1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

JFK, Bintang Baru Kubu Kiri di Ajang Politik Belanda

27 Oktober 2016

Pemilu parlemen Belanda tahun depan akan diramaikan oleh dua politisi top yang masih punya darah Indonesia. Pemimpin partai GroenLinks Jesse Klaver disebut-sebut sebagai bintang baru di kancah politik Belanda.

Jesse Klaver
Foto: picture-alliance/dpa/J. Arriens

Beberapa pengamat menyebutnya sebagai Justin Trudeau Belanda, yang lain memuji dia sebagai Kennedy baru dari Eropa. Pemimpin Partai Hijau Belanda Groenlinks, Jesse Klaver, menjadi bintang baru di ajang politik sebagai perlawanan terhadap xenophobia dan islamophobia dan diusung kubu kanan.

Sementara popularitas politisi ultra kanan Geert Wilders dulu melejit setelah mengangkat isu-isu anti Islam, kemunculan Jesse Klaver bakal meramaikan pemilu parlemen tahun depan. Di bawah pimpinannya, Partai Hijau bisa memainkan peran menentukan dalam pemilihan perdana menteri baru.

Jesse lahir tahun 1986 sebagai anak satu-satunya dari ayah keturunan Maroko dan ibu keturunan Belanda-Indonesia. Dia memulai kiprah politiknya di organisasi muda partai GroenLinks. Tahun 2010, dia menjadi anggota parlemen Belanda dari partainya, yang ketika itu merebut 10 kursi. Tahun itu juga, para jurnalis politik di Belanda memilihnya sebagai "political talent of the year".

Jesse Feras Klaver, Ketua Partai Hijau Kiri GroenLinks di BelandaFoto: picture-alliance/dpa/J. Jumelet

Pemimpin partai termuda di parlemen Belanda ini dibesarkan oleh kakek dan neneknya di perumahan sosial dekat kota Breda. Sebagai migran, dia menyuarakan posisi yang sangat berlawanan dari Geert Wilders, tokoh populer sayap kanan Belanda yang mengangkat isu anti imigran.

"Tidak seperti yang sering ingin diyakinkan oleh politisi tertentu, Belanda justru adalah negara imigran," kata Klaver kepada kantor berita AFP.

"Saya adalah produk imigrasi," tambah politisi muda berkulit coklat terang itu, yang mengambil alih kepemimpinan di partainya tahun lalu.

Kini Jesse Klaver mempersiapkan partainya menyambut pertarungan pemilu parlemen bulan Maret 2017. Misinya adalah untuk menghentikan "angin sayap kanan yang kini melanda seluruh Eropa."

Imigrasi hanyalah salah satu dari sekian banyak topik yang sering jadi debat sengit antara dua pembicara di parlemen Belanda, Geert Wilders dan Jesse Klavers. Penampilan mereka sendiri sangat kontras. Wilders, yang juga anak dari seorang ibu keturunan Indonesia, tampil dengan rambut pirang yang seperti menjadi mereknya.

Geert Wilders, menghadiri sidang pengadilan di Belanda, Maret 2016Foto: Reuters/M. Kooren

Minggu depan, akan berlangsung sidang pengadilan terhadap Geert Wilders atas tuduhan pidato kebencian dan diskriminasi. Dalam kampanye beberapa tahun lalu, Wilders mengatakan dia ingin melihat "lebih sedikit dari Maroko" di negeri Belanda.

"Saya benar-benar berselisih paham dengan Geert Wilders, pada semua aspek," kata Klaver.

Jesse Klaver pertama kali menjadi terkenal di seluruh Belanda karena tahun 2009 mengisi posisi penting sebagai anggota termuda di Komisi Sosial dan Ekonomi. Ketika itu dia berusia 23 tahun. Inilah komisi yang sangat berpengaruh negara itu dan menasehati pemerintah dan parlemen dalam berbagai kebijakan utama.

Enam tahun kemudian, Klaver terpilih tanpa saingan sebagai pemimpin Partai Hijau Kiri GroenLinks.

Menurut jajak pendapat aktual, GroenLinks tahun depan berpeluang merebut sampai 15 kursi di parlemen. Dua partai besar lain, PVV pimpinan Geert Wilders bersaing ketat dengan Partai Liberal VVD dari Perdana Menteri Mark Rutte, dengan perkiraan masing-masing mendapat sekitar 25.29 kursi. Itu berarti, GroenLinks tahun depan bisa muncul sebagai "kingmaker" atau kekuatan penentu.

Jesse Klaver menyerukan kerjasama yang lebih erat antara partai-partai kiri di Belanda, seperti Partai Buruh, D66 dan Partai Sosialis. Dia menyebut John F Kennedy sebagai inspirator besarnya. Bahkan nama lengkapnya, Jesse Feras Klaver, punya inisial yang sama dengan Kennedy.

 

hp/vlz (afp)