoni 27 warga Desa Moura menyebutkan, warga dikelompokkan secara terpisah sebelum digilir dipanggil untuk ditembak mati. Kebanyakan penyintas mengaku mengalami trauma, karena tidak tahu siapa yang akan mendapat panggilan maut tersebut.

Sebaliknya pemerintah Mali dan Rusia merayakan operasi militer di Moura sebagai sebuah kemenangan. Dalam keterangan persnya pada 1 April lalu, Kementerian Pertahanan di Bamako mengklaim, berhasil membunuh 203 "teroris” dan menangkap 51 lainnya. Serangan dilancarkan antara 23 hingga 31 Maret 2022.

Listrik Tenaga Surya Sokong Pembangunan di Mali

07:24

This browser does not support the video element.

Dukungan bergeser ke Niger

Menteri Pertahanan Jerman, Christine Lambrecht, sementara itu mempertanyakan, "apakah ini adalah rejim yang ingin kita dukung?” Dia menontarkan retorika itu saat melawat ke barak militer Jerman di utara Provinsi Gao, Mali, Sabtu (9/4).

"Dan pertanyaan lain yang muncul apakah cara-cara yang digunakan (Mali dan Wagner Group) sudah sepaham dengan nilai-nilai kita, terutama jika melihat kekejian di Moura,” imbuh Lambrecht.

Hal senada diungkapkan Menlu Prancis, Jean-Yves Le Drian, sehari sebelumnya. "Saya sulit mempercayainya, saya kesulitan mencernanya, saya tidak bisa menerima penjelasanya,” kata dia perihal pernyataan Mali soal operasi militer di Moura.

UE diyakini sedang mendekati jiran lain untuk dijadikan mitra utama demi menyelamatkan misi anti-terorisme di Sahel. Seperti juga Lambrecht, Menlu Jerman Baerbock akan melawat ke Niger pada Rabu (13/4) untuk membahas kerjasama pertahanan dan pembangunan. 

Republik Niger yang merupakan satu dari tujuh negara Sahel dengan populasi 25 juta orang, dinilai bisa berperan strategis dalam perang melawan terorisme. Karena serupa di Mali, Niger juga menjadi persembunyian kelompok-kelompok jihadis yang berbaiat kepada Islamic State atau al-Qaeda. 

"Terlepas dari misi kita di Mali, kerjasama Jerman dan Niger bisa menjadi cetak biru untuk model kooperasi di masa depan,” pungkas menhan Jerman Lambrecht.

rzn/as (dpa,rtr,afp)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait

Topik terkait

Tampilkan liputan lainnya