1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Pendidikan

Jerman Sambut Mahasiswa Asing

Naomi Conrad

Jumlah mahasiswa asing di Jerman terus naik, dan tahun 2014 mencatat rekor baru. Kami senang menerima pelajar dan ilmuwan asing, kata Menteri Pendidikan Johanna Wanka kepada DW.

Foto: picture alliance/ZB

Jerman makin populer di kalangan mahasiswa dan ilmuwan internasional. Sekitar 300.000 mahasiswa asing saat ini melanjutkan studi di Jerman. Angka ini merupakan rekor baru. Menteri Pendidikan Johanna Wanka mengatakan, ia ingin menggalakkan promosi dan pertukaran mahasiswa asing. Berikut petikan wawancaranya.

DW: Jerman sekarang makin populer di kalangan mahasiswa asing. Padahal situasi tahun 1990-an belum seperti ini. Apa yang berubah?

Foto: Picture-Alliance/Tagesspiegel

Johanna Wanka: Dulu Jerman memang belum sepopuler sekarang sebagai lokasi ilmu pengetahuan. Selama beberapa tahun terakhir, kami sudah melakukan banyak perubahan di kalangan universitas, dan ada juga perubahan di kalangan masyarakat. Kami ingin menunjukkan, bahwa kami senang jika mahasiswa dan ilmuwan asing datang ke Jerman.

Sejak tahun 2005, pemerintah setiap tahun meningkatkan investasi dalam bidang ilmu pengetahuan. Ini malah bertolak belakang dengan tren internasional yang terus memperkecil anggaran pendidikan dan penelitan. Sekarang, kami mampu menawarkan berbagai jurusan studi menarik, dan banyak mahasiswa yang percaya, dengan ijazah dari Jerman mereka punya peluang lebih baik di pasar kerja.

Tapi ada banyak diskusi tentang mental masyarakat di Jerman, yang katanya masih kurang ramah terhadap mahasiswa asing

Citra Jerman di luar negeri sekarang sudah lebih baik. Sekarang di universitas-universitas didirikan pusat bimbingan mahasiswa asing. Ini upaya untuk menyambut para mahasiswa asing dengan lebih baik lagi.

Dari negara mana saja sekitar 300.000 mahasiswa asing yang sekarang ada di Jerman?

Sebagian besarnya dari negara-negara Eropa. Kelompok kedua terbesar dari Asia. Jika dilihat dari negaranya, kebanyakan mahasiswa asing berasal dari Cina, di tempat kedua Rusia, ketiga Austria dan keempat dari India.

Bagaimana dengan mahasiswa dari Afrika?

Dari Afrika sayangnya baru sekitar sepuluh persen. Karena itu di Kementerian Pendidikan kami sekarang menyiapkan "Strategi Afrika" khusus untuk bidang penelitian dan ilmu pengetahuan. Ini adalah paradigma baru. Kami ingin meningkatkan pertukaran mahasiswa dan membantu mereka. Di Afrika, hampir limapuluh persen penduduknya berusia di bawah 18 tahun. Kita harus lebih sering mempromosikan Jerman, tapi kita juga harus memberikan penawaran langsung di Afrika. Bagi kami, Afrika adalah tema masa depan.

Apakah universitas-universitas Jerman harus mempersiapkan diri, karena semakin banyak mahasiswa asing juga berarti, pengetahuan bahasa mereka pada awalnya belum terlalu baik untuk mengikuti kuliah?

Sudah banyak universitas yang sekarang menawarkan kuliah dalam bahasa Inggris. Ada lebih dari 1.000 jurusan tingkat master yang ditawarkan dalam bahasa Inggris. Tapi kami juga melihat, bahwa banyak mahasiswa tidak hanya tertarik dengan jurusannya, melainkan juga ingin mendalami bahasa Jerman. Mereka mulai dengan bahasa Inggris, namun kemudian mereka ingin belajar dan menguasai bahasa Jerman. Dalam hal ini, Goethe Institut dan banyak universitas sudah punya berbagai program menarik.

Mengapa Anda ingin makin banyak mahasiswa asing datang ke Jerman, dan makin banyak mahasiswa Jerman ke luar negeri?

Ilmu pengetahuan sifatnya internasional. Tidak ada bidang pengetahuan yang bisa mengisolasi diri dalam batas-batas nasional. Itu sebabnya, basis dari sistem ilmu pengetahuan yang baik adalah terbentuknya jaringan internasional yang saling bekerjasama. Bagi para mahasiswa, belajar ke luar negeri memberikan pengalaman dan kompetensi interkultural serta pengetahuan bahasa. Ini sangat bermanfaat bagi karirnya nanti.

Sebagai negara yang tidak terlalu besar, Jerman juga sangat tergantung pada pertukaran internasional. Jadi, kami ingin makin banyak orang tertarik pada Jerman, dan paling sedikit bisa menghabiskan sebagian waktunya di sini.

Wawancara untuk Deutsche Welle dilakukan oleh Naomi Conrad

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait