1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikTurki

Jerman Tutup Konsulat di Istanbul Karena 'Risiko Serangan'

2 Februari 2023

Konsulat Jerman di Istanbul memperingatkan warga Jerman untuk menghindari daerah pusat kota dan keramaian. Beberapa negara Eropa juga memperingatkan adanya risiko serangan setelah kasus pembakaran Al Quran.

Konsulat Jerman di Istanbul, Turki
Konsulat Jerman di Istanbul, TurkiFoto: Lars Halbauer/picture-alliance/dpa

Jerman hari Rabu (01/2) menutup konsulat di Istanbul, Turki, karena kahwatir dengan meningkatnya risiko serangan terhadap komunitas intenasional di kota itu. Langkah tersebut dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan setelah ekstremis sayap kanan dan aktivis anti-Islam di beberapa kota Eropa melakukan aksi pembakaran Al Quran dalam beberapa pekan terakhir.

Dalam postingan di saluran media sosial konsulat Jerman, diumumkan bahwa konsulat akan ditutup untuk sementara dan semua janji temu visa dibatalkan.

"Menyusul kasus baru-baru ini di beberapa ibu kota Eropa, di mana Al Quran dibakar atau dihancurkan di depan umum, badan keamanan yakin risiko serangan teroris di Istanbul telah meningkat," kata para pejabat dalam sebuah pernyataan.

Pernyataan itu juga menyarankan warga Jerman untuk menghindari distrik pusat Beyoglu di Istanbul dan Lapangan Taksim yang populer. Pejabat Jerman juga menyarankan warga untuk menghindari daerah dengan "kerumunan internasional" dan menghindari tempat umum yang sibuk secara umum.

Dipicu aksi ekstremis kanan

Kedutaan Besar Jerman di Ankara tetap beroperasi, sedangkan Kedutaan Besar Swedia ditutup untuk pengunjung, kata juru bicara Kementerian Luar Negeri di Stockholm kepada kantor berita Jerman, DPA.

Konsulat Inggris di Istanbul juga "saat ini tidak dibuka untuk umum sebagai tindakan pencegahan," mengikuti peringatan perjalanan yang dikeluarkan pemerintah Inggris. Peringatan potensi serangan dikeluarkan setelah ekstremis sayap kanan berulang kali membakar atau merusak Al Quran di beberapa kota di Eropa.

Tindakan tersebut telah memicu kemarahan di Turki, terutama setelah ekstremis sayap kanan Rasmus Paludan membakar Al Quran di depan sebuah masjid di ibu kota Swedia, Stockholm. Politisi Denmark-Swedia itu kemudian mengulangi perbuatannya di Kopenhagen. Dia mengancam akan melanjutkan aksinya sampai Turki mengabulkan keinginan Swedia untuk bergabung dengan aliansi militer NATO.

Aksi serupa juga terjadi di Belanda dan mendorong Turki untuk memanggil duta besar Belanda menghadap ke Kementerian Luar Negeri.

Ketegangan antara Turki dan Eropa

Beberapa negara, termasuk Jerman, Swedia, Norwegia, Denmark, dan Amerika Serikat, minggu lalu telah mengeluarkan peringatan tentang peningkatan risiko serangan di Turki.

Turki, pada gilirannya, juga mengeluarkan peringatan perjalanan untuk warganya di Eropa, dan mengatakan bahwa tindakan anti-Muslim dan anti-Turki baru-baru ini menunjukkan "tingkat intoleransi dan kebencian agama yang berbahaya" di benua itu.

Turki sebelumnya berselisih dengan Swedia dan Finlandia, karena Turki memblokir niat mereka untuk bergabung dengan NATO setelah invasi Rusia ke Ukraina. Semua anggota NATO yang lain setuju kedua negara itu menjadi anggota secepatnya, kecuali Turki dan Hungaria. NATO hanya bisa menerima anggot baru kalau disepakati dengan suara bulat.

hp/as/ (dpa/ap)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait