Jerman: Cina Picu Ketegangan dengan Manuver di Taiwan
13 April 2023
Jerman menuduh Cina memicu ketegangan dengan menggelar latihan perang baru-baru ini di sekitar Taiwan. Komentar Berlin itu dirilis tepat sebelum kunjungan Menteri Luar Negeri Annalena Baerbock ke Beijing.
Iklan
Kementerian Luar Negeri Jerman pada hari Rabu (12/04) mengatakan bahwa Cina telah mengobarkan ketegangan dengan melakukan latihan perang di sekitar wilayah Taiwan. Komentar itu muncul hanya beberapa jam sebelum kunjungan Menteri Luar Negeri Annalena Baerbock ke Beijing.
Tindakan Cina berisiko menimbulkan bentrokan
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Andrea Sasse mengatakan latihan militer Cina di dekat Taiwan meningkatkan risiko bentrokan yang tidak diinginkan atau tidak disengaja.
"Kami sangat prihatin dengan situasi di Selat Taiwan,” kata Sasse. "Kami mengharapkan semua pihak di kawasan untuk berkontribusi pada stabilitas dan perdamaian. Itu berlaku sama untuk Republik Rakyat Cina."
"Kami mendapat kesan bahwa tindakan seperti mengancam gerakan militer ... meningkatkan risiko bentrokan militer yang tidak diinginkan," kata Sasse.
Dia menambahkan bahwa Jerman "bekerja dengan mitra internasional kami berkontribusi pada deeskalasi" di wilayah tersebut.
Menengok Kamp Pelatihan Unit Angkatan Laut Paling Elit Taiwan
Diterima di unit elit Pengintaian dan Patroli Amfibi Taiwan (ARP) sama sulitnya dengan menjadi pasukan SEAL Angkatan Laut Amerika Serikat. Para kandidat harus lolos ujian dan pelatihan berat selama beberapa pekan.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Tangguh seperti pasak baja
Program pelatihan bagi mereka yang ingin bergabung dengan unit angkatan laut elit Taiwan berlangsung selama 10 minggu. Tahun ini, 31 peserta lolos tes untuk mengikuti program ini, tetapi hanya 15 orang yang akan diterima. Di pangkalan angkatan laut Zuoying di Taiwan selatan, tubuh dan jiwa benar-benar diuji — satu latihan mengharuskan peserta tidur di atas beton yang dingin.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Disiram air dingin
Setelah menghabiskan sepanjang hari di laut, peserta pelatihan disiram dengan air dingin. Lelah dan gemetar, mereka berdiri di dermaga. Tujuan dari kamp pelatihan ini adalah untuk menempa para peserta mengembangkan kemauan yang kuat. Tidak peduli seberapa sulit misi mereka, kesetiaan terhadap rekan-rekan mereka, dan angkatan laut harus teguh.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Latihan berat di pantai
Yu Guang-Cang ikut dalam latihan di pantai. Sepintas terlihat seperti latihan senam bis. Namun, sebetulnya peserta melakukan latihan berat, mulai dari "long march" hingga berjam-jam dan latihan di dalam air. Instruktur mereka memiliki reputasi sebagai orang yang tegas tanpa kompromi. Waktu istirahat pendek dan jarang. Sering kali hanya ada waktu untuk minum seteguk dan ke toilet.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Cat perang
Seorang peserta pelatihan berjuang melawan kelelahan saat dia diolesi cat kamuflase. Semua peserta ikut secara sukarela. Kebanyakan ingin menguji coba batas ketangguhannya. Pelatihan ini dimaksudkan untuk mensimulasikan tantangan berat perang. Komandan angkatan laut mengharapkan, para peserta dapat difungsikan ketika keadaan menjadi sangat gawat.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Hanya semangat baja yang lulus
Para kandidat menghabiskan sebagian besar waktu mereka di laut atau kolam renang. Mereka harus belajar menahan napas untuk waktu yang cukup lama, berenang dengan peralatan tempur lengkap, dan menyerbu pantai dari laut. Sering kali untuk aksinya kaki dan tangan mereka diikat. Latihan ini bukan untuk mereka yang cengeng.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Mendekati batas peregangan
Para peserta tidak hanya harus lulus tes kekuatan dan daya tahan, mereka juga menghadapi beberapa latihan peregangan ekstrem. Ou Zhi-Xuan yang berusia 25 tahun menangis kesakitan saat dia diregangkan mendekati batas kelenturan. Jika ada yang melawan instruktur saat berada di bawah tekanan berat, mereka segera dikeluarkan dari program ARP.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Dihina dan dilecehkan
Tentu saja, para kandidat harus berlatih sambil mengenakan perlengkapan tempur. Mereka harus menghadapi semburan pelecehan dan penghinaan dari instruktur unit elit angkatan laut. Pesrta mendapat istirahat satu jam setiap enam jam. Selama waktu ini, mereka harus makan, biasanya bawang putih untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh, mendapatkan bantuan medis, pergi ke toilet, dan tidur.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Jalan berbatu menuju surga
Latihan terakhir disebut "jalan menuju surga." Peserta pelatihan harus mengatasi rintangan yang unik. Mereka dipaksa untuk merangkak, praktis telanjang, di jalan berbatu, dan melakukan push-up, meskipun mereka sudah lelah dari minggu-minggu sebelumnya. "Saya tidak takut mati," kata salah satu peserta pelatihan, Fu Yu, 30 tahun.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Diberi selamat dengan bunyi lonceng
Xu De-Yu menandai akhir dari kamp pelatihan ARP dengan membunyikan lonceng. Dia adalah salah satu yang "beruntung" lulus ujian. "Tentu saja, kami sama sekali tidak akan memaksa siapa pun, semua orang ada di sini secara sukarela," tegas instruktur Chen Shou-lih, 26. Pesannya kepada para peserta: "Kami tidak akan menyambut Anda bergabung begitu saja, hanya karena Anda ingin datang." (rs/as)
Foto: ANN WANG/REUTERS
9 foto1 | 9
Serangan dan blokade yang ditargetkan
Cina pada Senin (10/04) mengakhiri latihan perang yang digelar selama tiga hari sebagai tanggapan atas kunjungan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen ke Amerika Serikat pada pekan lalu. Saat berada di Washington, Tsai bertemu dengan sekelompok anggota parlemen bipartisan dan Ketua DPR Kevin McCarthy.
Dalam manuver tersebut, Tentara Pembebasan Rakyat Cina mensimulasikan serangan yang ditargetkan dan blokade terhadap Taiwan.
Baerbock berkunjung ke Beijing
Baerbock berangkat menuju Cina pada Rabu (12/04) malam untuk membahas perang di Ukraina dan ketegangan di sekitar Taiwan dengan pejabat tinggi luar negeri dan pertahanan Cina.
Kunjungan Baerbock dilakukan usai kunjungan kontroversial Presiden Prancis Emmanuel Macron. Saat dia terbang kembali dari Cina, Macron mengecewakan beberapa sekutu Barat dengan mengatakan bahwa Eropa tidak perlu menggemakan kebijakan Amerika Serikat di Taiwan, terutama dalam hal "meningkatkan" ketegangan dengan Cina.
Di Beijing, Baerbock akan bertemu dengan perwakilan perusahaan Jerman dan Menteri Luar Negeri Cina Qin Gang.
Selanjutnya Baerbock akan terbang ke Korea Selatan untuk mengunjungi zona demiliterisasi dan mengadakan pembicaraan politik di Seoul. Pada hari Minggu (16/04), dia akan mengikuti pertemuan para menteri luar negeri G7 di Jepang.