1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
OlahragaQatar

Jerman: Qatar Tak Layak untuk Piala Dunia

cp/vlz (afp, dpa, rtr)7 April 2014

Menteri Pembangunan Jerman, Gerd Müller, menyerukan kepada FIFA untuk membatalkan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022. Ia juga menuding Brasil mengabaikan kebutuhan sosial dan ekologis.

Foto: picture alliance/Frank Rumpenhorst

Menteri Pembangunan dan Kerjasama Ekonomi Jerman, Gerd Müller, hari Minggu (06/04/14) menjadi wakil kabinet Kanselir Angela Merkel pertama yang secara publik mengonfrontasi badan pengatur sepak bola internasional FIFA terkait penunjukan Qatar sebagai lokasi Piala Dunia 2022.

Müller mengatakan kepada surat kabar Jerman Welt am Sonntag bahwa pelanggaran hak asasi manusia menyangkut konstruksi stadion-stadion di Qatar mencapai tingkat “perbudakan.”

Müller menilai keputusan FIFA yang diambil tahun 2010 sebagai sebuah kesalahan dan “salah perhitungan.”

Melawan target iklim

Keputusan FIFA juga bertentangan dengan upaya global untuk mengatasi perubahan iklim, lanjut Müller.

Müller ingin FIFA memikirkan ulang keputusan Qatar 2022Foto: picture-alliance/dpa

"Sinyal apa yang diberikan kepada perlindungan iklim global apabila setiap stadion dibangun di tengah gurun pasir dan kemudian harus diaklimatisasi dengan anggaran belanja energi yang tinggi?” tanya Müller.

“Kalau FIFA cerdas, keputusan ini akan dicabut,” ujar Müller, merujuk pada Qatar.

Pengeluaran sia-sia di Brasil

Brasil juga telah menghabiskan miliaran untuk stadion sepakbola ketimbang proyek-proyek sosial yang vital bagi warga, tambahnya.

“Sudah tidak tren lagi untuk menggelar Piala Dunia yang melebihi kepentingan warga dan menyepelekan standar sosial serta ekologis.”

Müller memberi contoh salah satu dari 12 stadion di Brasil, Manaus.

“Di sana stadion dibangun di tengah hutan hujan tropis, tanpa mengklarifikasi isu keberlanjutan. Ini tidak bertanggung jawab,” tegas Müller yang termasuk dalam kabinet koalisi besar Merkel yang baru.

‘Hati-hati' dengan sumber daya

Turnamen olahraga, seperti bidang kehidupan lainnya, harus sesuai dengan prinsip keberlanjutan, “berarti menggunakan sumber daya secara hati-hati,” tukas Müller yang sebelumnya menjabat sekretaris negara untuk perlindungan gizi, pertanian dan konsumen Jerman.

September lalu surat kabar Inggris The Guardian menyorot tewasnya para pekerja migran – kebanyakan dari Nepal dan India – di lokasi konstruksi Qatar, menyulut protes dari serikat buruh dan pengkampanye HAM.

Februari 2014, Qatar memberlakukan aturan yang lebih ketat bagi kontraktor yang menyewa pekerja bagi konstruksi fasilitas Piala Dunia.

Bulan April, Amnesty International mendesak FIFA untuk bersuara atas nama para pekerja di lokasi stadion-stadion di Qatar.

Presiden FIFA Sepp Blatter mengatakan tanggung jawab sebagian besar jatuh kepada Qatar dan perusahaan konstruksi yang terlibat.

'Tak bisa ikut campur'

"Kami memegang sebagian tanggung jawab, tapi kami tidak bisa ikut campur perihal hak-hak pekerja,” ucap Blatter saat konferensi pers di Zürich.

Brasil menggelar Piala Dunia bulan Juni-Juli mendatang. Pekan lalu, sekjen FIFA Jerome Valcke mengakui bahwa persiapan Brasil “terlambat.”

Kelompok-kelompok pemrotes di Brasil – terperanjat oleh biaya yang membengkak menjadi 11 miliar Dolar – telah berjanji akan mengacaukan turnamen untuk mengangkat keburukan sosial dan ekonomi di Brasil.

cp/vlz (afp, dpa, rtr)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait