1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sepak BolaJerman

Piala Dunia 2022: Dosa Apa, Jerman?

Hardimen Koto
Hardimen Koto
2 Desember 2022

Setelah Piala Dunia 2018 di Rusia, kembali timnas sepak bola Jerman tersingkir di fase grup. Apakah Jerman terlalu meremehkan lawan-lawannya? Hardimen Koto tentang timnas Jerman dalam Piala Dunia 2022

Thomas Müller dalam pertandingan melawan Kosta RicaFoto: Martin Meissner/AP Photo

Jerman kandas! Itu menyesakkan untuk sebuah tim besar dengan nama besar, meski laga ketiga skuad Hansi Flick versus Kosta Rika dimenangkan 4-2. Kemenangan di Stadion Al-Bayt di kota Al-Khor, Qatar, itu tak cukup untuk menyaingi La Furia Roja soal jumlah gol, meski Spanyol, di luar dugaan, juga menyerah kepada Jepang. Sama-sama mendapat poin 4, Spanyol menekuk Jerman via produktivitas gol: 9-3 vs 6-5.

Sakit? Pasti. Tapi sepak bola memang begitu: kerap hadir dengan cerita, dengan drama dan dengan hal-hal di luar dugaan.

Saya memang tidak menonton langsung duel di Al-Bayt, di hari pertama Desember 2022. Saya menyaksikan laga ini di fun-festival, saat ratusan fans Jerman, usai laga, diam-terhenyak dengan dua tangan memegang kepala.

"Kami meninggalkan Qatar dengan cerita pahit," ujar Carl-Heinz, lelaki asal Bremen.

Bagi Jerman memang pahit. Jauh lebih pahit ketimbang bagi Meksiko, yang juga kandas ke second round sebab kalah produktif dengan Polandia. Kandasnya Jerman, buat saya, lebih karena sederet hal.

Yang pertama, Hansi Flick meremehkan Jepang. Meski Gundogan membuka gol Jerman dari penalti, Samurai Biru mampu me-remontada Jerman 2-1 dalam laga pembuka Grup E di Khalifa International, Doha.

Dua gol telat Jepang lahir dari kaki pemain yang 'mencari makan' di Bundesliga: Ritau Doan (Freiburg) dan Takuma Asano (Bochum).

Sekadar catatan, dari 23 line-up Jepang, total ada delapan yang beredar di Bundesliga, termasuk sang kapten, defender Schalke 04, Maya Yoshida.

Kekalahan atas Jepang menjadikan laga versus Spanyol menjadi kunci. Dua tim Eropa ini, yang diunggulkan akan melaju ke fase gugur, lalu berbagi angka: 1-1.

Yang kedua, juga soal anggap remeh: laga penentu vs Kosta Rika, sepertinya akan mudah. Tim dari Amerika Tengah, sepertinya bisa dilumat. Maklum, Spanyol sudah mencukur mereka 7-0. Di stadion lain, Jepang bisa bikin apa dalam laga penentuan vs Spanyol?

Tapi, ini dia drama. Saya bilang: bius Piala Dunia. Kosta Rika, tim yang lini serangnya paling lemah di Piala Dunia Qatar 2022, merebut hati banyak orang. Mereka sempat memimpin, sesuatu yang bikin Flick ketar-ketir, sesuatu yang bikin dia kemudian baru memasukkan Kai Havertz dan Niclas Füllkrug. Havertz sumbang dua gol, Füllkrug satu gol. Jerman balik unggul 4-2.

Tapi? Tapi, di Khalifa International, Jepang yang dicecer Spanyol 1-0, justru mampu bangkit dan bikin dua gol lewat Doan dan Ao Tanaka (Fortuna Düsseldorf).

Maka kemudian: Jerman pulang, kandas di fase grup, persis seperti di Piala Dunia Rusia 2018, meninggalkan kepiluan hebat.

Thomas Müller, lalu bikin keputusan: mundur dalam usia 33 tahun dengan caps 123 dan 44 gol. Boleh jadi, nama-nama macam Manuel Neuer atau Gundogan juga akan menyusul mundur pasca tersungkurnya Jerman.

Hansi Flick, pelatih yang meneruskan tugas Joachim Löw pada 2021, memang sudah minta maaf. Tapi, banyak orang menunggu: Flick harusnya menyusul sikap Müller: mundur!

Sebab, Jerman perlu revolusi! Mereka bukan lagi spesialis turnamen. Bukankah?

 

Hardimen Koto: pengamat, analis dan komentator sepak bola

*tulisan ini menjadi tanggung jawab penulis.

Hardimen Koto Jurnalis dengan passion hebat untuk dunia olahraga.
Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait