Jerman Tertinggal Jauh Dalam Target Perlindungan Iklim
13 Desember 2018
Sepuluh tahun lalu, Jerman disebut-sebut sebagai pelopor agenda perubahan iklim, setelah mendeklarasikan peluasan energi terbarukan. Tapi sekarang, Jerman gagal mencapai targetnya sendiri.
Iklan
Laporan tahunan Climate Change Performance Index (CCPI) untuk 2019 menunjukkan bahwa hanya segelintir negara saja yang menerapkan strategi untuk membatasi pemanasan global di bawah 2 derajat Celcius.
Laporan Indeks Perubahan Iklim yang dirilis awal minggu ini di KTT Iklim COP24 di Katowice, Polandia, meninjau kinerja perubahan iklim di 56 negara dan Uni Eropa. Jerman hanya menempati ranking ke-27, lima tempat di bawah posisi tahun lalu.
"Indeks perubahan iklim Jerman menunjukkan bahwa memang komitmen terhadap perjanjian iklim Paris tidak berkurang - tetapi yang kurang adalah kemauan politik untuk menerapkan langkah-langkah konkret," kata Jan Burck dari Germanwatch, organisasi lingkungan yang turut menulis laporan tersebut bersama Institut NewClimate dan Jaringan Aksi Iklim.
"Sebenarnya tidak ada alasan untuk ini, karena semua solusi sudah ada di meja dan juga terjangkau," tambah Jan Burck.
Jerman tidak sendirian, kebanyakan negara-negara yang tergabung dalam G20 juga tidak mencapai target mereka. Bahkan AS menyatakan ke luar dari Kesepakatan Paris. Sedangkan Program Lingkungan Perserikatan Bangsa Bangsa baru-baru ini justru memperingatkan, emisi CO2 secara global dari tahun-ke-tahun bukannya turun, naik 1,6 persen pada tahun 2017.
Siapa pelopor energi terbarukan?
Mengingat kebijakan iklim di Amerika Serikat tertatih-tatih, maka Uni Eropa sekarang harus mengambil peran di depan, kata Stephan Singer dari Climate Action Network, yang juga terlibat dalam penyusunan laporan CCPI.
"Sangat penting sekarang bahwa Uni Eropa meningkatkan komitmen iklim untuk menunjukkan kepemimpinan," kata Singer pada presentasi laporan CCPI di Katowice. Dia menambahkan, negara-negara anggota Uni Eropa, terutama Jerman, harus mempertahankan target iklim mereka.
"Sebelum Paris, dunia sedang menuju 4-5 derajat pemanasan global. Sekarang kita masih berada di jalur menuju lebih dari 3 derajat – itu masih merupakan perspektif bencana," kata Niklas Höhne, peneliti dari NewClimate Institute.
"Biaya untuk listrik dari tenaga angin dan matahari sudah turun sekitar sepertiganya sejak itu, jadi semua negara bisa meningkatkan ambisi dan kecepatan," tambahnya.
Jerman harus lebih baik
Jan Burck dari Germanwatch mengatakan, harus ada komitmen politik yang baru untuk perlindungan iklim di Jerman. Pemerintah federal dalam beberapa tahun terakhir justru memperlambat kebijakan iklim, misalnya penggunaan mobil listrik dan penghentian batubara. Jadi Jerman datang ke Katowice "dengan tangan kosong", katanya.
Jan Burck selanjutnya mengatakan, Jerman sekarang harus mengambil pendekatan yang lebih radikal terhadap perlindungan iklim, melalui instrumen-instrumen baru seperti penerapan harga karbon di semua sektor.
Tanpa instrumen-instrumen yang khusus menargetkan perlindungan iklim, maka "transformasi ke alternatif yang efektif tidak akan berhasil memenuhi target pada waktunya", tandas Burck.
10 Kota Dengan Jejak Karbon Tertinggi Di Dunia
Kota-kota menyumbangkan sebagian besar emisi karbon global. 100 pusat perkotaan membentuk 18 persen emisi di seluruh dunia. Inilah 10 kota metropolitan dengan jejak karbon tertinggi.
Foto: picture-alliance/AP/Joseph Nair
10. Riyadh, Arab Saudi
Kota terbesar di Arab Saudi ini adalah juga kota paling tercemar, terutama karena aktivitas industrinya. Para peneliti menemukan bahwa kota berpenduduk padat menyumbang sebagian besar emisi total di sebuah negara. Area kota besar menghabiskan lebih dari 70 persen total energi dunia - yang berarti bahwa kota-kota metropolitan punya pengaruh besar mengubah situasi iklim global.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Schreiber
9. Tokyo, Jepang
Hanya sekitar 2 persen mobil baru yang dijual di Tokyo ramah lingkungan. Daerah perkotaan Tokyo-Yokohama, dengan populasi urban terbesar dunia, memancarkan CO2 dalam jumlah besar setiap tahun - 62 juta ton untuk Tokyo saja. Tetapi Deklarasi Tokyo baru-baru ini memberi harapan: 22 metropolitan telah berkomitmen untuk mengatasi polusi udara dan mempromosikan kendaraan nol-emisi.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Tödt
8. Chicago, Amerika Serikat
Inilah kota ketiga terpadat di AS, dan memiliki jejak karbon terbesar ketiga. Polusi di wilayah metropolitan Chicago meningkat secara signifikan antara 2014 dan 2016, menurut sebuah studi dari American Lung Association. Chicago juga digolongkan sebagai kota terkotor ketiga di AS. Lalu kota manakah yang kedua lainnya?
Foto: picture-alliance/AA/B. S. Sasmaz
7. Singapura
Banyak industri di Singapura masih terbelakang, menurut besarnya emisi emisi CO2. Sektor manufaktur akan mencapai 60 persen dari seluruh emisi kota ini pada tahun 2020. Tetapi pemerintah Singapura telah menyadari bahwa inilah saatnya untuk bertindak, dan menyatakan 2018 sebagai tahun aksi iklim. Singapura juga mengumumkan pajak karbon atas fasilitas-fasilitas yang sangat polutif.
Foto: picture-alliance/AP/Joseph Nair
6. Shanghai, Cina
Tidak mengherankan kalau Shanghai masuk peringkat 10 besar, karena kota ini termasuk kota terpadat dunia. Kemacetan telah menyebabkan masalah lingkungan yang serius, termasuk polusi udara dan air. Seperti di banyak kota Cina lainnya, pembangkit listrik dan lalu lintas adalah penyebab utama emisi karbonnya.
Foto: picture-alliance/Imaginechina/Z. Yang
5. Los Angeles, Amerika Serikat
Kualitas udara di kota ini digolongkan sebagai yang terburuk di AS. Tapi Negara Bagian California telah menetapkan target ambisius untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sampai 40 persen pada 2030. Terutama dengan menggunakan energi bersih dan mendukung mobil listrik atau hibrida. Gubernur California Jerry Brown telah mengambil peran utama dalam perang melawan perubahan iklim.
Foto: picture-alliance/Bildagentur-online/Rossi
4. Hong Kong, Cina
Wilayah otonomi khusus Cina ini berpenduduk padat. Ribuan kendaraan setiap hari memenuhi jalan. Selain itu, pembangkit listrik tenaga batu bara dan industri memuntahkan asap dan mencemari udara. Menurut Departemen Perlindungan Lingkungan, sektor pengiriman kargo juga bertanggung jawab sampai 50 persen dari emisi karbon Hongkong.
Foto: picture alliance/dpa/L. Xiaoyang
3. New York, Amerika Serikat
Kota terpadat di AS ini menempati ranking ketiga dalam peringkat kota dengan jejak karbon tertinggi dunia. Tapi Los Angeles bekerja keras untuk mengurangi emisinya. Pada bulan Januari, pemerintah kota menggugat lima perusahaan minyak terbesar dunia - BP, Chevron, ConocoPhillips, ExxonMobil, dan Royal Dutch Shell - karena kontribusi mereka terhadap perubahan iklim dan dampaknya terhadap kota.
Foto: picture-alliance/Sergi Reboredo
2. Guangzhou, Cina
Di kota terpadat ketiga di Cina ini, pabrik dan kendaraan terus menerus mengeluarkan emisi berbahaya. Smog menjadi pemandangan sehari-hari. Tapi Guangzhou telah berkomitmen untuk mengganti seluruh armada bus dan taksi berbahan bakar fosil dengan kendaraan listrik murni sampai tahun 2020. Langkah itu diambil setelah kampanye besar-besaran oleh kelompok-kelompok lingkungan seperti Greenpeace.
Foto: CC/Karl Fjellstorm, itdp-china
1. Seoul, Korea Selatan
Seoul adalah kota metropolitan dengan jejak karbon tertinggi di dunia. Polusi udara jadi masalah lingkungan dan kesehatan terbesar: Lebih 30.000 ton polutan berbahaya dikeluarkan ke udara hanya dari 10 pembangkit listrik tenaga batu bara. Dalam beberapa tahun terakhir, kota ini telah menghentikan operasi pembangkit listrik ini untuk mengatasi masalah tersebut. (hp/vlz)