Jerman Sebut Orang “Mager” Sebagai Pahlawan Perangi Corona
Melissa Sou-Jie Van Brunnersum
16 November 2020
Jerman memuji orang-orang yang diam di rumah, bermalasan seperti rakun, sebagai pahlawan selama pandemi. Dalam iklan pemerintah terbaru, mereka disebut berjasa membantu negara memerangi virus corona.
Iklan
Pemerintah federal Jerman pada Sabtu (14/11) merilis video online yang memberikan pujian terhadap pahlawan tak terduga yang membantu negara melawan pandemi virus corona, yakni para pecinta leyeh-leyeh.
Iklan berjudul "#specialheroes - Together against corona," yang berdurasi 1,35 menit itu mengajak orang-orang di Jerman untuk mengikuti apa yang dilakukan oleh mereka yang senang bermasalan di rumah.
Seorang pengguna Twitter bahkan memposting versi terjemahan bahasa Inggris dari iklan tersebut.
Video pendek itu dimulai dengan cerita seorang lelaki tua yang mengenang “jasa”-nya kepada bangsa, ketika ia masih muda dan menjadi mahasiswa "di musim dingin tahun 2020, saat seluruh perhatian tertuju pada kaum muda kala itu.''
"Saya baru saja berusia 22 tahun dan sedang belajar teknik," ujar narator, "ketika gelombang kedua corona menghantam."
"Di usia itu, kamu ingin berpesta, belajar, berkenalan dengan orang-orang, pergi minum-minum dengan teman-teman ... Namun takdir punya rencana berbeda untuk kami,'' lanjutnya.
Adegan kemudian beralih ke masa saat narator masih muda, diiringi musik dramatis.
“Tiba-tiba nasib negeri ini ada di tangan kami,” katanya. "Jadi, kami mengerahkan semua keberanian kami dan melakukan apa yang diharapkan dari kami, satu-satunya hal yang benar."
"Kami tidak melakukan apa-apa. Sama sekali tidak ada. Malas seperti rakun,'' katanya dengan nada serius.
"Siang dan malam, kami tetap diam di rumah dan berjuang melawan penyebaran virus corona,'' lanjutnya.
“Pahlawan” yang dimaksud di video itu terlihat berbaring di sofa sambil membawa pizza.
"Sofa kami adalah garda depan dan kesabaran kami adalah senjata kami,” lanjutnya.
Iklan tersebut diakhiri dengan narator yang mengatakan, "Mengenang ke belakang, ini adalah takdir kami ... Inilah cara kami menjadi pahlawan."
Sebuah pesan pemerintah di akhir video kemudian tertulis: ''Kamu juga bisa menjadi pahlawan dengan tinggal di rumah.''
Eropa Perketat Pembatasan Hadapi Gelombang Kedua COVID-19
Eropa menghadapi situasi serius dengan mencatat rekor tertinggi kasus corona baru sejak wabah menyebar pada awal tahun. Eropa kembali perketat aturan pembatasan, namun berupaya hindari lockdown untuk melindungi ekonomi.
Foto: Getty Images/AFP/M. Medina
Jerman memperketat pembatasan di sejumlah kota
München menjadi kota besar terbaru yang melampaui ambang batas angka kasus virus corona di Jerman. Sementara di Berlin, untuk pertama kalinya dalam 70 tahun terakhir, aturan jam malam kembali diberlakukan. Semua kegiatan bisnis di Berlin harus tutup pukul 11 malam, setidaknya hingga akhir Oktober 2020. Jumlah orang yang diperbolehkan bertemu di luar pada malam hari dibatasi hingga lima orang.
Foto: Fabrizio Bensch/Reuters
Republik Ceko memperketat lockdown
Republik Ceko yang sebelumnya dipuji karena tanggap merespons pandemi, kini tertatih-tatih di ambang lockdown kedua. Pemerintah menetapkan keadaan darurat sejak 5 Oktober. Warga diwajibkan memakai masker dan gereja hanya dibatasi untuk 10 orang. Pusat perbelanjaan telah diinstruksikan untuk mematikan Wi-Fi untuk mencegah kaum muda berkumpul.
Foto: Gabriel Kuchta/Getty Images
Spanyol menetapkan keadaan darurat
Pemerintah Spanyol telah menetapkan keadaan darurat selama 15 hari di Madrid. Namun, langkah yang memungkinkan pemerintah pusat untuk memberlakukan tindakan karantina di seluruh negeri itu memicu protes. Pemerintah pusat memberlakukan tindakan itu karena pemerintah daerah Madrid menolak seruan untuk memberlakukan langkah yang lebih ketat guna mengendalikan penyebaran virus.
Foto: SOPA Images/ZUMA Wire/picture-alliance
Polisi di Prancis patroli menegakkan aturan pembatasan
Bar di Paris ditutup setelah kasus COVID-19 meningkat tajam. Dua kota lainnya, Toulouse dan Montpellier, meningkatkan kewaspadaan ke level paling tinggi. Pada Sabtu 10 Oktober 2020, Prancis mencatat hampir 27.000 kasus COVID-19, yang menjadi angka kasus harian tertinggi. Di Paris dan sekitarnya, polisi melakukan patroli untuk memastikan bar ditutup dan pengunjung restoran mematuhi jarak sosial.
Foto: Kiran Ridley/Getty Images
Polandia terapkan aturan baru, namun tetap membuka sekolah
Polandia menerapkan aturan baru setelah mencatat rekor infeksi selama lima hari berturut-turut. Namun, sekolah di Polandia tetap dibuka. Warga berusia antara 60 hingga 65 tahun memiliki jam belanja khusus dari jam 10 pagi hingga siang hari. Setiap orang diwajibkan memakai masker di ruang publik. Negara berpenduduk 38 juta jiwa itu sejauh ini mencatat 121.638 kasus dan 2.972 kematian.
Foto: Reuters/K. Pempel
Slovakia larang kerumunan lebih dari enam orang
Di Slovakia, aturan baru hanya memperbolehkan maksimal enam orang untuk berkumpul, namun anggota keluarga mendapat pengecualian. Warga diwajibkan memakai masker dan semua acara publik dilarang, termasuk layanan keagamaan di gereja. Pusat kebugaran ditutup, sementara restoran tidak boleh melayani makan di tempat. Foto di atas menunjukkan penggemar hoki di Bratislava yang memprotes aturan baru.
Foto: Pavel Neubauer/dpa/picture-alliance
Inggris gunakan sistem peringatan tiga tingkat
Pemerintah Inggris memperkenalkan sistem peringatan tiga tingkat untuk memberi informasi terkait angka kasus COVID-19. Sistem baru ini mengklasifikasikan area yang memiliki risiko "sedang", "tinggi", atau "sangat tinggi". Liverpool diperkirakan berada di tingkat tertinggi dan akan memperketat aturan pembatasan, seperti menutup pusat kebugaran, pub, dan kasino. (pkp/rap)
Foto: Justin Tallis/AFP/Getty Images
7 foto1 | 7
Jerman pertimbangkan aturan lebih ketat
Sebelumnya pada akhir Oktober, Kanselir Angela Merkel mengatakan kurangnya kedisiplinan membuat Jerman kembali menghadapi situasi sulit pandemi COVID-19.
Iklan
Jerman telah melaporkan 775.556 kasus COVID-19 dengan 12.378 kematian. Jerman kini sedang memberlakukan lockdown parsial selama sebulan, dengan menutup restoran, bar, dan pusat kebugaran, serta membatasi jumlah pertemuan di tempat umum dan di rumah.
Kini, pemerintah federal dan negara bagian sedang mempertimbangkan pembatasan COVID-19 yang lebih ketat, seperti mengurangi jumlah pertemuan orang di ruang pribadi dan mengenakan masker menjadi aturan wajib bagi siswa sekolah.
Pada hari ini Senin (16/11), Merkel dan 16 kepala negara bagian akan membahas potensi aturan baru melalui konferensi video. Dari draf yang dilihat berbagai media, kemungkinan orang-orang akan didesak untuk tak berpesta atau merayakan apapun hingga Natal.
Keluarga juga harus membatasi pertemuan pribadi di lingkup rumah tangga mereka sendiri dan keluarga dari rumah tangga lainnya. (pkp/ha)