Jerman mengatakan ada kekurangan data mengenai keefektifan vaksin AstraZeneca untuk lansia. Perusahaan berbasis di Inggris itu juga tengah berselisih dengan UE karena mengingkari kesepakatannya dengan blok tersebut.
Iklan
Komisi vaksinasi Jerman STIKO mengatakan pada hari Kamis (28/01) bahwa suntikan vaksin COVID-19 AstraZeneca hanya boleh diberikan kepada orang yang berusia 64 tahun ke bawah.
Panel ahli medis mengatakan kurangnya data mengenai keefektifan vaksin untuk kelompok lansia menjadi alasannya.
"Saat ini tidak ada cukup data untuk menilai kemanjuran vaksin untuk orang yang berusia 65 tahun ke atas," kata komite ilmiah dalam keputusan yang disediakan oleh Kementerian Kesehatan Jerman.
"Vaksin AstraZeneca, tidak seperti vaksin mRNA, hanya boleh diberikan kepada orang berusia 18-64 tahun pada setiap tahap," jelas keputusan tersebut.
Inggris bela AstraZeneca
AstraZeneca dan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson memberikan tanggapan terkait temuan STIKO.
Sementara Boris juga mendukung penggunaan vaksin yang dikembangkan AstraZeneca bersama dengan Universitas Oxford tersebut. Dia mengatakan tidak setuju dengan penilaian Jerman terhadap vaksin tersebut.
"Otoritas kami sendiri telah memperjelas bahwa menurut mereka vaksin Oxford AstraZeneca sangat baik dan mujarab," kata Boris.
Kekecewaan dengan AstraZeneca muncul ketika Jerman mengakui bahwa mereka menghadapi kekurangan vaksin yang dapat berlanjut hingga April, Menteri Kesehatan Jens Spahn mengatakan pada hari Kamis (28/01).
Akibatnya, Spahn mengatakan akan ada pertemuan pada hari Senin (01/02) pekan depan antara Kanselir Angela Merkel, 16 perdana menteri negara bagian, dan tokoh senior dalam industri farmasi.
Spahn telah menyerukan pertemuan puncak seperti itu mengingat pemerintah sedang "mengerjakan asumsi setidaknya 10 minggu lagi yang berat karena kekurangan vaksin," tulisnya di Twitter.
Reaksi tubuh jika divaksin menandakan kita membangun kekebalan terhadap bibit penyakitnya. Tapi kadang ada efek samping serius yang kasusnya individual. Kenali apa saja efek samping vaksin corona.
Foto: Robin Utrecht/picture alliance
Vaksin Biontech-Pfizer
Pada fase uji klinis, unsur aktif BNT162b2 dari perusahaan BioNTech dari Jerman dan Pfizer dari AS tidak menunjukkan efek samping serius. Tapi setelah mendapat izin, vaksin mRNA ini tunjukkan reaksi alergi berat pada beberapa orang, bahkan tiga mengalami gejala syok anaphylaktis. Ketiga orang itu tidak punya riwayat alergi. Karenanya pengidap alergi disarankan konsultasi sebelum divaksin.
Foto: Jack Guez/Getty Images/AFP
Vaksin Moderna
Vaksin mRNA-1273 dari perusahaan Moderna AS, pada prinsipnya sangat mirip dengan vaksin BioNTech/Pfizer. Setelah dilakukan vaksinasi, muncul laporan efek samping berupa reaksi alergis. Dan pada kasus sangat kecil, kelumpuhan sementara saraf wajah. Efek samping diduga dipicu partikel lipid nano yang menjadi transporter unsur aktifnya, yang diuraikan oleh tubuh.
Foto: Jospeh Prezioso/AFP/Getty Images
Vaksin AstraZeneca - Universitas Oxford
Inggris memberikan izin darurat penggunaan vaksin AstraZeneca yang unsur aktifnya disebut AZD 1222. Berbeda dengan dua vaksin yang pertama mendapat izin, vaksin buatan perusahaan Inggris/Swedia ini adalah vaksin vektor yang dikembangkan dari virus flu simpanse yang dilemahkan. Sejauh ini belum ada efek samping vaksin yang dilaporkan, selain reaksi normal yang khas.
Foto: Gareth Fuller/AP Photo/picture alliance
Vaksin Sputnik V
Rusia sudah izinkan vaksin Sputnik V buatan pusat riset Gamaleja di Moskow, Agustus 2020. Padahal uji klinis fase 3 dengan sampel luas belum dilakukan. Vaksin menggunakan dua unsur aktif adenovirus berbeda yang dimodifikasi. Walau kontroversial, ratusan ribu orang di Rusia, Belarus, India, Brasil, UAE dan Argentina telah divaksin Sputnik V. Tidak ada laporan resmi mengenai efek samping.
Foto: Maria Eugenia Cerutti/AFP
Vaksin Sinovac Biotech
Cina izin darurat penggunaan vaksin Sinovac sejak Juli 2020. Unsur aktif vaksin yang diberi nama CoronaVac adalah virus inaktif. Uji klinis fase 3 secara massal telah dilakukan di Indonesia, Turki dan India. Laporan resmi efek samping yang dirilis perusahaan di Beijing itu sebutkan kurang dari 5% keluhkan reaksi yang umum. Indonesia sejauh ini telah menerima 3 juta dosis vaksin Sinovac. (as/vlz)