Jerman dalam aturan kuota perempuan di jajaran pimpinan puncak perusahaan ketinggalan oleh negara-negara lain Eropa. Juga tidak banyak perempuan yang karirnya bisa mencapai tingkat tertinggi.
Iklan
Dari 200 perusahaan terkemuka di sektor ekonomi Jerman, hingga akhir 2013 hanya terdapat 15 persen pimpinan dari kalangan perempuan. Dengan aturan baru pemerintah, secara rata-rata kuota perempuan di jajaran dewan direksi mulai 2016 akan dinaikan hingga 30 persen. Aturan terutama menyasar perusahaan swasta maupun badan usaha milik negara yang memiliki lebih 2000 karyawan.
Rancangan aturan kuota perempuan sudah dibahas bertahun-tahun, namun baru dalam pemerintahan koalisi besar periode ini yang dipimpin Kanselir Angela Merkel berhasil meraih kesepakatan tersebut. Perusahaan swasta diperkirakan tidak akan sukarela mematuhi aturan yang mereka anggap sebagai beban tambahan itu, dan akan menggugat ke mahkamah konstitusi.
Tertinggal jauh
Harus diakui, dalam penetapan kuota pimpinan kaum perempuan di jajaran dewan direksi itu, Jerman tertinggal cukup jauh dari sejumlah negara lain di Eropa. Anggota Uni Eropa seperti Italia, Belgia dan Belanda sudah sejak tahun 2011 menetapkan aturan kuota 30 persen bagi kaum perempuan di manajemen puncak. Perancis menargetkan hingga 2017, sekitar 40 persen jabatan puncak diduduki perempuan.
Perempuan di Puncak Perusahaan Dunia
Posisi puncak perusahaan internasional jarang diduduki perempuan. Tapi sesungguhnya mereka eksis. Majalah Amerika Serikat "Fortune" menghimpun 50 perempuan manajer top dunia. Tapi tak ada yang berasal dari benua Eropa.
Foto: Reuters
Mary Barra
Menurut daftar yang dikeluarkan majalah Fortune, pimpinan baru produsen mobil General Motors (GM) ini menduduki urutan pertama manajer perempuan yang paling kuat di dunia. Mary Barra yang berusia 52 tahun adalah perempuan pertama yang menjadi pimpinan GM. Latar belakang pendidikannya adalah teknik elektro dan ekonomi.
Foto: picture-alliance/dpa
Virginia Rometty
Dengan nilai saham sekitar 200 miliar dollar AS, perusahaan teknik informatika IBM menjadi salah satu perusahaan yang paling bernilai di dunia. Virginia "Ginni" Rometty memimpin perusahaan ini sejak tahun 2012. Tujuannya terutama untuk membuka pasar agar bisa lebih go internasional, misalnya di Afrika.
Foto: Reuters
Indra Nooyi
Perusahaan Amerika Serikat, PepsiCo merupakan produsen makanan terbesar kedua di dunia. Indra Nooyi menjalankan perusahaan ini sejak tahun 2006. Di bawah kepemimpinannya, penjualan produknya di luar Amerika Serikat meningkat lebih dari dua kali lipat. Perempuan kelahiran India ini lulus ekonomi dari sekolah manajerial. Sebelum memimpin PepsiCo, ia mengelola beberapa perusahaan besar AS.
Foto: picture-alliance/dpa
Maria das Gracas Silva Foster
Sudah 24 tahun Maria das Gracas Silva Foster bekerja di perusahaan energi Petrobras dan menjadi pemimpin perempuan pertama perusahaan energi itu. Perempuan Brasil berusia 60 tahun ini memiliki beberapa gelar universitas, dalam bidang kimia, nuklir dan ekonomi. Petrobras adalah perusahaan gas dan energi yang terbesar di Amerika Latin
Foto: Antonio Scorza/AFP/Getty Images
Ellen J. Kullmann
Perusahaan kimia AS DuPont memproduksi antara lain produk dengan material teflon dan pakaian pelindung dengan serat sintetis khusus. Insinyur mekanik ini melakukan reorganisasi perusahaan, yang jelas ditujukan untuk pasar internasional. DuPont adalah salah satu perusahaan terbesar di dunia dalam industri kimia dan beroperasi di sekitar 80 negara.
Foto: Eric Piermont/AFP/Getty Images
Irene Rosenfeld
Mondelez International adalah produsen makanan terbesar ketiga di dunia. Sejak tahun 2006, Irene Rosenfeld memimpin perusahaan ini. Latar belakang pendidikannya psikologi dan ia pun memiliki gelar doktor dalam bisnis administrasi. Di bawah kepemimpinan Rosenfeld, Mondelez sekarang menjadi produsen cokelat terbesar di dunia.
Foto: Carl Court/AFP/Getty Images
Marillyn Hewson
Ia menjadi seorang pemimpin perempuan di perusahaan teknologi pertahanan Lockheed Martin. Perusahaan AS ini terutama aktif di sektor militer dan penerbangan sipil, bahkan juga industri ruang angkasa. Sejak awal tahun 2013, Marillyn Hewson menjalankan bisnis ini dan diharapkan dapat memperluas pangsa pasar ke tatanan internasional.
Foto: Getty Images
Meg Whitman
Sejak 2011 Meg Whitmen memimpin perusahaan Hewlett-Packard, yang merupakan salah satu produsen komputer terbesar internasional. Ia harus mengangkat perusahaan yang sempah goyah ini untuk kembali bangkit. Pada saat bersamaan, tahun 2008 Whitman sempat mencalonkan diri sebagai gubernur Kalifornia.
Foto: Getty Images
Patricia Woertz
Dengan memiliki 30.000 karyawan, The Archer Daniels Midland Company menjadi salah satu perusahaan makanan terbesar di dunia. Tahun 2006, Patricia Woertz duduk sebagai manajer perusahaan. Sebelumnya, perempuan 70 tahun ini menduduki posisi pejabat senior di perusahaan besar seperti Gulf Oil dan Chevron. Menurut "Forbes", Woertz salah satu dari sepuluh wanita paling berpengaruh di dunia.
Foto: picture-alliance/dpa
Gail Kelly
Sejak 2008, bank terbesar di Australia, Westpac Group, dipimpin oleh Gail Kelly. Di bawah kepemimpinannya, lembaga keuangan ini naik kelas menjadi bank terbesar di negara itu dan menjadi salah satu perusahaan paling sukses di Australia. Akhir tahun 2009, ia menaikkan bunga pinjaman di bank yang menyulut kemarahan warga. Namun ia berkilah bahwa ia hanya ingin agar warga gemar menabung.
Foto: Getty Images
Marissa Mayer
Marissa Mayer pindah dari perusahaan raksasa internet Google ke Yahoo pada tahun 2012, dimana ia kemudian menjadi direktur utamanya. Meskipun ilmuwan informatika ini merupakan salah satu dari 50 perempuan di puncak perusahaan, namun ia belum berhasil masuk dalam 15 besar pilihan majalah "Fortune".
Foto: Reuters
11 foto1 | 11
Di semua negara yang menerapkan kuota perempuan di jajaran dewan direksi itu, juga ditetapkan sanksi ketat bagi perusahaan yang tidak mematuhi aturan. Juga aturan ini akan diterapkan ke perusahan menengah dengan karyawan kurang dari 2000 orang.
Dua negara bukan anggota Uni Eropa, Norwegia dan Islandia, bahkan sudah melangkah amat jauh. Di Norwegia sejak tahun 2003 sudah diterapkan aturan kouta 40 persen jajaran dewan direksi harus diduduki perempuan. Sementara di Islandia, aturan kuota yang disahkan tahun 2010, sekitar 3 tahun kemudian sudah menunjukan hasil, 40 persen jajaran pimpinan sejumlah perusahaan dikuasai perempuan.