Jerman Mulai Selidiki Dugaan Serangan Siber oleh Rusia
11 September 2021
Jerman membuka penyelidikan terhadap beberapa serangan siber yang menargetkan politisi jelang pemilu 26 September. Intelijen Rusia diduga berada di balik serangan ini.
Iklan
Jerman membuka penyelidikan terhadap beberapa serangan siber baru-baru ini yang menargetkan politisi menjelang pemilihan umum di Jerman pada 26 September 2021. Intelijen Rusia diduga berada di balik pelanggaran ini.
Awal pekan ini, pemerintah Jerman dengan tegas memprotes upaya Rusia yang diduga ingin memengaruhi pemilu federal tanggal 26 September di negara itu.
Ada kekhawatiran bahwa dinas intelijen asing mungkin menggunakan peretasan untuk mempublikasikan informasi pribadi para korban, atau bahkan mengarang berita palsu.
Iklan
Apa tuduhan Jerman terhadap Moskow?
Juru bicara kantor kejaksaan di Kota Karlsruhe pada hari Kamis (08/09) mengonfirmasi bahwa yang tengah mereka selidiki adalah masalah "kecurigaan adanya aktivitas intelijen."
Para pejabat percaya bahwa peretas dari grup yang bernama Ghostwriter telah mencoba mendapatkan akses ke akun email pribadi anggota Bundestag dan parlemen negara bagian lewat email phishing.
Otoritas keamanan Jerman mengatakan mereka yakin bahwa dinas intelijen militer Rusia atau GRU berada di balik serangan itu. Penyelidikan oleh Jaksa Agung Federal Jerman pertama kali dilaporkan oleh majalah berita Jerman, Der Spiegel.
Der Spiegel melaporkan bahwa email tersebut terutama ditujukan kepada politisi dari blok konservatif CDU/CSU yang dipimpin Kanselir Angela Merkel dan Sosial Demokrat. Ini adalah partai-partai politik yang membentuk pemerintahan koalisi besar di Jerman.
Para Pengkritik Pemerintah Ini Telah Merasakan Pahitnya Racun
Tindakan meracuni orang telah digunakan badan intelijen selama lebih dari satu abad. Racun yang dimasukan ke dalam makanan/minuman sering jadi senjata pilihan, seperti dalam kasus pembunuhan Munir, 2004.
Foto: AFP/Getty Images/Dewira
Alexei Navalny
Pemimpin oposisi Rusia, Alexei Navalny dilarikan ke rumah sakit di Siberia, setelah merasa tidak enak badan dalam penerbangan ke Moskow. Para ajudannya menuduh bahwa Navalny diracun sebagai balas dendam atas kampanyenya melawan korupsi. Mantan pengacara (44) itu menenggak teh hitam sebelum lepas landas dari bandara Omsk. Timnya meyakini teh tersebut mengandung racun yang membuatnya koma.
Foto: Getty Images/AFP/K. Kudrayavtsev
Pyotr Verzilov
Pada 2018, aktivis keturunan Rusia-Kanada, Pyotr Verzilov dilaporkan dalam kondisi kritis setelah diduga diracun di Moskow. Peristiwa itu terjadi tak lama setelah dia mengkritik sistem hukum Rusia dalam sebuah wawancara TV. Verzilov, juru bicara tak resmi untuk grup band feminis Pussy Riot ini akhirnya dipindahkan ke rumah sakit di Berlin. Dokter mengatakan "sangat mungkin" dia telah diracuni.
Foto: picture-alliance/dpa/Tass/A. Novoderezhkin
Sergei Skripal
Mantan mata-mata Rusia berusia 66 tahun, Sergei Skripal, ditemukan tak sadarkan diri di bangku yang terletak di luar pusat perbelanjaan di kota Salisbury, Inggris. Ia disebut terpapar racun saraf Novichok. Juru bicara Presiden Rusia Vladimir Putin, Dmitry Peskov, menyebut situasi itu "tragis", tetapi berkata "Kami tidak punya informasi tentang apa yang menjadi penyebab" insiden itu.
Foto: picture-alliance/dpa/Tass
Kim Jong Nam
Saudara tiri Kim Jong Un ini tewas pada 13 Februari 2018 di bandara Kuala Lumpur, setelah dua perempuan diduga mengoleskan racun saraf kimia VX di wajahnya. Pada bulan Februari, pengadilan Malaysia mendengar bahwa Kim Jong Nam telah membawa selusin botol penawar racun saraf mematikan VX di tasnya pada saat keracunan.
Foto: picture-alliance/AP Photo/S. Kambayashi
Alexander Litvinenko
Mantan mata-mata Rusia, Alexander Litvinenko pernah bekerja untuk Dinas Keamanan Federal (FSB) sebelum ia membelot ke Inggris. Ia lalu menjadi jurnalis dan menulis dua buku tuduhan terhadap FSB dan Putin. Ia jatuh sakit setelah bertemu dengan dua mantan perwira KGB dan meninggal pada 23 November 2006. Penyelidikan menemukan, ia dibunuh oleh radioaktif polonium-210 yang dimasukkan ke dalam tehnya.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Kaptilkin
Viktor Kalashnikov
Pada November 2010, dokter di rumah sakit Charité Berlin menemukan kadar merkuri yang tinggi di dalam tubuh pasangan pengkritik pemerintah Rusia. Terdapat 3,7 mikrogram merkuri di tubuh Kalashnikov, seorang jurnalis lepas dan mantan kolonel KGB. Sementara di tubuh istrinya terdapat 56 mikrogram merkuri. Kalashnikov mengatakan kepada majalah Jerman Focus, bahwa "Pemerintah Rusia meracuni kami."
Foto: picture-alliance/dpa/RIA Novosti
Viktor Yushchenko
Pemimpin oposisi Ukraina Yushchenko jatuh sakit pada September 2004 dan didiagnosis dengan pankreatis akut yang disebabkan infeksi virus dan zat kimia. Penyakit itu mengakibatkan kerusakan wajah, perut kembung akibat gas berlebih dan penyakit kuning. Dokter mengatakan perubahan pada wajahnya berasal dari chloracne, akibat dari keracunan dioksin. Yushchenko mengklaim, agen pemerintah meracuninya.
Foto: Getty Images/AFP/M. Leodolter
Aktivis HAM Munir diracun dalam penerbangan ke Amsterdam tahun 2004
Munir Said Thalib, aktivis KONTRAS tewas diracun dengan arsenium dalam penerbangan ke Amsterdam dengan pesawat Garuda, September 2004. Kasusnya sampai sekarang belum terungkap tuntas, sekalipun ada tertuduh yang diadili dan dijatuhi hukuman penjara. Pemerintahan Jokowi hingga kini menolak mengusut kembali kasus ini.
Foto: AFP/Getty Images/Dewira
Khaled Meshaal
Pada 25 September 1997, badan intelijen Israel berusaha membunuh pemimpin Hamas, Khaled Meshaal, di bawah perintah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Dua agen menyemprotkan zat beracun ke telinga Meshaal saat dia masuk ke kantor Hamas di Amman, Yordania. Upaya pembunuhan tersebut tidak berhasil dan tidak lama kemudian kedua agen Israel tersebut ditangkap.
Foto: Getty Images/AFP/A. Sazonov
Georgi Markov
Pada 1978, pengkritik pemerintah Bulgaria, Georgi Markov, merasakan tusukan di pahanya saat sedang menunggu di halte bus. Dia membalikkan badan dan melihat seorang pria membawa payung. Setelahnya sebuah benjolan kecil muncul di pahanya dan empat hari kemudian dia meninggal. Otopsi menemukan dia dibunuh dengan zat 0,2 miligram risin. Banyak yang percaya panah beracun itu ditembakkan dari payung.
Foto: picture-alliance/dpa/epa/Stringer
Grigori Rasputin
Pada 30 Desember 1916, Grigori Rasputin yang dipercaya punya kekuatan mistik tiba di Istana Yusupov di St Petersburg atas undangan Pangeran Felix Yusupov. Di sana, Rasputin memakan kue yang telah dicampur dengan kalium sianida. Kemudian Rasputin juga menenggak anggur yang gelasnya telah dilapisi sianida. Tidak berhasil diracun, Rasputin akhirnya ditembak dan dibunuh.
Foto: picture-alliance/ IMAGNO/Austrian Archives
11 foto1 | 11
Awal bulan ini seorang pegawai perusahaan keamanan Jerman diadili karena diduga menyerahkan denah gedung parlemen ke dinas rahasia Rusia. Namun Moskow membantah berada di balik tindakan tersebut.
Sudah ada peringatan soal campur tangan Rusia
Kementerian Luar Negeri Jerman pada hari Senin (06/09) mengatakan pihaknya mendapatkan "informasi yang dapat dipercaya" bahwa kegiatan tersebut dapat dikaitkan dengan aktor di Rusia, "khususnya kepada dinas intelijen militer Rusia GRU."
Kementerian mengatakan pihaknya menganggap ini sebagai "tindakan yang tidak dapat diterima ini sebagai bahaya bagi keamanan Republik Federal Jerman dan bagi proses demokratis." Berlin yakin GRU juga meretas jaringan Majelis Rendah Parlemen Jerman, Bundestag, pada 2015. Seranga itu melumpuhkan jaringan komputer di Bundestag lumpuh dan memaksa seluruh institusi untuk offline selama berhari-hari sementara menunggu jaringan diperbaiki.
Presiden Dinas Intelijen Domestik Jerman, Thomas Haldenwang, memperingatkan pada Juli bahwa serangan tersebut dapat menangkap informasi yang bersifat pribadi. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa informasi itu nantinya dapat digunakan untuk membuat berita palsu dan kampanye kotor dengan Ghostwriter yang diyakini telah mengambil tindakan serupa di Polandia dan negara-negara Baltik.
Kasus ini muncul seiring dengan menegangnya hubungan antara Berlin dan Moskow akibat serangkaian kasus spionase, peracunan dan pemenjaraan kritikus Kremlin Alexei Navalny serta serangan cyber berulang terhadap Barat.