Jerman Siapkan Gugatan Terhadap Warganya Yang Bergabung ISIS
Alistair Walsh
19 Februari 2019
Otoritas Jerman dilaporkan telah mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi para pendukung ISIS yang sekarang ditahan di Suriah dan Irak. Setelah kembali, mereka akan diadili di Jerman.
Iklan
Media-media Jerman hari Senin (18/2) melaporkan, pihak berwenang Jerman sedang mempersiapkan tuntutan hukum bagi warganya yang berangkat ke Suriah dan bergabung dengan kelompok teror ISIS. Puluhan warga Jerman masih ditahan pihak Kurdi di Suriah utara.
Otoritas Jerman sudah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap 18 dari seluruhnya 63 warga negara Jerman yang saat ini ditahan di Suriah, Irak, Turki dan Yunani. Hal itu dilaporkan oleh surat kabar Süddeutsche Zeitung dan stasiun siaran publik NDR dan WDR. Angka itu belum termasuk anak-anak warga Jerman itu.
Hingga kini sudah ada 32 proses penyidikan awal terhadap para anggota ISIS Jerman yang dipenjara di luar negeri. Presiden AS Donald Trump baru-baru ini menuntut negara-negara Eropa agar memulangkan semua warganya yang masih ditahan di Suriah. Jika tidak, AS akan membebaskan mereka untuk kembali ke negaranya, kata Trump lewat Twitter.
Tidak cukup informasi
Juru bicara pemerintah Jerman Steffen Seibert mengatakan hari Senin (18/2), Jerman perlu menyelidiki lebih lanjut bahaya yang ditimbulkan para pendukung ISIS di luar negeri dan apa opsi hukum untuk menuntut mereka.
Kementerian Dalam Negeri Jerman mengatakan, warga negara Jerman yang ikut berperang dengan ISIS memang memiliki "hak dasar" untuk kembali ke negaranya. Tetapi Menteri Luar Negeri Heiko Maas mengatakan, sulit untuk mendapat informasi yang cukup mengenai status dan kewarganegaraan mereka.
"Ini tentu tidak semudah yang dipikirkan di Amerika," kata Maas. Warga asing anggota ISIS yang ditahan di Suriah itu ini bisa datang ke Jerman, kata dia, hanya jika dipastikan mereka memang warga Jerman dan bisa segera ditahan dan diadili.
Jerman telah memutuskan hubungan diplomatik dengan pemerintah Suriah, dan juga tidak mengakui wilayah otonomi Kurdi di Suriah sebagai sebuah negara berdaulat. Hal ini mempersulit upaya dan proses ekstradisi.
Pejabat urusan luar negeri Uni Eropa Federica Mogherini mengatakan, masalah pemulangan warga asing pendukung ISIS dari Suriah tetap merupakan wewenang masing-masing negara di tingkat nasional.
Anggota ISIS Yang Menyesal dan Kembali ke Sukunya
Banyak warga Suriah yang bergabung dengan ISIS. Setelah kekalahan kelompok teror itu, mereka ditahan dan diadili, kemudian dikembalikan ke sukunya melalui perundingan antar suku.
Foto: DW/B. Gerdziunas
Milisi Al-Sanadid
Milisi Al-Sanadid dari suku Shammar menguasai kawasan di Suriah timur laut, dekat dengan perbatasan ke Irak. Mereka adalah bagian dari Pasukan Demokratik Suriah SDF yang didukung AS. Sekarang menjadi menjadi bagian aparat keamanan dari pemerintahan sipil Kurdi di Suriah utara.
Foto: DW/B. Gerdziunas
Ikatan kesukuan
Banyak mantan anggota ISIS lokal yang menyerahkan diri ke SDF setelah mengalami serangan dan mendengar seruan agar menyerah. Mereka kemudian ditahan dan diadili. Setelah itu, mereka diizinkan lagi pulang dan bergabung dengan sukunya.
Foto: DW/B. Gerdziunas
Mediasi kepala suku
Kepala suku Sheikh Humaydi menjamu tamu-tamunya dan menjadi penengah dalam perselisihan lokal. "Konflik nasional ini akan berakhir suatu hari, tetapi konflik relijius akan berlanjut," katanya. "Tujuan kami sama dengan barat - perang melawan terorisme; sekarang kami menengahi antara mantan pejuang ISIS dan mereka yang pernah menderita di bawah penindasan ISIS."
Foto: DW/B. Gerdziunas
Diplomasi antar suku
Anggota suku Shammar menyambut tamu dari Irak. "Ada di Suriah yang bergabung dengan ISIS hanya karena tekanan dari para pemimpin mereka," kata Sheikh Humaydi, "dan karena kita memiliki ikatan kesukuan, mereka kembali kepada kami."
Foto: DW/B. Gerdziunas
Hierarki yang ketat
Kehidupan di daerah pedesaan diatur dengan hierarki yang ketat. Para pemimpin suku Shammar ingin memainkan peranan penting dan menempatkan diri sebagai penengah. Sheikh Humaydi mengatakan, baru-baru ini delegasi Inggris dan AS mengunjunginya.
Foto: DW/B. Gerdziunas
Tidak ingin dikenali
Pria yang dipanggil Abu Hassan ini tidak ingin mengungkapkan nama aslinya karena takut pembalasan ISIS. Dia mengaku tidak pernah berperang untuk ISIS, dan hanya bergabung dengan kelompok teror ini tahun 2015 agar dapat terus bekerja sebagai guru sekolah. "Kami pikir ISIS akan membawa keadilan, karena kami sangat menderita di bawah rezim Assad," katanya.
Foto: DW/B. Gerdziunas
Komandan milisi
Komandan milisi Al-Sanadid adalah Bandar Humaydi, putra Sheikh Humaydi. Karirnya naik tahun 2014/15 ketika pasukannya berhasil melakukan perlawanan terhadap ISIS. Waktu itu desa mereka hampir sepenuhnya dikepung pasukan ISIS yang datang menyerang.
Foto: DW/B. Gerdziunas
Remaja di masa perang
Remaja di Shammar bermain bola mengisi waktu senggangnya. Jalur kereta yang dulu menghubungkan Suriah dan Irak sudah terbengkalai di dekatnya. Saat ini, ratusan anggota ISIS sudah berpaling dan bergabung lagi dengan sukunya, kata Sheikh Humaydi, tanpa menyebutkan jumlah tepatnya.(Teks: Benas Gerdziunas/hp/ )