Jerman Siap Bantu Perluasan Tanjung Priok
11 November 2014 Sekedar angka saja sudah membuat Tanjung Priok cukup mentereng. Setiap tahunnya pelabuhan terbesar Indonesia itu menampung 18.000 kapal laut atau nyaris 70 persen dari semua kapal kontainer yang lalu lalang dari dan ke Indonesia.
Namun kenyataan lebih miris. Tanjung Priok adalah salah satu pelabuhan yang paling tidak efisien di Asia Tenggara. Proses bongkar muat kapal misalnya berlangsung enam kali lebih lama ketimbang di Singapura.
Ketika pertumbuhan ekonomi membawa lebih banyak kontainer ke Priok, pelabuhan milik Pelindo II itu pun dibenahi. "Kami mendapat dana pinjaman sebesar 500 juta US Dollar tahun ini," kata Yohannes Situmeang dari Pelindo II. "Mudah-mudahan tahun depan akan ada yang mau memberikan pinjaman lebih besar."
Keterlibatan Jerman
Pinjaman baru itu kemungkinan datang dari Jerman. Bank terbesar ketiga dari jantung Eropa itu, KfW, berniat turun tangan membantu perluasan Tanjung Priok. "Kami kira pelabuhan ini sangat menjanjikan," ujar Norbert Kloppenburg, anggota dewan direksi.
Kloppenburg membidik bidang kerja yang spesifik. Saat ini kran peti kemas sudah didatangkan dari Cina. Namun Jerman menurutnya bisa membangun kran tersebut. "Kami ingin terlibat dan membantu perusahaan Jerman dengan pinjaman yang unik."
Pelindo II tidak main-main terkait perluasan Tanjung Priok. Perusahaan pelat merah itu berambisi menambah kapasitas pelabuhan di teluk Jakarta itu agar sanggup menampung lebih banyak kontainer ketimbang pelabuhan terbesar di Eropa.
Tapi rencana Pelindo menambah kedalaman pelabuhan sebanyak 14 meter membuat beberapa pengamat geleng-geleng kepala. Pasalnya dengan rencana tersebut, Tanjung Priok tetap tidak bisa menampung kapal kontainer raksasa yang kini sedang menjadi tren.
Visi kemaritiman Dimulai di Priok
Kendati begitu salah satu galangan kapal Jerman yang terlibat, Meyer Werft, yakin perluasan Tanjung Priok akan bermanfaat. "Indonesia membutuhkan sistem transportasi yang aman dan murah. Kami di sini terlibat selama 30 tahun dan telah menjual 24 kapal feri," kata Bernard Meyer.
Menurut World Bank, Indonesia kini berada di peringkat 53 dalam daftar negara-negara dengan performa logistik terbaik, masih jauh lebih rendah ketimbang Thailand di posisi 35 atau Malaysia yang berada di posisi 25.
Presiden Joko Widodo mengembangkan sederet agenda baru buat memajukan industri kelautan Indonesia. Salah satu kebijakan sentral pemerintah adalah pembangunan tol laut. Jokowi sendiri sudah mengumumkan akan membangun 24 pelabuhan baru dalam waktu lima tahun ke depan.
Perluasan Tanjung Priok dijadwalkan akan rampung selambatnya tahun 2023.